Angkasa Djiwa adalah pengusaha sukses yang suka membual, suatu hari ia dikerjai temannya dan ditinggalkan di suatu kampung di pinggiran Jakarta tanpa identitas. Beruntung Djiwa ditolong oleh Mawar, Janda Bohay penjual ayam geprek yang baru pulang belanja di pasar.
Djiwa yang tertarik dengan Mawar menyembunyikan identitasnya dan berakting menjadi pemuda polos dari kampung yang terkena hipnotis. Kisah cinta mereka pun dimulai.
Bagaimana perasaan Mawar saat tahu Djiwa bukan pemuda kampung yang ia kenal? Bagaimana juga dengan Djiwa dan keluarganya saat tahu kalau Mawar adalah mantan narapidana yang dihukum karena membunuh mantan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Sederhana
Hari minggu yang dinanti pun tiba. Mawar sudah mendandani dirinya sendiri dan memakai kebaya yang sama saat ia menikah dengan Mas Pur lima tahun lalu. Tak ada sanak keluarga Mawar yang hadir, semua menjauhi Mawar sejak Mawar dipenjara dan menganggap Mawar seorang pembunuh berdarah dingin yang bahkan tega menghabisi nyawa suaminya sendiri.
Di kontrakkan sebelah, Djiwa sedang merapikan kemeja putih dibantu Rendi. "Wa, dasinya yang hitam polos aja," saran Rendi.
"Enggak ah, kayak anak magang! Gue mau nikah, Ren. Meski sedang menyamar, tapi penampilan gue harus ganteng maksimal!" Djiwa mengambil dasi warna biru navy mahal yang ia beli saat jalan-jalan di luar negeri.
Rendi dengan pasrah menuruti perintah Djiwa. Dipakaikannya dasi di leher Djiwa dan dirapikan kemeja atasannya. Djiwa kini terlihat sangat tampan.
"Lo yakin, Wa? Lo masih bisa berubah pikiran loh, Wa," bujuk Rendi sekali lagi.
Djiwa tersenyum melihat perhatian asistennya. Bisa ia lihat sahabatnya yang begitu mengkhawatirkan nasibnya kelak. "Gue akan baik-baik saja, Ren. Doakan saja semoga pernikahan gue dan Mawar lancar. Semoga kami berjodoh sampai maut memisahkan." Djiwa kembali menepuk bahu Rendi.
"Amin," ucap Rendi.
"Ayo, sekarang kita ke rumah sebelah!" ajak Djiwa.
Rendi mengajak kedua orang tuanya ke rumah Mawar. Kedua orang tuanya sudah diminta untuk mengikuti skenario yang Djiwa buat. Bapak Rendi yang dulu merupakan supir keluarga Djiwa awalnya menolak rencana gila Djiwa, namun setelah mendengar alasan kalau Djiwa mencintai Mawar akhirnya setuju.
"Maaf ya, Pak, aku jadi ngerepotin Bapak dan Ibu lagi," kata Djiwa pada Pak Darsono, supir yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri. Semenjak Rendi jadi asisten pribadi Djiwa, Pak Darsono akhirnya memutuskan pensiun dan berwirausaha di rumah.
"Iya, Den. Bapak doakan Aden bahagia," doa Pak Darsono dengan tulus.
Kedatangan Djiwa disambut tatapan sinis dan tak bersahabat dari barisan laki-laki di luar rumah Mawar yang ingin melihat langsung pernikahan mereka. Nampak mereka tak terima Janda Bohay favorit mereka dimiliki lelaki lain.
"Mohon maaf nih bapak-bapak, Mawar-nya saya ambil dulu. Jangan marah ya," ledek Djiwa membuat mereka menyoraki Djiwa dengan kencang.
"Huuuuuhhhh!" sorak mereka kompak.
"Gue doain pas akad jadi gagap lo, biar gagal milikin Mawar kita," cibir bapak-bapak klimis.
"Gue doain nanti malam lato-lato lo tidur pules, biar Mawar kecewa sama lo," ketus pemuda berkulit hitam.
"Gue doain ditinggal tidur lo sama Mawar, biar gagal malam pertama lo!" ujar bapak-bapak berkoyo tak mau kalah.
"Enggak boleh doain orang yang jelek! Nanti berbalik ke diri kita sendiri loh! Doain yang bener, semoga lato-lato saya bisa kuat menggempur Mawar semalaman. Doain juga semoga Mawar bisa merem melek, jangan ketiduran!" balas Djiwa membuatnya kembali disoraki.
Rendi geleng-geleng kepala melihat ulah bosnya yang sama sekali tidak terlihat berkharisma. Pemimpin perusahaan besar yang biasanya disegani dan ditakuti itu malah pamer dengan warga kampung memperebutkan Janda Bohay. Apa kata bos besarnya nanti?
Rendi menggandeng Djiwa dan membawanya masuk ke dalam rumah Mawar. Nampak seorang perempuan cantik yang belum pernah Rendi lihat sebelumnya sedang duduk di ruang tamu rumah Mawar. Setelah mempersilahkan Djiwa dan rombongan masuk, perempuan cantik itu lalu masuk ke dalam kamar untuk menjemput Mawar.
