Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 27
Awalnya bi Tuti mengira kalau dia salah melihat, karena tidak mungkin gudang yang sudah lama dia pakai untuk memuja itu kosong begitu saja. Tak mungkin gudang tempat dia memadu kasih dengan suami pertamanya itu rapi tanpa ada yang masuk ke sana.
Namun, setelah dia melangkahkan kaki untuk menyusuri gudang itu, ternyata penglihatannya tak salah. Di sana sudah tidak ada apa-apa, bahkan cermin yang merupakan pintu gerbang menuju alam di mana suaminya berada sudah tidak ada.
"Aduh! Bagaimana ini? Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Kenapa gudang ini menjadi kosong? Ke mana barang-barang aku? Apa pak Bagas udah tahu kalau gudang ini dijadikan tempat aku memuja setan?"
Bi Tuti menyimpan barang-barang untuk memuja di pojok ruangan, kemudian dia terus memperhatikan ruangan tersebut. Gudang itu seperti baru saja dibersihkan, lantainya juga begitu bersih dan wangi sekali.
"Bagaimana ini?"
Bi Tuti panik sekali, dia takut kalau Bagas sudah mengetahui kalau dirinya adalah seorang pemuja setan. Dia takut kalau kejahatannya yang sudah membunuh Winarsih akan terbongkar.
"Duh! Aku harus bagaimana?"
Bi Tuti mondar-mandir tidak jelas dengan kepanikannya, hingga tidak lama kemudian dia teringat akan Wati. Anak itu mengetahui kalau dirinya adalah seorang pemuja setan, dia berpikir kalau wanita itu yang sudah merapikan barang-barang miliknya dari gudang itu.
"Ya, aku tak boleh panik dulu. Aku harus nanya dulu sama Wati," ujar Bi Tuti.
Walaupun wanita itu merasa begitu panik dan juga ketakutan, tetapi saat ini dia berusaha untuk menenangkan dirinya. Lalu, dia mengambil kue-kue yang dipesan oleh Bagas dan melangkahkan kakinya menuju dapur.
Dia menyimpan kue-kue itu di sana, setelah itu barulah dia melangkahkan kakinya menuju kamar Cantik. Dia mencari keberadaan Wati di sana, sayangnya di sana tidak ada Wati. Kamar itu kosong, rapi dan seperti sudah cukup lama tidak disinggahi.
"Ke mana dia ya? Mungkin aku cari saja dia," ujar Bi Tuti.
Wanita itu melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar Cantik, lalu kaki itu melangkah menuju ruang keluarga dengan kaki yang gemetaran. Karena walau bagaimanapun juga tetap ada rasa takut di dalam hatinya.
Tiba di sana bi Tuti melihat ada Wanda yang sedang beristirahat, wanita muda itu terlihat kecapean. Dia bahkan sampai mengangkat kedua kakinya ke atas meja.
"Ehm! Nona, maaf kalau saya lancang mengganggu waktu istirahat anda. Saya hanya ingin bertanya, ke mana Wati ya? Kenapa di kamar neng Cantik tak ada?"
Wanda menolehkan wajahnya ke arah bi Tuti. "Kalau gak salah tadi pagi dia pergi ke rumah kedua orang tuanya."
"Dari pagi ya?" tanya Bi Tuti yang merasa penasaran.
"Iya, Wati pergi dari pagi dan sampai saat ini belum pulang."
Bukan Wanda yang menjawab pertanyaan dari bi Tuti, tetapi kali ini yang menjawab pertanyaan wanita itu adalah Bagas. Bagas baru saja keluar dari dalam kamarnya, pria itu terlihat sudah tampan dan juga rapi.
"Eh? Bapak, itu kuenya udah saya beli. Mau saya ambilin?"
"Nggak usah, nanti aja. Saya mau jemput Wati dulu, soalnya udah sore. Kangen saya sama Cantik," ujar Bagas.
Bi Tuti saat ini berpikir dengan begitu keras, kalau misalkan pelakunya bukan Wati, lalu pelakunya adalah Bagas, kenapa saat ini pria itu begitu terlihat santai dan tenang?"
"Iya, Pak Bagas. Silakan, tapi... Saya boleh nanya gak?"
Bi Tuti mengatakan hal itu dengan ragu-ragu, sedangkan Bagas mulai menyeringai di dalam hatinya. Namun, di hadapan bi Tuti dia masih terlihat biasa saja dan sangat santai.
Sungguh sebenarnya dia ingin mengamuk saat ini, karena sudah mengetahui siapa wanita itu sebenarnya. Namun, dia tidak mau mengotori tangannya untuk membunuh wanita itu.
Walaupun ada pepatah yang mengatakan kalau nyawa harus dibayar dengan nyawa, tetapi dia akan mendengarkan nasihat dari pak ustadz dan juga ibunya, segala bentuk kejahatan tentunya akan menerima balasannya dari Tuhan.
"Tanya aja, mau tanya apa?"
"Anu, itu. Gudang, duh! Gimana ngomongnya?"
Bi Tuti nampak kebingungan memulai pembicaraan dari mana, karena kalau dia salah ucap pasti akan membahayakan keselamatan jiwanya.
"Gudang? Kenapa ya dengan gudang?" tanya Bagas pura-pura tidak mengerti.
Bi Tuti garuk-garuk kepala seperti monyet bingung mau manjat pohon atau nggak, Bagas senang lihat reaksi dari wanita itu. Hanya saja dia tahan walaupun ingin mengatakan hal yang mungkin akan membuat wanita itu nantinya mati kutu.
**
Besok rilis novel Mak Othor yang Berjudul Dikira Tak Laku, Nyatanya Istri Jin Tampan. Lanjutan kisah Asih, tapi ini tentang anaknya si Bulan. Kisahnya gak horor, lebih ke percintaan non human, tapi pas dicari kaga ada genre pernikahan non human. Jadinya ambil genre horor🤭
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