NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 23

Aku menarik kata-kata ku. Hari ini aku pulang bersama Victor. Victor membawaku ke suatu tempat yang lumayan aku sukai, taman bunga. Kami duduk di bangku yang letaknya dekat dengan pancuran taman bunga. Semua yang ada di taman ini terlihat indah, tapi aku tidak bisa menikmati keindahan ini.

"Bagaimana kemarin? Kamu sudah baikan?" Victor bertanya seolah-olah peduli kepadaku. Aku menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan Victor. Aku masih merasa sedih dengan kejadian kemarin.

"Aku tahu kamu masih sedih, aku mau mengingatkan kamu, di dunia ini bukan dia saja pria, aku juga pria. Aku tidak kalah jauh dari dia, mengapa kamu tidak mencoba untuk memulai bersamaku? Dia sudah punya pacar, begitu kata kamu, kan? Kamu juga bisa menjadikan aku pacar kamu."

Sepertinya Victor serius ingin berpacaran dengan ku, apa aku terima dia, ya? Jika aku menerima Victor, apa aku dan Kevin masih bisa berteman? Aku agak tidak enak jika aku menolak Kevin dan menerima Victor. Apa cinta memang serumit ini?

"Maaf Victor, aku akan berpikir lagi. Terimakasih sudah menyukaiku sebelumnya dan terimakasih sudah menemaniku."

"Tentu saja, sudah menjadi tanggung jawabku untuk menemani kamu di saat kamu terpuruk."

Senyuman ku muncul kembali ketika Victor mengatakan demikian. Kami memang belum kenal lama, tapi dia sudah sangat baik kepadaku. Mulai sekarang aku akan memasukkan nama Victor ke dalam daftar nama teman-teman terbaikku.

Victor menghibur ku sampai kami lupa waktu. Sekarang sudah menunjukkan pukul 03.00 sore, kami harus pulang kerumah. Victor menawarkan dirinya untuk mengantar aku pulang ke rumah. Dengan senang hati, aku menerima tawaran Victor.

Aku menikmati perjalanan yang kami tempuh. Matahari cukup hangat saat ini, semua jalanan yang kami lalui rasanya sangat indah.

30 menit berlalu, aku sampai di rumah. Aku berterimakasih kepada Victor, kemudian masuk ke dalam rumah. Aku membuka sepatuku dengan keadaan hati yang baik. Perutku juga sudah berbunyi, aku ingin memakan masakan Mama.

"Tumben lama pulang," ucap Mama ketika aku membuka sepatu.

"Tadi sama teman dulu main-main, Ma," jawabku tanpa ada rasa bersalah.

"Papa sudah pulang, Ma?"

"Sudah, Papa lagi tidur. Kamu sudah makan sayang?"

Aku menggeleng.

"Mama buatkan dulu, ya. Kamu ganti pakaian sana."

"Siap Mama."

Aku berlari ke kamar untuk mengganti seragam sekolah ku. Aku meletakkan tas sekolahku dengan perlahan ke atas kursi belajar ku. Sebelum aku mengganti pakaian, handphone ku bergetar. Aku mengambil handphone ku yang ada di atas kasur, lalu membukanya. Panggilan telepon dari Kevin tidak ku angkat sebanyak 50 kali. Ternyata aku lupa mematikan data ku ketika aku pergi kesekolah (aku tidak membawa handphone kesekolah).

Saat ini aku sangat takut mengangkat telepon dari dia. Aku takut dia marah. Aku ragu-ragu mau mengangkat teleponnya atau tidak. Aku tidak enakan dengan dia.

"Angkat Tarasya." Sebuah pesan terkirim kepadaku. Kevin memberikan pesan itu kepadaku supaya aku mengangkat teleponnya.

Dengan perasaan yang campur aduk, aku mengangkat telepon dari Kevin. Aku tidak berani bicara duluan. Aku sangat takut dia akan marah.

"Akhirnya diangkat juga. Bagaimana kabar kamu?" Kevin bertanya dengan nada lembutnya. Aku menggaruk kepalaku lagi karena tidak sesuai dengan ekspektasi.

"Kabar ku baik, bagaimana dengan kamu?" tanya ku kembali. Aku harus bisa senormal mungkin ketika berbicara dengan Kevin.

"Baik. Kamu dari mana saja, mengapa tidak mengangkat telepon ku dari tadi?"

Baru saja aku berpikir Kevin akan bertanya demikian, dia betulan menanyakannya. Aku tidak tahu aku harus berbohong atau tidak. Aku betulan sangat takut Kevin akan marah ketika aku mengatakan kalau aku keluar bersama Victor. Jika aku berbohong, aku takut Kevin sudah tahu kebenarannya. Otakku dipenuhi dengan pertanyaan random sekarang. Lebih baik jujur atau berbohong?

"Kenapa diam Tasya? Kamu bisa ceritakan semua kepadaku, seperti sebelum aku pergi ke Prancis. Ceritakan saja dengan jujur, aku tidak akan marah."

"Janji tidak marah?" tanya ku memastikan. Aku benar-benar tidak ingin Kevin marah padaku.

"Janji," jawabnya dibarengi dengan kelembutannya.

Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskan nya dengan perlahan. Aku siap menceritakan semuanya kepada Kevin. Kevin sudah berjanji dia tidak akan marah. "Sebenarnya aku tadi keluar bersama Victor setelah pulang sekolah dan aku tidak membawa handphone ku," ucap ku dengan sedikit gelisah.

"Lalu?"

"Maksud kamu?" tanya ku bingung.

"Aku kenal kamu dengan baik Tasya, kamu tidak akan keluar bersama orang asing tanpa asalan yang jelas. Mengapa kamu keluar bersama dia? Jawablah dengan jujur, aku akan menepati janji ku."

"Itu sebenarnya karena, apakah aku harus mengatakannya? Aku takut kamu marah."

"Aku akan menepati janji ku. Kamu percaya sama aku, kan?"

Aku mengangguk. Lebih baik aku menceritakan semua kepada Kevin. "Setelah kita bertelepon kemarin, aku melihat status kamu bahwa kamu sedang belajar dengan seorang perempuan di sana. Dia bahkan berani memperlakukan kamu seperti pacarnya. Aku ingin bertanya kepada kamu meminta kepastian, lalu aku menelepon kamu kembali. Aku pikir yang mengangkat telepon itu adalah kamu, ternyata wanita itu yang mengangkat. Aku bertanya hubungan kalian apa dan dia menjawab mungkin kamu suka sama wanita itu. Setelah mendengar itu kemarin, aku sangat sedih, jadi aku menceritakan semua kepada Victor, dan hari ini dia menghiburku."

Aku menceritakan semua kepada Kevin tanpa adanya kebohongan. Kevin paling tidak suka jika ada yang berbohong kepadanya. Dari pada dia marah karena aku bohong, lebih baik dia marah karena aku jujur. Dengan begitu kami masih bisa berteman dengan baik.

"Kamu sudah salah paham. Aku tidak menyukai dia. Bagaimana mungkin aku menyukai adikku sendiri?"

Apa? Adik? Aku benar-benar malu! Mau kemana dibuat mukaku ini? Mengapa wanita kemarin tidak mengatakan bahwa dia adalah adik Kevin? Aku sangat malu!

"Be-benarkah?"

"Iya. Seharusnya kamu bertanya kepadaku entah itu di malam hari. Sekarang giliranku, aku minta kejujuran kamu. Kamu dan Victor bahas apa saja tadi?"

Aku tidak menduga Kevin akan bertanya detailnya. Dia sangat khawatir jika aku dilukai oleh orang lain. Sungguh seorang abang yang pengertian.

"Sebenarnya inti dari percakapan kami, dia memintaku untuk berpacaran dengannya. Kata Victor bukan kamu saja cowok di dunia ini, jadi aku tidak perlu sedih."

"Lalu kamu menerima dia?"

"Sebagai pacar? Tidak, aku menolak dia tadi. Ngomong-ngomong Kevin, misalnya kita pacaran, apakah belajar akan terganggu?"

"Maksudnya kita yang pacaran? Aku dan kamu?"

"Bukan," jawab ku dengan cepat. Aku masih jauh tertinggal untuk setara dengan Kevin, bagaimana mungkin aku bisa menerima dia sekarang.

"Sama orang lain, ya? Itu sebenarnya tergantung diri kamu sendiri, Tar. Kalau kamu lebih memprioritaskan pacaran, belajar kamu akan terganggu, tapi kalau kamu lebih memprioritaskan belajar, kamu harus sanggup ketika pacar kamu marah-marah karena kamu selalu mengabaikannya."

"Kalau dua-duanya suka belajar?"

"Tidak mungkin Tar. Logika saja, cewek itu butuh perhatian, kalau pacarnya lebih mengutamakan belajar, pasti si cewek akan merasa sendirian. Misalnya si cewek juga suka belajar, ujung-ujungnya dia juga ingin diperhatikan. Setidaknya cowoknya harus peka. Cowok juga ada yang begitu, ketika dia mendapat cewek yang lebih mengutamakan belajar, dia akan marah dan merasa tidak dihargai. Bagaimana menurut kamu? Pacaran itu rumit, kan?"

"Tapi tidak ada salahnya pacaran di usia segini, kan?"

"Tidak salah, yang penting kamu bisa jaga diri dengan baik. Misalnya pun kamu ingin pacaran, utamakan belajar. Jika pacar kamu punya pemikiran yang luas, dia tidak akan marah ketika kamu lebih memprioritaskan belajar dan ingat satu hal Tar, kamu jangan termakan omongan manis cowok, rata-rata cowok itu hanya penasaran, aku hanya mengingatkan supaya kamu tidak sakit hati kedepannya."

"Baiklah Kevin, terimakasih karena kamu tidak marah dan terimakasih atas perhatian kamu. Aku menunggu kamu pulang. Baik-baik di sana, ya. Sampai di sini dulu, Mama sudah memanggilku untuk makan."

"Iya. Jaga dirimu di sana. Sampai nanti." Kevin mengakhiri percakapan kami. Aku tidak mau berlama-lama lagi di kamar, aku ingin makan, perutku sudah keroncongan.

1
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!