Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana di bidang hukum, Christ menjadi pengacara di salah satu firma hukum terbesar di Jakarta. Namun, setelah 15 tahun bekerja di sana, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan membentuk firma hukum sendiri untuk menyelidiki kasus pembunuhan Ibunya dan membalaskan dendam.
Selama proses penyelidikan, Christ bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Yuli yang membantunya. Yuli selalu menemaninya selama penyelidikan dan akhirnya timbul rasa cinta di antara keduanya.
Namun, dalam perjalanannya untuk membalaskan dendam, Christ menemukan bahwa ada lebih banyak yang terlibat dalam kasus tersebut daripada yang ia duga. Ia menemukan fakta bahwa pamannya, bos mafia terbesar di kota Jakarta, adalah dalang di balik pembunuhan Ibunya.
Lantas, apakah Christ berhasil membalaskan dendam atas kematian ibunya itu? Atau dia hanya ingin melupakan balas dendam dan memilih hidup bersama dan berbahagia dengan Yuli?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faisal Fanani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SECTION 023
“Ayahmu meminjam uang, tapi dia tak mungkin bisa melunasinya, dan aku juga tak mungkin jika memintamu untuk menyerahkan beberapa organ tubuhmu padaku, atau menjadikanmu sebagai wanita penghibur.
Ilmu yang kau punya akan sia-sia jika itu terjadi. Aku hanya ingin kau bekerja sebagai pembantu pengacaraku.”
“Hei, Berandal! Dengarkan aku, aku juga seorang pengacara. Kenapa aku harus menjadi pembantumu?” Yuli tak mau kalah.
“Ah, aku lupa. Kau juga seorang pengacara rupanya.” Christ meledek. “Kau dipecat dan diskors selama 6 bulan penuh karena meninju hakim. Bukankah kau saat ini sedang menganggur?
Aku yakin kau sedang butuh pekerjaan untuk kelangsungan hidupmu, dan membayar semua utang ayahmu. Tenang saja, aku akan membayarmu sesuai dengan kinerjamu. Kau tak perlu khawatir soal gaji.”
“Sebenarnya apa profesimu? Kau pengacara, tapi kau juga mengelola koperasi pinjaman swasta ilegal, dan juga menyelidiki latar belakangku secara ilegal. Apa-apaan kau ini? Dasar, sampah.”
Christ menyeringai lebar mendengar perkataan Yuli itu. “Jika kau selalu menyalahkan Jaksa penuntut yang mengalahkanmu di pengadilan, kau boleh saja merasa lega, tapi tidak begitu kenyataannya.
Kau baru saja gagal melindungi klien yang sedang kau bela. Kini dia harus mendekam di penjara selama 20 tahun, hanya karena dia berusaha untuk membela diri.”
“Tutup mulutmu! Kau sama sekali tak berhak untuk mengkritik diriku. Aku bahkan tak yakin, apa kau benar-benar pengacara atau hanya seorang preman, gangster, dan bahkan mafia.
Aku telah melihat dan bertemu banyak pengacara sepertimu. Dia memiliki tampilan yang hedon dan nyentrik, tapi semua uang yang dimilikinya diperoleh dengan menipu.
Para pengacara sepertimu hanya menganggap klien mereka sebagai ladang cuan dan bisnis, bukan sebagai manusia,” ucap Yuli ketus.
“Ya, perkataanmu ada benarnya. Mungkin aku bukan pengacara yang baik, tapi, setidaknya aku sangat berguna bagi beberapa orang yang membutuhkan jasaku. Dan bahkan, aku tak pernah kalah sekalipun saat membela para klienku.”
“Ya, mungkin kau akan berguna bagi orang jahat dan orang kaya yang bersedia membayarmu dengan upah tinggi.”
“Lebih tepatnya orang-orang yang ingin mendapatkan layanan hukum terbaik, mereka semua akan datang padaku,” sahut Christ.
Mereka berdua malah berdebat dan beradu mulut di ruang kunjungan itu.
“Lantas, mengapa kau menjadi seorang pengacara? Kenapa kau belajar tentang hukum? Kenapa kau tidak menjadi preman atau bergabung dengan anggota mafia saja?”
Christ tersenyum kecil. “Seseorang harus memahami hukum, sebelum dia bisa melanggarnya, bukan begitu?”
Yuli mendengus kesal. Dia tak mampu lagi membantah perkataan Christ.
“Baiklah, kalau begitu. Aku akan memberikan beberapa pertanyaan untukmu sekarang. Saat ini aku sedang mewawancaraimu, bukan mengunjungimu, karena nantinya aku akan menjadi bosmu.
Kuberi kau 2 pilihan. Jika kau sukses dan berhasil menjadi paralegal, maka aku akan memperkerjakanmu sebagai partnerku saat masa skormu telah usai.”
“Astaga, sial!” Yuli benar-benar muak dengan apa yang selalu dikatakan oleh Christ, bahwa dia akan menjadi pembantu pengacara. “Untuk apa aku bekerja dengan orang sepertimu? Kenapa harus aku?”
Yuli menggebrak meja menggebu-gebu.
“Nah, itu dia yang ingin kulihat.” Christ berseru dan berdiri dari kursinya. “Wanita bermulut pedas yang pandai menggunakan tinjunya, kau sangat cocok menjadi paralegal-ku.”
Christ membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Aku akan segera memberitahukan hasilnya padamu, apa kau lulus, atau tidak. Baiklah. Kalau begitu aku akan pergi dulu.”
Sebelum melangkah keluar ruangan. “Eits, satu lagi. Aku sudah mencabut atas tuntutan ku, jadi, kau bisa segera pulang, lalu mandi dan berganti pakaian. Astaga, aku sebenarnya tak tahan dengan bau badanmu.”
Christ tersenyum meledek lalu pergi dari ruangan itu.