Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Pagi harinya, Alena bangun sekitar pukul 5 pagi, ia merasakan ada sesuatu di alat vitalnya, Alema spontan berdiri dan melihat ada bercak kemerahan di tempat tidurnya.
"Astaga, bocor."
Alena tidak melihat keberadaan Ibunya, ia langsung berlari ke kamar Ahen untuk mengambil pakaian ganti.
"Aku lupa ini hari ini dekat dengan jadwal tamu bulananku."
Alena masuk ke dalam kamar Ahen dan lupa mengetuk pintu. Saat masuk, ia tidak mendapati Ahen namun mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi, Alena menyimpulkan Ahen sedang mandi.
Alena langsung membuka lemari dan mengambil seperangkat baju ganti, ia juga mencari keberadaan pembalut.
Alena berkacak pinggang, tubuhnya mulai berkeringat.
"Kok nggak ada pembalut, ya? Habis apa belum beli?" tanya Alena pada dirinya sendiri.
Sekali lagi Alena mencari di beberada titik do kamar Ahen, ia tidak menemukan satu pun pembalut.
'Ceklek' Pintu kamar mandi terbuka.
Ahen menaikkan satu alisnya saat melihat Alena yang tampak gusar.
"Kenapa?" tanya Ahen.
"Kamu lihat pembalut, nggak?" Alena balik bertanya.
"Ada di toko." jawab Ahen.
Alena menganga.
"Ahen! Aku serius ini." Alena menyipitkan matanya.
"Kalau disini aku nggak lihat ada benda itu, kalau di toko ya banyak."
Alena mengatur napasnya, ia menghela napas.
"Duh..."
"Alena, kamu kenapa?!" tanya Ahen panik.
"Kenapa?" Alena bingung dan balik bertanya.
"Itu darah kamu ngalir." Ahen menunjuk kaki Alena.
Alena mengikuti pandangan Ahen ke arah kakinya, Alena terkejut.
"Waduh, tumben deres banget."
"Kamu keguguran?" tanya Ahen dengan ekspresi polos.
"Ngawur! Dikira aku bisa menghamili diriku sendiri?! Kocak banget. Aku lagi datang bulan." jawab Alena.
Alena bingung harus melakukan apa saat ini.
"Ya udah ke kamar mandi sana, ngapain disini?"
"Bentar, aku masih bingung."
"Bingung apa lagi? Tinggal masuk kamar mandi." Ahen berkacak pinggang.
"Terus pembalutnya gimana? Masa aku pakai bajumu buat jadi gantinya pembalutku." tanya Alena yang juga ikut berkacak pinggang.
"Ya beli lah, masa nyuri."
"Tolong beliin dong." pinta Alena dengan mata penuh harap.
"Aku?!" tanya Ahen.
Alena mengangguk.
"Beli online aja." tolak Ahen dengan memberikan saran lain.
"Ya lama dong, Bapak Ahen. Gimana sih."
Ahen menghela napas.
"Ya sudah."
"Ya sudah apa nih?" tanya Alena.
"Aku yang beli."
"Wah! Terimakasih... Jangan lama-lama ya. Yang ukuran 29 cm non gel."
"Panjang sekali, itu kalau kamu yang pakek mah sampek nyelimutin perutmu." ledek Ahen.
"Enak aja. Itu sesuai dengan ukuran body-ku ya. Udah ah sana, komen mulu. Beli yang 1 bungkus aja, nanti aku beli dulu."
Alena segera bergegas ke kamar mandi karena darahnya terus mengalir, Ahen pun segera mengenakan pakaian dan pergi ke toko terdekat yang sudah buka di pagi-pagi buta seperti ini.
Ahen berhenti di sebuah toko Madura yang benar-benar buka 24 jam, ia pun dengan malu menanyakan pembalut yang diminta Alena.
"Yang ukuran 29 cm."
Penjaga toko itu pun segera melihat rentengan pembalut yang berjejer rapi dengan berbagai merk dan ukuran.
"Ada nih, Mas. Ukuran 29 cm, ada sayapnya, non gel juga." ucap penjaga toko.
"Ya sudah, itu saja."
"Mau berapa, Mas?"
"Adanya berapa, Dek?" Ahen bertanya balik.
"Banyak."
"Ya sudah, semua saja."
"Oke."
Penjaga warung itupun memasukkan 3 renteng pembalut yang Ahen beli lalu menghitung jumlah harganya.
"Satu bungkus harganya 3.500 ya, Mas. Ini tiga renteng 95.000 saja, tak kasih diskon."
Ahen pun menyodorkan selembar uang berwarna pink.
"Kembali 5.000 ya, Mas."
"Tidak usah." tolak Ahen.
Ahen mengambil kantong kresek berisikan pembalut yang di belinya, ia bergegas pulang, sesampainya di rumah, ia menyerahkan belanjaannya itu pada Alena.
"Alena, pesananmu ada di depan pintu." ucap Ahen dari luar kamar mandi.
