Tuan Autis

Saat senja berganti malam dan bulan sudah menggantikan matahari, Velisha juga sudah berberes di standnya untuk segera pulang.

Tapi seorang ibu tiba tiba datang menghampirinya "Nak Velisha, apa Nak Ija baik baik saja?" tanya ibu itu.

"Eh ibu, tidak apa bu, dia baik, hanya terluka sedikit saja, apa benar tadi sore ada tawuran di sini bu?" tanya Velisha penasaran.

Riza langsung terbengong mendengar obrolan mereka, dia tidak tau ibu itu siapa tapi sepertinya dia tau soal masalah tadi sore.

"Tawuran?, bukan tawuran nak Velisha, tapi Ija tadi sepertinya di pukuli oleh teman nak Velisha, soalnya mobil mereka sering ibu lihat mengunjungi nak Velisha juga ke sini" ucap si ibu penjual pakaian di sebrang stand itu.

"Di pukuli?" Velisha lalu melirik Riza

"Apa benar kak?, kau bilang salah sasaran orang tawuran tadi" ucap Velisha dengan menatap tajam pada Riza.

Riza hanya tersenyum bingung, karena itu di luar dugaannya , Riza memang ingin menutupi hal itu, tapi apa mau di kata kalau orang lain sudah mengatakannya .

"Kenapa kau berbohong padaku?, siapa sebenarnya orang yang memukulmu?" tanya Velisha.

"Aku sebenarnya tidak ingin mengatakannya, tapi mungkin kau juga bisa menebak siapa orangnya" ucap Riza dengan tersenyum.

"Siapa?, apa itu Zidan ?" tanya Velisha

Riza hanya tersenyum simpul.

"Pasti dia kan?, kenapa kamu harus berbohong padaku? apa dia mengancamu juga?" tanya Velisha.

"Tidak, Aku hanya tidak ingin memperkeruh suasana hatimu, itu saja, tidak lebih" ucap Riza

"Aku lebih tidak suka kalau kau menutupi kesalahannya, besok aku akan bicara padanya, lihat saja" ucap Velisha dengan wajah kesal.

"Tidak perlu, ini hanya luka kecil saja kan , tidak perlu dibesar-besarkan" ucap Riza

"Tidak !, ini bukan soal lukamu, tapi soal kelakuannya, ini pasti karena dia kesal padaku, lalu melampiaskannya padamu" ucap Velisha geram.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, ngomong-ngomong, sekarang Aku sangat lapar, apa tidak sebaiknya kita cari makan malam dulu" ucap Riza mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu lapar ?, baiklah, kalau begitu kita cari tempat makan sebelum pulang" ucap Velisha

Lalu Felisha berbalik ke arah Ibu yang tadi

"Terima kasih Bu sudah memberitahu, Kalau tidak aku mungkin tidak akan tahu" ucap Velisha.

"Oh, kukira nak Riza sudah bercerita," ucap si ibu.

Velisha hanya tersenyum rumit.

Setelah mengunci pintu stand, mereka segera pergi untuk mencari makan malam untuk mereka berdua.

"Ja, Apa kau yakin makan di sini?, sepertinya di sini tidak ramah di kantong" ucap Velisha yang mengikuti Riza masuk ke sebuah Cafe.

"tidak perlu khawatir, aku ada sedikit uang cukuplah kita berdua makan di sini, sekali-kali, jangan nasi bungkus terus" ucap Riza.

"Yakin?" tanya Velisha

Riza hanya tersenyum, lalu mengangkat tangan untuk memanggil pelayannya, yang juga langsung menghampiri.

Mereka pun segera memesan makanan apa yang mereka mau di sana, meskipun Velisha sedikit ragu-ragu juga.

"O yah, Apa Zidan membawa banyak temanya tadi, ?" tanya Velisha sembari menunggu pesananya

"Sudahlah, aku harap tidak perlu membicarakan hal lain, nikmati saja makan malamnya" ucap Riza.

"Oh, Baiklah" ucap Velisha, dia mulai memperhatikan sekelilingnya, dan mulai sadar kalau tempatnya cukup romantis, dan banyak muda mudi yang sengaja Diner.

Velisha langsung tersenyum, "Ini kita di sini seperti nyamuk tau nggak, orang orang lagi pada Diner dengan pasanganya, tuh lihat" ucap Velisha melirik ke meja lain.

"Anggap saja kita juga seperti mereka" ucap Riza.

"Ya, hhhhh" ucap Velisha menghela nafasnya.

Dan saat dua orang pelayan kafe mengantar makanannya ke meja Velisha, dia sedikit terkejut karena mereka nampak tidak asing.

"Cie Cie ketahuan lagi diner, berdua aja nih, ehm ehm" ucap sang pelayan yang menaruh menu Velisha di meja.

"Lho, Ray, Hana, kenapa kalian ada di sini?" tanya Velisha heran, karena setaunya mereka berdua itu magang di sebuah klab malam.

