Nilam rela meninggalkan panggung hiburan demi Indra, suaminya yang seorang manager di sebuah pusat perbelanjaan terkenal. Sayangnya, memasuki usia dua tahun pernikahan, sang suami berulah dengan berselingkuh. Suaminya punya kekasih!
Nilam yang kecewa kepada suaminya memutuskan untuk kembali lagi ke panggung hiburan yang membesarkan namanya dulu. Namun, dia belum mampu melepaskan Indra. Di tengah badai rumah tangga itu, datang lelaki tampan misterius bernama Tommy Orlando. Terbesit untuk balas dendam dengan memanfaatkan Tommy agar membuat Indra cemburu.
Siapa yang menyangka bahwa lelaki itu adalah seorang pengusaha sukses dengan masalalu kelam, mantan pemakai narkoba. Mampukah Tommy meraih hati Nilam yang terlanjur sakit hati dengan lelaki dan bisakah Nilam membuat Tommy percaya bahwa masih ada cinta yang tulus di dunia ini untuk lelaki dengan masa lalu kelam seperti dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namanya Marissa
Entah sudah berapa kali Nilam berusaha untuk menghubungi suaminya, tetapi panggilan itu tidak dijawab sama sekali. Barulah ketika panggilan ke sembilan, telepon darinya itu akhirnya dijawab.
"Kau sibuk sekali, Indra?" tanya Nilam berpura-pura tenang.
"Ya, Sayang, sedikit sibuk. Sepertinya aku juga akan pulang pagi besok."
Jawaban itu membuat Nilam tertawa sinis di dalam hati, apalagi saat dia mendengar, sekarang Indra berusaha sedang mengatur nafasnya yang tersengal. Pasti dia sudah mengacaukan aktivitas panas di antara suaminya dan selingkuhan suaminya itu.
"Baiklah aku mengerti. Kan aku sudah bilang aku mengerti kalau kau akan lembur dan tidak pulang malam ini. Aku hanya ingin tahu kabarmu. Apa kau sudah makan?" tanya Nilam lagi, berpura-pura tidak tahu padahal saat ini hatinya benar-benar sakit.
"Aku sudah makan tadi, terpaksa meminta bawahanku untuk membelikan makanan karena kebetulan dia juga ingin membelinya keluar. Oh ya, kau sedang di mana? Kau sedang di rumah, bukan?"
"Ya, tentu saja aku sedang di rumah. Kau tidak percaya? Ingin video call?" tawar Nilam, padahal dia sudah tahu jawabannya, Indra pasti tidak akan berani untuk video call saat ini.
"Tidak-tidak, aku percaya padamu, Sayang. Baiklah, jangan lupa istirahat ya, besok aku akan pulang dan mengambil libur untuk bersama denganmu," katanya semanis mungkin kepada Nilam yang malah ditanggapi Nilam dengan tawa kecil.
"Kau juga jaga diri, aku memang sudah agak mengantuk," kata Nilam mengakhiri sambungan telepon itu.
Nilam tertegun sesaat setelah dia selesai berteleponan dengan Indra. Hatinya benar-benar dihantam rasa sakit teramat dalam, namun dia mati-matian menahan perasaan itu agar sempurna rencananya. Ia juga tidak memberitahukan siapapun tentang pengintaiannya saat ini, tidak kepada siapapun termasuk Yuki yang sudah beberapa kali menghubunginya hari ini dan dia tolak panggilan itu.
Nilam tengah memberanikan diri untuk mendengarkan rekaman yang didapatkan oleh cleaning service beberapa saat yang lalu. Sebelum mendengarkannya, Nilam menguatkan hati bahwa dia pasti mampu untuk mendengarkan percakapan antara suami dan selingkuhan suaminya itu.
"Jadi kapan, Ndra, kau akan menceraikan istrimu itu? Katamu kau tak cinta lagi kepadanya, tapi kau masih mempertahankan pernikahanmu dengannya!"
Cerai?! Pekik Nilam di dalam hatinya, seolah tak percaya dengan pendengarannya saat ini.
"Sabarlah, Marissa, tidak semudah itu menceraikan Nilam. Apalagi dia juga tidak punya kesalahan apapun, aku tentu harus mencari cara untuk bisa lepas darinya."
Oh jadi namanya Marisa. Desis Nilam di dalam hati, berusaha untuk mengingat nama itu meskipun dia jijik untuk menyimpannya dalam ingatan.
"Apanya yang tak mudah? Katamu kau tak cinta lagi kepadanya bukan? Aku tak mau, Ndra, terus-terusan menumpang di rumah temanku."
Oh, ternyata itu bukan rumah perempuan itu. Dia menumpang di rumah temannya. Dasar perempuan tidak berguna! Desis Nilam lagi di dalam hati setelah mengetahui satu kenyataan bahwa komplek perumahan elit itu bukanlah tempat kediaman bernama Marissa itu, dia hanya menumpang.
Kali ini tak mendengar suara Indra untuk beberapa saat, sepertinya lelaki itu tampak berpikir sebelum memberi tanggapan kepada Marissa.
"Pokoknya kau sabar saja, aku pasti akan segera menikahimu. Kau juga sudah telat haid bukan?"
Mata Nilam jadi melotot mendengar itu, apa mereka akan segera menikah? Nilam benar-benar tidak mempercayai apa yang saat ini sedang didengarnya. Entah cobaan apa yang tengah menghantam dirinya saat ini mengingat dia sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik dan patuh kepada Indra tetapi lelaki itu membalasnya dengan pengkhianatan. Apalagi saat ini dia mendengar bahwa selingkuhan Indra itu sudah tidak datang bulan, berarti perempuan itu hamil? Hamil anaknya Indra?
"Secepatnya, Ndra. Aku tidak ingin terusan menumpang di tempat orang lain. Aku sudah memberikan segala hal untukmu. Kita sudah sering melakukannya dan aku ingin pengakuan atas statusku ini! "
Sundal memang!!! maki Nilam dengan emosi yang hampir meledak mendengar kata-kata dari perempuan itu.
Lalu, percakapan terhenti. Nilam menyimpannya rapi di dalam memori ponselnya. Ini akan jadi bukti yang pasti akan memberatkan Indra kalau suatu saat mereka akan bercerai. Sesungguhnya Nilam tidak punya niatan untuk bercerai, dia hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya, dan dia memang mencintai Indra.
Namun, mendengar kenyataan yang terpampang begitu saja sekarang, hati Nilam jadi begitu sakit. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apa yang bisa dilakukannya saat ini adalah menenangkan diri dan berpura-pura tidak tahu segala hal yang dilakukan Indra di belakangnya. Dia tidak akan tinggal diam, dia tidak akan membiarkan pelakor itu senang-senang di atas penderitaannya. Pasangan haram itu harus membayar semua kesakitan yang telah dirasakan oleh Nilam selama ini.
Nilam menenggelamkan kepalanya di antara bantal empuk hotel, meredam suara tangis yang hanya disaksikan oleh kehampaan. Sejatinya dia perempuan yang kuat, tetapi tentu bisa menangis ketika hatinya terluka parah seperti ini.