"Iya, makasih." sahut Alena dari dalam kamar mandi.
Ahen melangkah keluar dari kamarnya, selang beberapa detik kemudian Alena membuka pintu kamar mandi dan dibuat tercengang dengan kantong plastik di depan pintu.
"Disuruh beli satu bungkus malah satu kresek. Untung bener barangnya, kalau salah kan bikin badmood."
Setelah selesai, Alena keluar dari kamar mandi dengan perasaan tenang dan lega. Matanya tertuju pada beberapa titik. Alena berjalan ke arah meja rias, tidak ada lagi bekas botol parfum milik Salma. Alena membuka laci dan tidak menemukan benda-benda milik Salma. Alena beralih pada lemari besar, ia baru menyadari banyak sisa ruang pada lemari itu dan pakaian yang di duga milik Salma pun sudah tidak bersarang di lemari tersebut.
Alena kembali mengamati ruangan kamar Ahen.
"Barang-barang Salma kok nggak ada semua, ya?" gumamnya.
"Apa dijual? Kan lumayan jadi cuan." tebaknya sambil membayangkan Ahen menerima banyak uang dari pakaian branded milik Salma.
****************
Alena pergi ke dapur untuk membuat jus, ia menyapa Bi Mia yang tengah sibuk menyiapkan sarapan.
"Mau aku bantu, Bi?"
Bi Mia menoleh.
"Tidak usah, Nyonya. Sudah hampir selesai."
"Emm, ya udah."
Alena mengambil dua macam yang akan di campur dan dijadikan jus.
"Bi Mia kenapa senyum-senyum?" tanya Alena yang melihat Bi Mia sedari tadi tersenyum.
Bi Mia terus mengelak.
"Bi Mia lagi jatuh cinta ya?" goda Alena.
"Ya tidak mungkin Nyonya, saya sudah tua begini."
"Cinta kan tidak pandang umur, Bi. Bisa aja Bi Mia lagi puber kedua."
Bi Mia tertawa kecil.
"Saya senang karena Tuan mulai mencintai Nyonya," ungkapnya.
Alena mengernyitkan dahi.
"Maksudnya? Kok Bi Mia bisa ngomong gitu?" tanya Alena yang kebingungan atas maksud Bi Mia.
"Iya Nyonya, soalnya barang-barang Nyonya Salma sudah dipindah ke gudang oleh Tuan. Semalam saya diam-diam masuk ke gudang."
"Emang Ahen sendiri yang mindahin?" tanya Alena, Bi Mia mengangguk.
"Lah, aku kira barang-barang itu di jual."
"Tidak, Nyonya. Ada di gudang."
"Aneh ya, bukannya Ahen sangat mencintai Salma. Kok tega barang-barangnya dipindah ke gudang?"
"Itu berarti Tuan sudah mencintai Nyonya dan tidak mau melukai perasaan Nyonya dengan terus menyimpan barang Nyonya Salma." balas Bi Mia.
Alena malah tertawa mendengar perkataan Bi Mia.
"Aduh Bi Mia pagi-pagi ngelawak. Nggak mungkin Ahen itu suka sama aku, apalagi cinta. Hahaha."
Alena memasukkan buah yang sudah di potong ke dalam Slow Juicer.
"Tuan tidak akan melakukan hal itu kalau bukan demi Nyonya." Bi Mia masih tidak menyerah untuk meyakinkan Alena.
Alena kembali tertawa.
"Ada-ada aja ah Bi Mia."
Alena mengambil gelas berisi jus buah itu dan pergi dari dapur.
"Ya udah, aku mau ke teras dulu."
"Iya Nyonya."
Alena melangkah meninggalkan dapur dengan masih tertawa kecil mengingat perkataan Bi Mia.
"Seorang Gay mana mungkin suka sama aku. Hahaha." batin Alena.
sampai di bab ini kok masih datar² aja cerita nya... blm msuk ke inti hubungan nya mereka...
Alena masih di persepsi diri sendiri..
Ahen pun demikian...
apakah si Ahen gamon🤔sama istri nya yang sudah meninggal...
lanjut lagi thor..
sampai di bab ini kok masih datar² aja cerita nya... blm msuk ke inti hubungan nya mereka...
Alena masih di persepsi diri sendiri..
Ahen pun demikian...
apakah si Ahen gamon🤔sama istri nya yang sudah meninggal...
lanjut lagi thor..
ingat ya jangan dikira Lili cuma diem gak merhatiin kalian... tetep curiga
baru liat otot-otot punggung nya saja kau sudah ketakutan.... apa lagi liat otot yang berurat 🙈
setelah nya ke bawah perut ahiww... skidapdap.
tapiiiiii bu... lelaki sekarang gak kyak gitu jiwa maruk nya tinggi 🤣🤣 ada yang didepan mata ehh malah nyari yang lain.... malah kadang istri orang.... serakah gak tuh