NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:44.9k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23 ~ Dia Kembali

“Tunggu.”

Radit dan Lena menoleh, Karta mengejar mereka.

“Yang tadi itu … setan ‘kan?” tanya Karta lirih karena mereka berada di area depan deretan kamar rawat.

“Iya. Dia yang sering ganggu Deo dan gue. Nggak ngerti juga sih, hubungan dengan gue apa,” sahut Radit.

“Motor,” ujar Lena. “Deo pakai motor kamu waktu dia bunuh Mirna.”

“Serius? Jadi, Deo membunuh perempuan itu dan sekarang gentayangan?” tanya Karta lagi masih dengan suara lirih.

Lena menganggukan kepalanya. “Tadi aku diperlihatkan bagaimana kejadian sebenarnya, teman kalian memang kejam,” ujar Lena.

“Berarti … Deo bakal dipenjara?” tanya Karta lagi.

“Tentu saja, dia sudah menghilangkan nyawa orang. Kita ada di negara hukum dan yang dilakukan oleh Deo itu kejahatan. Mau itu sengaja atau tidak sengaja.”

“Tapi Deo bilang dia tidak sengaja,” ujar Karta masih membela Deo. Sebagai sahabat, dia tidak menyangka kalau bisa sekejam itu, karena mengenal kesehariannya.

“Dari yang aku lihat, tidak bisa dikatakan tidak sengaja,” ujar Lena lagi.

“Memang gimana ceritanya?” Radit pun ikut penasaran. Lena menceritakan kilasan yang ia lihat, mengenai kejadian terbunuhnya Mirna oleh Deo.

Radit dan Karta hanya menggelengkan kepala.

“Apa yang dilakukan Deo itu sadis. Karena potongan kaca tidak setajam alat bedah yang bisa langsung memotong urat nadi dan membuat korban langsung meninggal. Mirna tersiksa dulu dan rasanya pasti sangat sakit.”

“Lo temani Dio, gue dan dia harus ke kamar jenazah. Akan ada pihak yang berwajib datang untuk ambil ini,” ujar Radit menunjuk goody bag yang dibawa oleh Lena.

***

Hampir pukul empat pagi pihak kepolisian meninggalkan rumah sakit, mereka menuju ke lokasi ditemukan jenazah Mirna dan membawa barang milik Mirna. Lena dan Radit diminta untuk membuat keterangan karena menemukan barang-barang tersebut. kejadian itu masih diusut dan perlu bukti lain untuk menjerat Deo sebagai tersangka.

“Jadi gangguan kemarin karena jenazah itu?” tanya Zul pada Radit dan Lena.

“Ya gitu, tapi malam ini nggak ada gangguan ‘kan?”

“Ya nggak akan ada, ‘kan setannya di kamar teman kamu,” sahut Lena. “Aku balik ke ruangan ah, lumayan bisa tidur tiga jam,” ujar Lena lalu pamit.

“Eh, mau ditemenin nggak.” Radit menawarkan diri dan langsung ditarik oleh Zul.

“Lo di sini aja.”

Jam sembilan pagi, baik Lena dan Radit sudah berada di kantor polisi. Mereka memberikan kesaksian dan keterangan bagaimana menemukan barang milik Mirna. Lena juga menceritakan kalau dia mendapatkan penglihatan kejadian pembunuhan Mirna. Meskipun ditanggapi dengan tawa tidak percaya.

***

Beberapa hari kemudian. Sesuai dengan janjinya, Lena dan Radit ikut mengantarkan jenazah Mirna ke kampung halaman. Otopsi sudah pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit dan Lena yang melakukannya. Kesimpulan kematian Mirna hampir sama dengan kejadian yang dia lihat meskipun hanya kilasan.

Keluarga Mirna tentu saja bersedih dengan kedatangan jenazah. Sempat tidak ada kabar dari perempuan itu, sekalinya ada kabar mengenai kematian.

“Sekarang Deo ada di mana?” tanya Lena sambil berbisik, masih berada di kediaman Mirna.

