Seorang gadis SMA bernama Gwen Alvaretta, yang terkenal dengan sifat dan pembawaan tomboy, dan menyenangi kebebasan dipaksa menikah oleh kakeknya. Sudah sejak usia 3 tahun, Gwen ditinggal kedua orang tuanya karena kecelakaan. Akhirnya gadis itu dibesarkan oleh kakeknya, yang juga sudah ditinggal oleh istrinya. Tinggallah Gwen tinggal sendiri dengan kakek, dan Om nya.
Terbiasa dikelilingi oleh laki-laki di rumah kakeknya, membentuk pembawaan dan karakter Gwen menjadi keras, dan hampir dominan sikapnya kasar seperti laki-laki. Merasa prihatin dengan keadaan cucunya, Gwen dipaksa untuk menikah dengan putra dari sahabat kakeknya dulu, yang juga teman dari Om nya Gwen.
Bagaimana kelanjutan ceritanya... pantau terus dan tunggu kelanjutan ceritanya ya...!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah AllRey.., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 Kedekatan
Barra mengambil sebungkus rokok dan korek, kemudian laki-laki itu membuka pintu kamar ke arah balkon, kemudian duduk di kursi yang ada di balkon tersebut. Setelah menghirup nafas panjang, laki-laki itu mulai mengeluarkan satu batang rokok, kemudian menyalakan. Sambil mengepulkan asap rokok, tatapan laki-laki itu memandang ke arah depan, dan dalam pikirannya seperti sedang memikirkan sesuatu hal.
"Gwen pasti marah padaku, padahal seharusnya aku yang marah dan meminta penjelasan dari gadis itu. Sebagai suaminya, aku saat ini yang bertanggung jawab atas semua sikap dan perilakunya, jangan sampai kakek Atmadja tahu, dan menambah beban pikiran kakek." dalam hati, laki-laki itu berbicara pada dirinya sendiri.
"Tapi bagaimanapun aku harus memberi tahu anak itu, tetapi besok aku harus pergi meninggalkan Indonesia. Perusahaanku di Finlandia membutuhkan kehadiranku, dan paling cepat dalam dua minggu aku baru bisa kembali ke negara ini. Aku sebenarnya ingin memberi tahu pada Gwen.. tapi gadis itu seperti sedang marah padaku.."
Laki-laki itu seperti berada dalam kebimbangan, di satu sisi dirinya ingin bertanggung jawab, dan memberikan ketegasan dengan gadis yang baru saja dinikahinya. Tetapi di sisi lain, gadis itu masih berusia belasan tahun, dimana kesehariannya terkadang masih berpikir dan bersikap seperti kanak-kanak.
"Aku bisa memikirkan lebih dari 1000 employee di perusahaan, baik di tingkat pusat maupun di anak cabang. Tetapi aku seperti kehilangan akal, untuk mengendalikan Gwen. Hempph... kenapa juga aku dulu tidak berpikir, bagaimana susahnya menikah dengan anak kecil itu. Hatiku sudah mati, sejak Jacqluin pergi dariku, dan memilih untuk mengejar impian dan ambisinya."
Tiba-tiba pintu dibuka dari dalam, dan terlihat istrinya Gwen berdiri di tengah pintu menatap kepadanya. Barra terdiam, tidak memulai pembicaraan dengan gadis itu. Laki-laki itu mengalihkan pandangan ke tempat lain..
"Om... Om Barra diminta keluar oleh kakek.." merasa diacuhkan, akhirnya Gwen memulai pembicaraan. Gadis itu sudah selesai mandi, dan berganti baju rumahan.
Merasa jika Gwen tidak mendengarkan kata-kata peringatannya, untuk tidak memanggil dengan sebutan Om lagi, Barra masih mengacuhkannya. Gwen hanya menatap suaminya dari belakang, merasa bingung dengan reaksi dari laki-laki itu.
"Om ini mendengar kata-kata Gwen tidak sih..?? Kakek memanggil kita kak, kakek tidak mau bicara jika hanya dengan Gwen saja. Ayolah Om... jangan persulit Gwen.." terdengar suara gadis itu memohon. Tetapi Barra masih tetap mengacuhkan, bahkan menoleh ke arah gadis itu tidak dilakukannya.
Beberapa saat mereka berdua terdiam, dan Gwen juga terdiam tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Gadis itu tidak berani untuk keluar bertemu dengan kakeknya, jika tidak ditemani oleh Barra. Kakeknya pasti akan marah besar, karena memintanya untuk datang bersama dengan suaminya, Waktu terus berlalu, dan Barra masih mengacuhkan istrinya, sampai sepuluh menit berlalu. Tiba-tiba..
"Kak... kak Barra, kita diminta untuk bertemu dengan kakek.." dengan suara tercekat di tenggorokan, akhirnya Gwen mengganti sebutan dalam memanggil suaminya,
Mendengarkan panggilan baru itu, Barra seperti disiram dengan air es. Senyuman tiba-tiba muncul dari bibirnya, dan laki-laki itu kemudian berdiri dan melihat ke arah istrinya.
