Semenjak Aji memergoki perselingkuhan tunangannya bersama lelaki lain di kamar hotel, ia memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang akan digelar beberapa bulan lagi.
Hingga suatu ketika Aji bertemu dengan Syadira, staf resepsionis di kantornya. Aji meminta Syadira menjadi kekasih kontraknya sampai Bella, mantan tunangannya menikah. Sedangkan peraturan kantor melarang adanya hubungan sesama karyawan.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan mereka? Apakah hanya sebatas kekasih kontrak atau kekasih selamanya? Bagaimana respon keluarga Aji yang merupakan pemilik perusahaan?
Simak selengkapnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegundahan Aji
Vita duduk terdiam menunduk di hadapan Aji setelah Sekeretaris CEO itu memintanya untuk ke ruangannya.
“Jelaskan sama saya kenapa Syadira mengundurkan diri tanpa mengatakan pada saya? Apa alasannya? Kamu pasti tahu,” pinta Aji agar Vita jujur padanya.
Vita mulai menceritakan tentang ayah Aji yang meminta Syadira untuk menghadapnya kala itu. Di sana Syadira dipaksa menandatangani surat pengunduran diri dengan alasan kontrak Syadira tak diperpanjang lagi. Padahal, jelas selama 1 tahun ini, Syadira tak pernah melakukan kesalahan apa pun, bahkan terlambat ke kantor pun tidak pernah. Seharusnya, Syadira masih memiliki hak 2 tahun lagi untuk bekerja sesuai dengan peraturan kontrak kerja. Vita juga mengatakan bahwa Syadira tak boleh mengatakan hal ini pada Aji atas permintaan ayahnya.
Raut wajah Aji memerah mendengar cerita Vita.
“Tapi, Pak, saya takut bila ada yang tahu bahwa saya yang memberi tahu Pak Aji tentang hal ini,” ucap Vita ketakutan ayah Aji akan melakukan hal yang sama padanya.
Aji menenangkan Vita bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya.
“Itu alasan kenapa Syadira mulai mencari pekerjaan baru satu bulan ini,” tambah Vita.
“Terima kasih ya Vit atas kejujurannya, kamu bisa kembali bekerja,” ucap Aji mempersilakan Vita kembali ke meja kerjanya.
“Maaf, Pak. Ada yang harus saya sampaikan lagi, ini pesan Syadira,” lanjut Vita yang belum beranjak dari tempat duduknya.
“Ada apa, Vit, silakan bicara,” pinta Aji yang penasaran dengan pesan Syadira.
Vita menjelaskan terkait isu berita penggelapan dana yang tengah terjadi, tentang kecurigaan Syadira yang tertuju pada seorang karyawan laki-laki senior yang dilihatnya di halte kantor kala itu beserta alasannya. Awalnya, Syadira tak ingin ambil pusing dengan kejadian yang dilihatnya di halte. Namun, kecurigaannya semakin kuat saat Syadira melihat karyawan laki-laki tersebut tampak sedang mengoperasikan komputer milik kepala divisi keuangan, di jam pulang kantor, secara sembunyi-sembunyi.
“Saat itu saya dan Syadira sedang lembur karena diminta Pak Yogi untuk membantu mempersiapkan berkas-berkas yang akan di bagikan pada peserta rapat keesokan harinya. Kebetulan, waktu itu karena sudah malam, saya merapikan meja saya, Pak, sedangkan Syadira masih berada di lantai 4, di lantai divisi keuangan, untuk mengambil salinan berkas yang tertinggal,” jelas Vita menambahkan.
Vita juga meminta pada Aji untuk secara diam-diam mengecek cctv saat kejadian untuk menjadikannya bukti yang akurat.
Aji terdiam mendengar keterangan dari Vita. “Lalu kenapa Syadira tidak mengatakan langsung. Kapan kejadianya?”
“Hari Kamis minggu lalu, Pak. Yang waktu Pak Aji mau mengantar Syadira pulang, tapi dia bilang sedang lembur. Sebenarnya, setelah itu Syadira mau bicara sama Pak Aji, tapi sepertinya dia lupa karena…”
“Karena apa, Vit?” Aji memotong perkataan Vita.
Vita sengaja mengatakan kejujuran soal perasaan Syadira pada Aji, juga kesedihan temannya itu karena hubungan kontrak Aji dan Syadira yang harus berakhir, ditambah soal pengunduran diri Syadira yang artinya, mereka tak akan bertemu lagi. “Oh, iya, Pak. Syadira juga menitip salam untuk Pak Aji.”
###
“Penghuni baru ya, Mbak?” sapa salah seorang perempuan tetangga kamar kos Syadira.
Syadira tersenyum mengangguk. “Iya, Mbak.”
Syadira yang tengah berbincang dengan teman kosnya, dikejutkan dengan kedatangan Aji. Syadira menatap Aji cukup lama, ia takut Aji telah mengetahui perihal pengunduran dirinya. Aji berjalan mneghampiri Syadira.
“Mas Aji? Ada apa?” tanya Syadira pelan.
Aji mengusap pipi Syadira dengan lembut. “Kenapa kamu tidak cerita?”
Syadira memegang tangan Aji dan melepaskan dari wajahnya. “Apa yang dilakukan ayah Mas Aji benar. Dia takut kita dekat, dari pada semakin jauh, dia minta aku pergi.”
“Mas Aji juga kenapa ke sini? Harusnya kita sudah tidak bertemu. Mas Aji harus menepati janjinya Selena,” lanjut Syadira.
