Penjara Hati Sang CEO

Selamat membaca!

Acara pernikahan Raymond dan Alice berlanjut ke acara dansa.

Terlihat sorak sorai tamu undangan hadir terus meneriaki nama Raymond dan Alice. Semua teman dan kerabat Raymond tahu bahwa ia adalah seorang pedansa yang hebat, namun mereka ragu jika Alice dapat mengimbangi kemahirannya dalam berdansa.

Raymond melirik Alice, pandangannya meremehkan kemampuan Alice dalam berdansa.

Wanita ini mana mungkin bisa berdansa.

Jenny yang melihat suasana itu, terus menyemangati Alice dari tempatnya memandang.

"Alice ayo buat mereka terpukau!" seru Jenny penuh semangat.

Jenny tidak suka jika sahabatnya direndahkan. Amarahnya membara terus menyemangati Alice.

Alice menoleh menatap Jenny, dengan menaikkan sebelah alisnya ia memberikan kode kepada Jenny, agar tak perlu mengkhawatirkan dirinya.

Raymond mulai merapatkan tubuhnya merekat ke tubuh Alice, sambil menggenggam tangan Alice lalu mengangkatnya ke atas, dengan tangan kanan Raymond yang melingkar di pinggang Alice menjaga tubuh mereka tetap rapat.

Wajah mereka begitu dekat, hingga membuat napas mereka beberapa kali saling beradu, dengan pandangan mata yang saling bertemu tatap.

Wanita ini kenapa setiap menyentuhnya birahiku seakan merayap naik ya.

Raymond mulai melangkah, namun keraguannya dibayar tunai oleh Alice yang mampu mengimbangi setiap gerakan dansa Raymond.

Wanita ini ternyata pandai berdansa.

Semua tamu yang hadir memberi tepuk tangan pada keduanya dengan meriah, gemuruh decak kagum terdengar di berbagai sisi gedung resepsi.

Seorang CEO muda tampan, putra sulung pemilik perusahaan penghasil senjata api terbesar di Indonesia, Key Achilles Sanjaya, tampak hadir, ia menjadi salah satu tamu yang kagum dengan dansa yang diperlihatkan oleh Raymond dan Alice.

Key terlihat datang bersama tunangannya Jessica Francesca Wijaya dan dengan pengawalan dari 2 bodyguardnya, yaitu Zeno dan Bambang. Key masih begitu antusias melihat Raymond dan Alice yang sedang berdansa.

Namun tidak begitu dengan tunangannya, Jessie nama akrabnya. Gadis itu terlihat malas menanggapi perkataan dari Key dan malah lebih memilih memandangi bodyguard-nya yang tampan, Zeno. Sepertinya Jessie cemburu karena bodyguard-nya itu dikelilingi oleh para wanita cantik.

"Honey! Kapan ya kira-kira bisa kayak gitu? Kita menikah terus dansa yang romantis," ujar Key sambil tersenyum manja kepada Jessie.

"Kalau lo udah jadi laki-laki tulen seutuhnya!" ketus Jessie dengan wajah masam.

Sepertinya hubungan antara kedua tunangan itu tidak terlihat baik. Key pun terlihat lebih feminim dibandingkan dengan Jessie yang terkesan galak, bahkan Jessie mungkin sudah jatuh cinta dengan bodyguard-nya.

Di saat Key meratapi kesedihannya, terdengar suara seorang pria memanggilnya dari kejauhan, lalu pria itu semakin mendekat ke arahnya.

"Kak Aryan, ternyata Anda di undang juga ke acara ini?" tanya Key yang langsung berjabat tangan.

"Ya begitulah, undangan khusus dari Raymond dengan souvernir 1 perangkat handphone MANGO juga sepasang tiket ke London."

"Kalau begitu Anda datang bersama siapa?" tanya Key yang memandang sisi Aryan terlihat kosong.

"Hahaha, aku datang sendiri, aku dapat merubahnya menjadi tiket kepulangan, Elliot yang mengurusnya, pokoknya acara ini sungguh luar biasa bukan?"

Key menyunggingkan senyum di wajahnya menjawab ucapan Aryan.

"Itu lebih baik datang sendiri tapi dapat tertawa bahagia, daripada aku, aku datang berdua namun seperti seorang diri," gumam Key lirih.

"Oke Key, nikmati pestanya," Aryan berlalu melanjutkan langkahnya, bola matanya tertuju kepada sepasang kekasih yang tak asing olehnya.

Kini Alice dan Raymond melangkah mendekati sebuah kue pernikahan yang besar, kue berwarna putih dengan lambang hati ditengahnya, yang akan mereka potong secara bersamaan.

Beberapa tamu undangan sudah merapat untuk menyaksikan momen tersebut, wartawan yang hadir pun senantiasa meliput setiap acara di pernikahan megah ini, tak lupa bagian dokumentasi acara mengabadikan setiap momennya dengan foto dan ada yang memang ditugaskan untuk memvideokan juga.

