Hamil Anak Siluman.

Mecca sedang merebahkan kepalanya diatas dada bidang Pandita. Mereka baru menyelesaikan percintaan panas nya siang ini.

Pandita membelai rambut Mecca yang panjang. "Mecca, aku ingin mengatakan sesuatu." Ucap Pandita sambil menatap langit-langit.

"Hmm, katakan saja Pandita! Asal jangan mengatakan kamu ingin menikah lagi." kata Mecca bergurau.

Pandita terkekeh mendengar ucapan Mecca. "Hahahah, mana mungkin aku menikah lagi, jika hanya dengan memilikimu saja aku sudah mendapatkan semuanya." kata Pandita dan memeluk erat Mecca. "Aku harus pergi untuk menjalankan perintah raja menemui manusia rakus yang ingin meminta kekayaan." ucap Pandita.

Mecca langsung mendongakkan kepalanya dan menatap tak percaya pada Pandita.

"Jadi kalian juga membuat para manusia itu tersesat, hhh aku tidak percaya!" ucap Mecca.

"Bukan kami yang membuat manusia manusia itu tersesat. Tapi ketamakan manusia manusia itu sendiri yang menjerumuskan diri mereka sendiri, ingin kaya tapi tidak ingin bekerja keras, hanya ingin mendapatkan kekayaan dengan cara instan."

"Kenapa kalian mengabulkannya?"

"Kami membutuhkan manusia-manusia itu untuk kami jadikan budak Mecca, kamu lihat castil ini, perkebunan, taman bunga jalanan yang bagus serta pemandangan indah ini semua hasil dari para budak manusia yang di tumbalkan manusia manusia serakah itu. mereka bahkan rela menumbalkan anak, istri bahkan orang tua mereka."

"Ini gila Pandita!" Mecca menatap Pandita dengan marah.

"Memang seperti itu kenyataannya Mecca, kau sudah tau dari awal bukan jika aku adalah siluman harimau. Kau mengatakan tidak keberatan. Kenapa sekarang kau marah?" ucap Pandita kesal.

"Aku tidak tau jika kalian siluman yang seperti itu!"

"Lalu siluman seperti apa yang kamu harapkan Mecca, semua siluman memang seperti ini."

"Aaah aku tidak percaya ini." Mecca berteriak dan bangkit dari atas tubuh Pandita dan memakai kembali pakaiannya. Ia berjalan menuju balkon kamarnya.

Disana ia melihat para pekerja yang sedang menanam bunga baby birth permintaanya. Ia tidak mengetahui jika mereka semua adalah manusia yang di tumbalkan. Manusia manusia itu bekerja tanpa henti.

Mecca menangis melihat para pekerja itu yang terlibat sangat kelelahan dan kesakitan.

"Jangan salahkan kami, kami hanya meminta imbalan dari mereka yang meminta kekayaan pada kami." tiba-tiba Pandita datang dari belakang.

"Kenapa harus manusi, kenapa kalian tidak meminta imbalan yang lain saja."

"Mana bisa begitu, kami butuh budak tidak butuh yang lain, sudah lah Mecca. kamu harus terbiasa melihat hal ini."

"Nggak! Aku nggak bisa melihat sesamaku di perlakukan keji seperti ini." ucap Mecca kesal.

"Lalu apa maumu sekarang!" tanya Pandita tak kalah kesal dengan sedikit berteriak.

"Bebaskan mereka semua!" ucap Mecca.

"Itu bukan kuasaku, itu sudah ranahnya raja. Lagipula jangan mentang mentang raja dan ratu memperlakukanmu dengan sangat baik, kamu bisa semena-mena memerintah mereka seperti itu. Hal ini sudah terjadi sejak dulu Mecca" kata Pandita kesal.

Mecca menangis mendengar jawaban Pandita. Entah bagaimana nanti hidupnya, yang jelas dirinya saat ini berpikir untuk pergi dari dunia siluman ini. Sepertinya ia akan mengikuti jejak ayahnya.

Mecca lalu berjalan mendekati ranjang bayi nya. Ia melihat anaknya sedang tertidur pulas saat ini.

Mecca tidak rela jika putranya kelak akan menjadi raja yang akan membuat umat manusia tersesat. Ia akan membawa anaknya pergi dari sini bagaimanapun caranya.

Karena Pandita bisa mendengar suara hati Mecca, ia mendekati Mecca dan mencengkram kedua bahu Mecca dengan kuat dengan mata berkilat amarah.

"Jangan coba-coba berpikir untuk membawa putra mahkota pergi dari castil ini. Dia penerusku di masa depan, setelah tahta raja turun padaku, kelak aku akan menurunkan tahta raja pada putraku. Ingat Mecca, kamu tidak berhak atas putraku. Aku ayahnya yang lebih berhak atas hidupnya." ucap Pandita marah.

Mecca belum pernah melihat Pandita semarah ini merasa ketakutan karena sesekali ia melihat raut wajah Pandita yang berubah seperti Harimau.