“Kemarin sudah boleh pulang, tapi polisi belum menyatakan kalau Deo adalah tersangka.”

“Kok bisa?”

Radit menggelengkan kepalanya. “Gue nggak bela Deo atau Mirna, tapi kalau memang salah gue tetap minta dia tanggung jawab.”

Lena berdecak, ia khawatir kalau hantu Mirna akan kembali penasaran karena janji Deo bertanggung jawab tidak terbukti. Ponsel wanita itu berdering, ternyata dari pihak kepolisian yang tidak berhasil menemukan potongan kaca untuk melukai Mirna.

“Kita harus ke lokasi, jangan sampai bukti paling akurat malah hilang.” Lena dan Radit pun meninggalkan kediaman MIrna.

Sedangkan di lokasi berbeda, tepatnya di kediaman orangtua Deo. Sedang ada pertemuan disana, orangtua Deo menunjuk beberapa pengacara terkenal dan biasa menang dalam persidangan. Deo hanya menundukan wajahnya, ia sudah mengakui kesalahannya di depan Karta dan Dio. Hanya sebatas menyatakan dia bersalah dan tidak sengaja.

“Besok Deo akan memenuhi panggilan kepolisian, kalian harus pastikan Deo tidak mengucapkan apapun yang memberatkan,” titah ayah Deo. Keluarga itu memang keluarga berada, bahkan Karta dan Radit sungkan untuk mengunjungi Deo di kediamannya yang megah.

“Deo, kamu dengar Papi?” Deo hanya menganggukan kepalanya.

“Ikuti apa kata pengacara, kalau kamu mau aman.”

***

Radit sudah tiba di rumah sakit lebih awal, padahal jam kerjanya masih satu jam lagi. malam ini jadwalnya shift dua. Sejak tadi ia menunggu informasi dari Karta karena hari ini Deo memenuhi panggilan dari kepolisian.

“Woy, main Hp aja lo,” ujar Zul yang baru datang.

“Ngagetin aja bang,” keluh Radit kembali fokus pada ponselnya melakukan panggilan pada Karta. “Halo,” ujar Radit.

“Ya, Dit,” sahut Karta di ujung sana.

“Gimana kabar Deo, lo belum kasih info juga sih. Gue nungguin dari tadi,” sahut Radit lagi.

Terdengar decakan di ujung sana, membuat Radit penasaran. “Karta,” panggil Radit.

“Gue hubungi Dio, katanya Deo dan tim pengacaranya baru aja pulang dan dia belum dijadikan tersangka,” jelas Karta.

“Hah, kok bisa?”

“Ya bisalah, itu buktinya. Katanya bukti yang ada nggak cukup kuat, termasuk saksi mata. Pernyataan dokter Lena yang melihat kilasan apa yang dilakukan Deo pada Mirna tidak masuk akal dan tidak bisa dijadikan bukti kalau Deo bersalah,” tutur Karta dan membuat Radit meradang. Bukannya ia ingin Deo divonis bersalah, tapi di sini memang Deo jelas melakukan kesalahan.

“Potongan kaca dan tas Mirna gimana? Ada sidik jari Deo di sana,” ujar Radit lagi.

“Gue nggak ngerti Dit, yang jelas Deo sudah pulang dan sekarang masih bisa bobo ganteng di kamarnya yang nyaman. Lagian gue juga sangsi kalau Deo melakukan hal itu karena buktinya memang nggak kuat.”

Radit menghela pelan lalu mengakhiri panggilan, ia juga mengirimkan pesan untuk Lena mengatakan informasi tentang status Deo.

“Semoga aja, Mirna sudah tenang di alam sana.”

Radit sudah berganti seragam dan mulai bekerjanya dengan timnya. Sampai dengan tengah malam tidak ada tugas atau panggilan untuk mengambil jenazah pasien. Doa setiap tim ketika akan memulai bekerja selalu berharap tidak ada pasien yang meninggal atau jenazah datang dari luar rumah sakit karena kecelakaan atau korban pembunuhan.