"Memang kita kerja di sini sekarang, kita di pecat dari klab minggu lalu, gara gara Raya mukul pelanggan pake pantofel tuh" ucap Hana.

"Sungguh?, kenapa kalian tidak pernah cerita?" tanya Velisha yang benar benar tidak tau.

"Aku pikir itu bukan hal yang penting, juga kamu sudah tau sekarang kan" ucap Raya

"Malu banget tau Vel, dia yang buat masalah, tapi aku ikut malu juga di marahin si bos, memang sih pelangganya yang kurang ajar," ucap Hana.

"Untung aku tidak jadi ikut kerja bareng kalian ya , kalau iya aku juga pasti ikut malu Han" ucap Velisha

"Sudahlah Han, kita mending pergi saja, jangan ganggu diner mereka, manager sudah liatin kita tuh" ucap Raya.

"Oh iya, Vel kita kerja lagi ya, silahkan nikmati dinernya, semoga kalian puas berada di tempat kami Ini" ucap Hana seraya membungkuk, kemudian beranjak pergi beriringan dengan Raya.

"Hey, teman teman, Hmhh sekalinya kita ketemu di luar kampus, mereka tidak bisa gabung, sayang sekali" ucap Velisha

"Kebetulan sekali kita mengunjungi tempat mereka" ucap Riza.

"Iya, ada angin apa ya kamu ajak aku kesini?" tanya Velisha.

"Entahlah, mending kita makan saja sekarang, selagi hangat" ucap Riza langsung mengambil alat makannya.

"Hoaaamm,,, Iya" Velisha menguap dengan mata yang terlihat mengantuk.

"Apa kamu ngantuk?" tanya Riza.

"Ya lumayan, soalnya semalaman aku ngerjain tugas yang menumpuk, sudah ke pending lama kan" ucap Velisha.

"Ya, sudah segera habiskan makananmu, setelah itu kita pulang" ucap Riza.

"Iya" ucap Velisha segera menyantap makanannya.

.

Tapi setelah selesai makan, Velisha malah langsung terkulai di meja.

"Velisha, kita pulang sekarang" ucap Riza.

Tapi tidak ada Respon dari Velisha.

"Vel" Riza beranjak dari kursinya dan mencoba melihatnya.

"Astaga, kau benar benar tidur di sini?, hah?" ucap Riza tidak mengerti.

"Vel, bangun, kita pulang" ucap Riza dengan lembut.

"Lho, kak Ija, kenapa Velisha?" tanya Hana yang menghampiri mereka

"Sepertinya hanya ketiduran, mungkin dia capek" ucap Riza.

"Oh, terus siapa yang akan membayar makanannya?" tanya Hana,

Riza hanya tersenyum, dan mengambil bilnya

Riza segera mengeluarkan dompet dan mengambil beberapa uang kertas merah dan biru di dalamnya.

"Ini, Aku yang bayar" ucap Riza

"Oh, terimakasih, eh tapi ini kebanyakan kak, nggak bisa hitung ya?, tiga juga sudah cukup, ini yang duanya simpan lagi" tanya Hanya meremehkan.

"Tidak perlu, sisanya untuk tip kalian" ucap Riza.

"Wih, lumayan, makasih ya kak baik banget, tapi ini uang siapa, uang mu atau uang Velisha?" tanya Hana, dia ragu karena dia taunya Riza bekerja untuk Velisha.

"Itu uangku, tenang saja, tapi sekarang bagaimana aku membawa Velisha pulang?" tanya Riza.

"Lho lho, Velisha pingsan ya?" tanya Raya yang baru datang.

"Enggak, dia hanya ketiduran" ucap Hana.

"Astaga, kasian bener ni anak, ya sudah gendong saja Ja, kasian kalau di suruh jalan kan" ucap Raya.

"Gendong?" tanya Riza

"Iya, sok, aku bantuin" ucap Raya

Riza langsung tersenyum Rumit.

"Baiklah, tidak masalah" ucap Riza langsung merendahkan bahunya di depan kursi Velisha.

Dengan bantuan Raya dan Hana, Velisha pun segera berpindah tempat ke punggung Riza, dan dia benar benar terlelap sampai sampai dia tidak breaksi apapun.

Riza segera menggendongnya nya keluar kafe, dan di sambut oleh pengawal Riza yang melihat mereka keluar.

"Tuan, ada apa dengan nona Velisha?" tanya sang pengawal.

"Tidak apa, dia hanya tertidur" ucap Riza.

"Biar kami yang antar, tuan bawa nona ke mobil saja" ucap Pengawal.

"Tidak, aku saja yang akan mengantar dia ke rumahnya, supaya dia tidak terganggu" ucap Riza.

"Apa anda yakin?" tanya Pengawal.

"Mmmhh" ucap Riza.

"Oh, baiklah" ucap Pengawal.

Riza memutuskan menggendong Velisha untuk pulang, karena dari tempat itu hanya melewati satu blok saja untuk sampai ke pemukiman Velisha, dan itu tidak terlalu jauh.