Mecca meronta berusaha melepaskan cekalan tangan Pandita dari bahunya karena ia merasakan sakit. Tapi semakin ia memberontak semakin kuat Pandita mencengkeramnya.

"Lepaskan Pandita, ini sakit. Kamu menyakitiku." ucap Mecca dengan airmata berlinang.

"Jangan pernah berpikir untuk kabur dari castil ini, hiduplah dengan nyaman disini dan ikuti apa perintahku. Maka aku akan memperlakukanmu sebagaimana permaisuriku. kamu permaisuriku, sudah seharusnya menuruti apa perintah pangeranmu." ucap Pandita. Pandita mengeluarkan taringnya yang tajam hingga membuat Mecca histeris karena ketakutan.

Karena mendengar teriakan Mecca, Harjun yang sedang tidur terbangun dan ikut menangis.

Rengganis yang sedang berjalan melewati kamar mereka mendengar tangisan Harjun juga teriakan Mecca langsung berlari dan membuka paksa pintu kamar itu.

Ia terkejut karena melihat Pandita mencengkram bahu Mecca hingga kuku kukunya menancap dan melukai bahu Mecca. Mecca terus meronta dan menangis berusaha melepaskan dirinya.

"Pandita! Apa yang kamu lakukan!" teriak Rengganis. Ia berlari dan membantu Mecca melepaskan diri dari cengkraman tangan Pandita.

"Pandita! Aku Ratu! Lepaskan tanganmu dari menantuku!" ucap Rengganis kesal kerena Pandita enggan melepaskan tangannya. Sementara Harjun sudah di tenangkan oleh Gemala dayang pribadi Mecca.

Pandita akhirnya melepaskan cengkeramannya pada bahu Mecca dan merubah ekspresinya yang semula membuat Mecca ketakutan.

Rengganis membawa Mecca duduk di kursi yang berada di kamar mereka dan meminta dayang untuk mengobati luka Mecca.

Pandita duduk di bibir ranjang karena masih sangat kesal mengetahui Mecca akan membawa kabur putranya.

Rengganis menghampiri Pandita yang masih bertelanjang dada, ia hanya memakai celana tanpa baju.

"Pandita, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa kamu sampai tega melukai Mecca?" tanya Rengganis kesal.

"Mecca berencana membawa kabur putraku bunda. Ayah mana yang tidak marah jika istrinya merencanakan akan kabur dari sini dengan membawa putraku." ucap Pandita.

Rengganis mengalihkan atensinya pada Mecca yang sedang meringis kesakitan karena di obati dengan airmata berlinang dan sesenggukan. Ia tak sampai hati menghakimi menantu kesayangannya.

"Apa masalah kalian Pandita, kenapa bisa Mecca ingin pergi dari castil ini. Bunda benar-benar tak menyangka kamu bisa tega pada permaisurimu, kamu lupa bagaimana dirimu sangat menginginkan Mecca. Kamu setiap hari merenung memikirkan Mecca, kamu sangat menginginkan nya menjadi permaisuri mu. Saat ini Mecca sudah menjadi permaisurimu, kenapa sampai tega berbuat seperti itu padanya. Setiap rumah tangga pasti akan mengalami pertengkaran Pandita, tapi jangan sampai saling melukai seperti itu. Mecca berada disini karena dirimu Nak, kamu yang membawanya ke sini. Jika ada masalah, katakan dan selesaikan dengan baik-baik, jangan sekalipun menggunakan kekerasan. Bunda akan memberikan kalian waktu untuk berbicara berdua, bunda akan membawa Harjun. Jangan pernah menyakiti Mecca nak, dia istrimu yang sejak dulu kamu inginkan. Saat sekarang sudah mendapatkannya jangan sekalipun menyakitinya. Jika dirimu tidak ingin menyesal di kemudian hari." Rengganis meninggalkan Pandita dan beralih menuju Mecca yang sudah selesai diobati. Pandita memikirkan perkataan Rengganis barusan.

Ia menyesal telah menyakiti Mecca, dirinya ingat bagaimana dulu sangat menginginkan Mecca. Sebelum bertemu dengan Mecca, Pandita selalu murung karena menginginkan Mecca menjadi istrinya.

Ia juga ingat saat Mecca mengandung putranya dan ketika itu ia sedang berperang menyerang kerajaan ular biru sama sekali tidak merasakan kelelahan. Itu karena Mecca mentransfer kekuatannya, Mecca rela merasakan lemah tak berdaya agar dirinya menang berperang.

"Mecca, apapun permasalahan kalian, selesaikan baik-baik ya. Jika Pandita menyakitimu lagi, jangan ragu untuk berteriak. bunda sendiri yang akan menghukumnya. Bunda menyayangimu melebihi kasih sayang Bunda pada Pandita nak. Bunda keluar dulu membawa Harjun ya." Rengganis mengusap air mata Mecca dan keluar bersama beberapa dayang.

Ia menggendong Harjun dan meminta dayang juga penjaga menjaga di depan kamar mereka berdua.

Jika nanti mendengar teriakan Mecca, ia meminta para dayang dan penjaga untuk langsung masuk membantu Mecca.