Seorang pengusaha muda bernama Dion Wijaya datang bersama kekasihnya Rosalia, yang menjadi salah satu dari 100 tamu undangan khusus Raymond. Dion datang mewakilkan Ayahnya Najendra Dharma pimpinan dari Wijaya Corporate di Singapura.

"Sayang, lihat deh Raymond sama Alice! Romantis banget, nanti kita resepsinya kayak gitu, mau gak?" bisik Dion di telinga Rossa.

"Aku gak suka yang terlalu mewah, Di. Kita cukup ijab qobul di KUA aja, ya, itu saja sudah cukup untukku," tutur Rosa dengan mengulas senyum di wajahnya, sambil mengerlingkan mata untuk menggoda Dion.

"Gak bisa begitu, aku mau semua orang tahu kalau kamu milikku. Biar Si Bodyguard kesayanganmu itu berhenti menjaga cintanya untukmu," lagi-lagi Dion mengungkapkan kecemburuan yang masih bertahta di hatinya untuk Mas Rud.

Rosa mendekatkan bibirnya ke telinga Dion.

"Apakah kecemburuanmu itu adalah resep ketampananmu, Sayang?" bisik Rosa terus menggoda Dion.

Cup!

Dion memberikan kecupan di pipi kanan Rosa.

"Kamu jangan memancing emosiku, Sayang! Atau kamu sengaja untuk ...."

Kalimat Dion terjeda saat Aryan tiba-tiba menyapa mereka dengan sindirannya.

"Kalian, selalu saja bermesraan di mana saja. Cepat kirim undangan padaku!" celetuknya.

"Bapak, ikhlas saya menikah dengannya?" goda Rosa pada Dion.

"Jodoh sudah tertakar, gak bakalan tertukar, kok," jawab Pak Aryan ambigu.

Jawaban Aryan membuat Rosa dan Dion terdiam, mereka kembali melihat ke arah Raymond dan Alice yang telah selesai dengan momen potong kuenya.

🍁🍁🍁

"Tuan Elliot," ucap seorang pria sambil memberikan undangan khususnya sebagai syarat seseorang bisa masuk ke gedung resepsi.

"Silahkan masuk Tuan Arga Hutama," ucap Elliot dengan membungkuk hormat.

Arga Hutama adalah pimpinan perusahaan Montana Grup, perusahan ternama di bidang real estate dan perbankan, mereka salah satu perusahaan yang selalu menggunakan barang elektronik produk MANGO, mulai dari laptop dan beberapa komputer juga prosesor canggih milik MANGO di Perusahaannya.

Arga datang bersama istrinya Erina Andriana, yang tampak anggun dengan gaun rancangan designer terkenal. Arga yang mengenakan tuxedo berwarna hitam juga terlihat sangat gagah dan tampan, mereka begitu serasi sekali membuat mata yang memandang berdecak kagum menatap ke arah mereka.

Erina melingkarkan tangannya di lengan kekar Arga, mereka berjalan beriringan menuju pelaminan.

"Sayang, lihat mempelai wanitanya. Dia sangat cantik sekali," puji Erina dengan mata berbinar-binar.

Arga menarik satu sudut bibirnya.

"Bagiku kamu tetap yang tercantik sayang," puji Arga berbisik.

Arga meraih jemari Erina yang melingkar di lengannya, dikecup pelan jemarinya membuat mereka semakin romantis terlihat.

Arga dan Erina terlihat bercengkrama dengan Raymond dan Alice saling melempar senyum dan memberikan selamat atas pernikahan yang luar biasa megah ini.

"Sekali lagi terima kasih Tuan Raymond atas undangannya," ucap Arga tersenyum.

"Sudah sepantasnya Tuan Arga, saya juga terima kasih Anda berkenan hadir dalam acara pernikahan ini," jawab Raymond dengan menjabat tangan Arga yang langsung berlalu beranjak dari pelaminannya.

Alice tersenyum kepada Erina yang dilihatnya tampak bahagia berjalan mesra beriringan dengan Arga suaminya, sesekali Arga mengusap perut Erina yang sedang hamil seperti mengajak bicara calon bayinya, mereka tak mempedulikan pandangan sekitar. Namun, kebahagiaan dapat terpancar dari senyum di wajah keduanya.

"Andai aku bisa sebahagia Erina. Apa jika aku hamil Tuan Raymond akan bahagia?" gumam Alice penuh keraguan.

Alice terduduk lemas memangku tangannya yang bertaut, sambil menghela napas dalam ia pasrah akan semua yang di jalaninya setelah ini.

🌸🌸🌸

Bersambung✍️

Terima kasih atas kolaborasi dari sahabat penulis semua.

Berikan komentar kalian ya.