Telepon di meja administrasi berdering, Radit yang bersandar di kursi dengan malas dan sempat terlelap pun terjaga. Zul yang berbaring di kursi stainless juga ikut terbangun, dua orang lainnya masih terjaga sedang bermain catur.

“Angkat Dit,” titah Zul.

Ternyata ada pasien meninggal di lantai delapan dan di IGD.

“Lo jaga di sini Dit, gue ke IGD dan kalian,” ujar Zul pada kedua rekannya. “Kalian ke lantai delapan.”

Radit hanya jawab iya, lalu menguap dan meregangkan tubuhnya. Sempat menatap jam dinding menunjukan pukul dua pagi. Setelah ketiga rekannya pergi, Radit mempersiapkan dokumen kedatangan jenazah dan mempersiapkan form yang harus keluarga pasien isi ketika membawa pulang jenazah tersebut. Bahkan ia memasuki ruang tengah tanpa rasa takut seperti yang pernah dirasakan sebelumnya.

Mempersiapkan perlengkapan untuk memandikan jenazah sambil bersiul lalu menutup lemari di mana menyimpan stok sabun, kain kafan dan yang lainnya.

Prang.

“Astagfirullah.” Radit berbalik dan melihat baskom stainless sudah teronggok di lantai. Padahal ia yakin kalau sebelumnya ada di atas wastafel tempat cuci peralatan. Saat membungkuk hendak mengambilnya, brankar kosong di dekat dipan pemandian jenazah perlahan bergerak.

Radit sempat terdiam menatap roda brankar yang perlahan berputar membuat benda itu meluncur pelan.

“Hiks …. “ terdengar tangisan dari balik tirai tempat melakukan otopsi.

Tangisan yang tidak asing di telinganya. Radit menelan saliva berusaha mengenyahkan rasa takutnya.

“Zul,” panggil Radit padahal jelas Zul sedang ke IGD.

“DIA HARUS TANGGUNG JAWAB!”

Brak.

Pintu antara ruang tengah dan ruang administrasi tertutup. Radit merasa ada yang tidak beres, sepertinya arwah Mirna kembali untuk menuntut balas. Namun, kenapa datang kepadanya bukan pada Deo yang jelas bersalah.

Srek

Tirai pembatas perlahan bergeser sendiri, Radit mematung karena tubuhnya mendadak tidak bisa digerakan. tidak ada apapun di balik tirai. Namun, suara tangisan semakin jelas terdengar dari arah … belakang. Bulu kuduknya sudah merinding hebat, perlahan ia menolehkan kepala dan ….

 

1
kak agusaja
pulang tanpa pamit ya dit..🤣🤣🤣
kak agusaja
gatel hantunya,,org mandi pun diikutin
Lea_Rouzza
hii sereem toor
Ila Latifah
ahirnya tamat. aku nungu novel yg lain. ga mau baca horor🤣🤣🤣
Arieee
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Fatimah Ziyadatul Khair
seru ceritanya. semoga segera nelurin cerita horor baru lagi. semangat kak othor
Vita Liana
cerita baru lagi dung kak hehe
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣bukanya seneng tapi senep tiap hari liat hantu
Zuhril Witanto
astaghfirullah...
Zuhril Witanto
itu balasan untukmu Deo ..karna kamu gak mau mengakui dan gak bertanggung jawab
Zuhril Witanto
dan aaaaas.....
Zuhril Witanto
jelas2 Deo salah masih aja ngelak...biar aja di bawa
Zuhril Witanto
hantune ngeyelan
Zuhril Witanto
deg degan
Zuhril Witanto
motor Radit kan di pinjem Deo waktu itu
Zuhril Witanto
🤭🤭 ngarep
Zuhril Witanto
tuh hantu maksa banget
Zuhril Witanto
horor seru
Zuhril Witanto
ya ampun siapa yang nabrak
Zuhril Witanto
hantunya ikutan mandi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!