Mawar keluar tak lama kemudian. Djiwa menatap tanpa kedip wajah cantik Mawar yang didandani sederhana. Tak ada gaun mewah, hanya kebaya sederhana yang bisa dibeli di Pasar Tanah Abang dengan harga di bawah lima ratus ribu rupiah. Dibalik tatapan kagum, Djiwa merasa sedih. Ia tak bisa membelikan kebaya mahal demi menyembunyikan identitasnya. Djiwa tidak larut dalam kesedihan lebih lama. Ini hari pernikahannya. Hari paling membahagiakan dalam hidupnya.
Djiwa tersenyum dan Mawar pun membalas senyumnya. Makin terlihat cantik saja Mawar saat ia tersenyum. Djiwa dan Mawar duduk bersebelahan. Di depan mereka sudah datang penghulu yang akan menikahkan mereka secara agama.
"Sudah siap semua?" tanya Pak Penghulu.
"Sudah, Pak," jawab Djiwa cepat.
"Wah, semangat sekali yang mau nikah. Siang saja semangat, apalagi malam?" goda Pak Penghulu.
"Udah gatel dia Pak!" celetuk pemuda berkulit hitam.
"Lamain aja, Pak!" tambah bapak-bapak berkoyo.
"Sst! Berisik ah! Ganggu orang aja!" omel Djiwa.
Kembali Djiwa disoraki oleh fans Mawar di luar. Untuk menenangkan situasi, Pak Penghulu kembali mengambil alih acara. Setelah doa dipanjatkan suasana serius pun mulai tercipta.
"Saya terima nikahnya Mawarni binti Sucipto dengan mas kawin emas tiga gram dibayar tunai!" Djiwa nampak serius dan mengucapkan akad dengan satu tarikan nafas.
"Sah?" tanya Pak Penghulu.
"Sah!" kata dua orang saksi yakni Rendi dan perempuan cantik yang tadi menyambut kedatangan Rendi.
"Alhamdulillah!"
Fans Mawar yang berada di depan semua kembali menyoraki Djiwa. Mereka bagaikan suporter bola yang kalah bertanding dan nampak kecewa karena kini Mawar sudah menjadi istri orang, meskipun masih bohay.
"Mawarku! Kenapa kamu tega meninggalkan Aa?" Bapak-bapak berkoyo sampai menangis karena ditinggal nikah Mawar.
Djiwa berbalik badan dan tatapan tajam dari fans Mawar langsung ia dapatkan. Djiwa bukannya takut malah menjulurkan lidahnya meledek bapak-bapak centil yang kompak patah hati berjamaah. "Norak!" cibir pemuda berkulit hitam.
Setelah akad nikah, kini tibalah saatnya sungkeman pada kedua orang tua. Djiwa yang pertama sungkem pada Pak Darsono.
"Bapak! Huaaa!" Djiwa pura-pura menangis sedih saat sungkem pada mantan supir pribadinya tersebut. "Doain Djiwa ya, Pak!"
Mawar melihat Djiwa menangis, ikut menangis dan mengusap punggung Djiwa dengan lembut untuk menenangkannya. Rendi yang melihat akting bosnya merasa sebal dan ingin menjitak kepala Djiwa.
"Kenapa aktingnya makin jago saja sih?" batin Rendi.
"Bapak doakan semoga kamu dan Mawar hidup bahagia ya, Nak," doa Pak Darsono dengan tulus.
Djiwa mengaminkan doa Pak Darsono. Kini gantian Djiwa sungkem pada Ibu Darsono. Tangisnya terdengar makin sedih, membuat Rendi sampai mengelus dada melihat ulah bosnya.
Sukses besar Djiwa berakting. Rendi sampai ingin bertepuk tangan melihat kemampuan akting Djiwa yang layak mendapat piala Oscar.
"Foto dulu Bos, eh maksudnya Wa!" perintah Rendi seraya membidik kamera ke arah Djiwa dan Mawar yang nampak tersenyum bahagia.
"Ren, maaf, boleh foto yang kayak orang-orang tidak?" tanya Djiwa dengan suara dibuat layaknya pemuda polos dari kampung. Rendi menahan sabarnya.
"Boleh. Silahkan, gaya bebas." Rendi mengikuti kemauan Djiwa. Djiwa memegang pinggang Mawar dan tangan Mawar di dada Djiwa. Keduanya saling menatap dengan tatapan penuh cinta.
"Oke satu ... dua ... tiga!" Beberapa foto pun Rendi ambil. Djiwa malah ketagihan dan mencoba beberapa pose, lupa kalau dirinya sedang diperhatikan banyak orang.
Saat Rendi asyik memotret, tanpa sadar ia menabrak Lily, sahabat Mawar yang sedang menyiapkan makanan.
"Eh, maaf, Mbak," kata Rendi.
"Tak apa, Mas. Silahkan lanjutkan!" Lily meninggalkan ruang tamu dan kembali menyiapkan makanan namun mata Rendi terus memperhatikannya.
Acara akad nikah yang sederhana ditutup dengan acara makan bersama. Tak ada tamu yang mengucapkan selamat lalu foto bareng. Tak ada acara adat. Sungguh pernikahan yang sepi. Dalam hati Djiwa merasa sedih namun semua ini terpaksa ia lakukan. Ia akan mempersiapkan Mawar menjadi menantu yang hebat sebelum mengenalkannya pada kedua orang tuanya.
****
negara Konoha kebanyakan beking and bekap.......