"Ulangi sekali lagi istriku yang cantik... aku sangat senang mendengarnya.." Barra mendekat ke arah Gwen.
Tetapi gadis itu malah melotot, dan berbalik badan meninggalkan suaminya. Tetapi tangan Barra lebih cepat, tangan laki-laki itu terulur dan memegang lengan atas istrinya. Tidak memberikan kesempatan pada gadis itu, Barra merangkul bahu Gwen kemudian mengajak istrinya keluar dari dalam kamar.
*********
Di ruang tengah
Senyuman muncul di bibir keriput kakek Atmadja, ketika laki-laki tua itu melihat ke arah cucunya yang terlihat cemberut. Gwen keluar dari dalam kamar dan menuju ke arahnya, dengan dirangkul oleh suaminya Barra yang senyum-senyum melihat ke arahnya.
"Cucu kakek.., ayo kalian berdua duduk di depan kakek. Ada yang ingin kakek bicarakan, kemarilah...!" kakek Atmadja tersenyum dan meminta pasangan suami istri itu untuk duduk di dekat mereka.
"Baik kek.." sahut Barra sambil tetap merangkul istrinya, kemudian duduk di depan kakek Atmdja. Bibir Gwen masih cemberut meskipun di depan kakeknya, karena mau menolak pelukan Barra suaminya, merasa takut jika kakeknya itu akan marah.
"Barra..., Gwen.., kakek merasa senang melihat progress hubungan kalian berdua. Akhirnya kakek bisa menyaksikan kedekatan kalian sebagai pasangan suami istri, sehingga kakek akan merasa tenang jika pergi meninggalkan Gwen cucuku.." sambil tersenyum, kakek Atmadja memulai pembicaraan.
"Kakek bicara apa sih, kakek tidak boleh pergi, harus berada di rumah untuk menemani Gwen. Om Andrew sudah pergi meninggalkan Gwen sendiri, masak kakek Madja juga akan pergi.." Gwen mulai merajuk.
Laki-laki tua itu kembali menatap ke wajah cucu satu-satunya itu, sambil tersenyum, Tidak lama kemudian beralih melihat ke arah Barra, suami dari cucunya itu,
"Gwen.. hilangkan sikap kekanak-kanakanmu sayang.. Saat ini, kamu bukan lagi seorang Gwen yang dulu, yang masih kecil. Tetapi kamu sudah menjadi seorang istri dari nak Barra, percayalah nak Barra akan bisa membahagiakanmu, menjagamu." laki-laki tua terdiam sebentar.
"Tetapi usia manusia itu akan bisa bertahan sampai berapa tahun sih...?? Nabi Muhammad SAW saja, hanya sampai pada usia 63 tahun masa hidupnya, masa kakek masih akan meminta tambahan waktu. Usia kakek saat ini sudah 73 tahun Gwen.., jadi sudah harus menyiapkan akhir hidup kakek" lanjut kakek Atmadja. Barra terdiam mendengarkan kakek mertuanya.
Hal berbeda dialami istrinya, tiba-tiba saja tubuh Gwen menjadi bergetar dan tatapan matanya menjadi penuh dengan air mata di pelupuk matanya. Gadis itu terlihat pucat, dan bibirnya bergetar..
"Kakek tidak boleh pergi kemanapun.. Allah sudah membiarkan papa dan mama Gwen pergi, kembali ke surga dan meninggalkan Gwen. Kali ini, Allah tidak boleh bertindak jahat, dengan memisahkan kakek dari gwen... tidak boleh..." tiba-tiba saja Gwen terlihat histeris. Bayangan kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya, kembali teringat, dan membuat gadis itu menjadi bergetar.
Melihat reaksi istrinya seperti itu, tanpa kata Barra langsung memeluk istrinya dan mendekapkan di dadanya. Ketika gadis itu mulai menangis dan menumpahkan air mata di dada laki-laki itu, dada Barra terasa sesak. Ada rasa lain yang tiba-tiba dirasakannya, sesuatu yang beda, Jantungnya tiba-tiba berdebar, dan Barra berusaha untuk mengalihkan semua itu dengan mengusap kepala belakang Gwen, untuk membuatnya menjadi lebih tenang,
Melihat pasangan suami istri di depannya itu bersikap romantis seperti itu, kakek Atmadja terdiam dan tersenyum melihat mereka. Beberapa saat, waktu terbuang, dan tangan kanan Barra mengambil tissue kemudian memegang wajah Gwen dan membersihkan mata serta pipi dengan tissue yang ada di tangannya.
***********
Love U fulllllll💝🥰
Eh kak Saptaaa
udah End ato blm nih???
Jacqueline... Jacqueline...
tak kira wes tobat.....
ternyata...oh ternyata...
Musuh dlm selimut....
Thanks Jacqueline sdh ad dicerita Gwen-Barra...See u...bye ..😵
terusin say....!! Go Go Go ...!!