“Nggak, Dir. Kamu melakukan semua itu karena permintaan aku, aku sendiri yang pernah berjanji untuk menjamin pekerjaan kamu akan baik-baik saja. Aku nggak bisa melihat kamu diperlakukan seperti ini,” ucap Aji yang menginginkan mantan kekasih kontraknya itu kembali bekera dikantornya.
Syadira meminta Aji untuk tak memikirkannya. Ia juga meminta Aji untuk tak menemuinya lagi karena takut ayah Aji akan semakin marah. Tatapan ayah Aji saat mereka menghadiri pesta pernikahan Bella, cukup membuatnya paham akan ketidaksukaan ayah Aji padanya.
“Nggak, Dir. Ini tidak bisa dibenarkan. Tidak ada yang bisa melarang kita bertemu, termasuk ayah. Aku janji akan menyeleseikan semua ini,” janji Aji pada Syadira sembari berpamitan pulang. Aji sudah tak tahan ingin protes pada sang ayah akan hal ini. Aji bergegas pulang untuk menemui ayahnya.
Pencegahan yang dilakukan Syadira pun seakan tak mampu menghalau tekad Aji. Di satu sisi, Syadira khawatir terhadap apa yang akan dilakukan ayah Aji setelah Aji mengetahui semuanya. Hal ini terasa seperti konsekuensi yang telah ia bayangkan sebelumnya.
###
Tak ada sapaan apa pun, Aji langsung memprotes tindakan sang ayah. “Apa yang Ayah lakukan pada Syadira? Dia melakukan semuanya atas keingingan Aji, kenapa Ayah tega menghentikan kontrak kerjanya?”
“Kamu itu bicara apa, Ji?” elak ayah Aji. “Siapa yang menghentikan kontraknya, dia sendiri kok yang mengundurkan diri.”
“Jangan Ayah pikir Aji bodoh ya, Yah. Syadira tidak akan mungkin mengundurkan diri dengan sendirinya. Ada tekanan Ayah di balik ini semua!” Aji benar-benar kecewa pada ayahnya.
“Kamu suka sungguhan dengan perempuan itu? Ayah sudah duga kalau hubungan kontrakmu itu cuma alasan, karena yang sebenarnya adalah kamu menyukainya,” tuduh ayah Aji yang melihat seperti tak ada rekayasa pada hubungan anaknya.
“Kalau memang iya kenapa? Awalnya memang Aji hanya ingin Syadira menjadi kekasih pura-pura. Tapi semakin ke sini, Aji menyukai semua yang ada pada dirinya, kesederhanaannya, ketulusannya, karakternya, yang tak pernah Aji temui pada perempuan mana pun, dan ayah tak akan paham soal itu semua!” Aji berusaha memperjuangkan pilihannya.
“Ji, sudah! Percaya sama Ayah. Kamu tidak akan menyesal jika ikut kemauan Ayah dan suatu saat kamu akan paham maksud dari tujuan Ayah,” jawab ayah Aji yang tetap kekeh pada pendiriannya.
Ayah Aji terus meyakinkan Aji bahwa itu semua demi kebaikannya. Dirinya tak mau jika Aji menjalin hubungan dengan perempuan seperti Syadira. Aji tak sekali pun mau mengerti maksud dan tujuan tindakan sang ayah.
“Terbaik menurut Aji, atau menurut Ayah? Aji bisa menentukan sendiri mana yang terbaik untuk diri Aji, bukan Ayah!” Aji semakin tak terkontrol.
Aji juga semakin mengungkit masa lalu, bahwa selama ini ia hidup hanya mengikuti kemauan sang ayah, dari pendidikan juga pekerjaan. Tak pernah sekali pun ia memiliki kebebasan untuk memilih. Namun, untuk satu hal ini Aji ingin menentukan sendiri pilihannya.
Perdebatan antara ayah dan anak itu, membuat sang kakek ikut campur dalam percakapan sengit mereka.
“Selalu berdebat, anak dan ayah yang tak pernah akur. Kamu dan Aji sama seperti kamu dan ayah, Yo,” sahut kakek Aji yang keluar dari kamarnya.
Ayah Aji menceritakan semua kisah hubungan Aji dan Syadira. Sayangnya, kakek Aji justru mendukung cucunya. “Kenapa urusan begini kamu ikut campur, Yo? Perasaan selama ini kamu tak pernah melarang Aji ingin menjalin hubungan dengan siapa pun.”
"Selama ini pilihan Aji selalu tepat, Yah. Jadi Haryo tak pernah mempermasalahkannya. Tapi yang satu ini, perempuan ini bukan siapa-siapa, juga bukan anak dari orang tua yang terhormat. Keluarganya saja tidak jelas!" tegas ayah Aji mempertahankan pendapatnya.
Aji membela Syadira dengan menyanggah pendapat ayahnya jika keluarga Syadira tak jelas. Aji juga menjelaskan pada sang kakek kinerja Syadira di kantor, juga tata krama serta kesopanannya. Tak lupa, Aji sedikit menceritakan tentang perjuangan hidup Syadira bersama adik dan neneknya.
"Bukan kah perempuan seperti dia memiliki kepribadian yang baik? Tak semuanya harus diukur dengan materi dan kesetaraan. Tak semua orang beruntung bisa lahir dari keluarga kaya raya! Jika dibandingkan dengan Bella dan Selena, kehidupan Syadira memang tak seberuntung mereka, tapi sifat Syadira jauh lebih baik dan berkelas dibanding 2 perempuan yang ayah unggulkan itu!" Aji mengakhiri percakapannya dan pergi meninggalkan rumah.
...****************...