NovelToon NovelToon
Istri Pilihan Putri Ku.

Istri Pilihan Putri Ku.

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Buna Seta

Tidak terpikirkan oleh Sabrina lulus kuliah kemudian menikah. Pertemuanya dengan Afina anak kecil yang membuat keduanya saling menyayangi. Lambat laun Afina ingin Sabrina menjadi ibu nya. Tentu Sabrina senang sekali bisa mempunyai anak lucu dan pintar seperti Afina. Namun tidak Sabrina sadari menjadi ibu Afina berarti harus menjadi istri Adnan papa Afina. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Sabrina berperan menjadi istri Adnan dan menjadi ibu sambung Afina???

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Boleh Mengeluh.

Adnan bersama Sabrina diantar satpam ke salah satu kamar. Sesuai nomor yang diberikan resepsionis.

Tok tok tok.

Sabrina mengetuk pintu hingga tiga kali mengulang baru di buka, dan benar saja Bella menyembulkan kepalanya.

"David... darimana saj-?" pertanyaan Bella putus begitu yang ia lihat bukan David sang suami, melainkan tatapan Adnan yang siap meluncurkan timah panas.

"Mbak Bella, sesuai informasi yang saya dapat? Afina bersama Anda di kamar ini?" tanya Sabrina baik-baik.

"Kamu jangan sembarangan menuduh! Saya di kamar ini bersama suami saya, tapi kebetulan Dia sedang keluar," bantah Bella.

"Boleh saya masuk ke dalam, memeriksa kamar Anda?" tanya satpam.

"Anda jangan kurangajar! Jika Anda berani masuk! Berarti Anda melanggar pravesi saya!" tandas Bella.

"Jangan macam-macan loe Bella! Kami punya bukti! Loe yang sudah menculik anak gw," tersirat dendam yang membara di balik teduhnya wajah Adnan.

"KEMANA AFINA?!" bentak Adnan.

"Papaaa... huaaa..." jerit Afina dari dalam kamar. Dia rupanya ketiduran karena kelelahan menangis tidak di ijinkan keluar oleh Bella. Mendengar suara ribut lalu terbangun.

Begitu juga Adnan mendengar samar-samar tangisan dari dalam membuat nya semakin murka.

"Keluarkan anak gw?!" bentak Adnan.

"Papaaa..." Mendengar suara Adnan Afina turun dari ranjang.

"Fina... kamu tidak apa-apa sayang..." Sabrina memanggil dari luar.

"Bundaaa..." Afina pun berlari hendak keluar. Namun dengan cepat Bella menutup pintu.

Belum sampai rapat Adnan mendorongnya, begitu juga dengan Bella, terjadi dorong mendorong dari luar dan dalam. Tenaga Adnan yang biasa kuat kini melemah mungkin karena tadi pagi menuntaskan bab demi bab hingga sama sekali belum sarapan. Terlebih Sabrina merasakan nyeri di beberapa bagian karena ulah suaminya yang baru sah sehari semalam itu.

Rupanya walaupun perempuan, Bella tenaganya kuat juga. Maklum dia dulu wanita galak yang selalu di takuti dengan kekuatan ototnya.

Saat di SMK maupun kuliah dengan akal licik, culas, dan curang. Bella selalu menundukkan teman-teman. Maka Bella diberi julukan geng jutek dan selalu di takuti semua wanita kecuali Lastri yang berani melawan saat itu.

"Ada apa ini?" tanya Davit yang baru datang entah darimana.

"Tolong Tuan, wanita di dalam kamar ini telah menculik putri Tuan, dan Nona ini," tutur satpam.

Dengan sekali dorong pintu terbuka membuat Bella terjungkal ke lantai tentu suaminya sendiri yang membuat demikian.

"Bundaaa..." Afina berlari keluar, langsung menyusupkan wajahnya ke perut Sabrina tidak berani menoleh ke belakang lagi.

"Plak" tangan David melayang ke wajah Bella.

Dengan cepat Sabrina mengajak Afina menyingkir. Walaupun bagaimana Fina masih kecil tidak boleh menyaksikan adegan laga seperti itu.

Adnan segera menyusul kemudian menggendong putrinya.

********

"Afina..." mama Fatimah merangkul cucu nya ketika dikabari Adnan, jika Afina sudah di ketemukan. Mama Fatimah dan papa Rachmad segera ke kamar anak dan menantunya.

"Nenek... Fina takut..." rengek Fina.

"Nenek tahu, lain kali jangan suka ke luar sendiri sayang..." nasehat Fatimah. Fatimah sudah dibuat skor jantung dua kali oleh cucu nya.

"Iya Nek. Afina kapok," jawabnya dalam gendongan mama Fatimah.

"Siapa yang sudah berani macam-macam Nan?!" papa Rachmad tampak geram.

"Siapa lagi jika bukan Bella Pa, pengen rasanya memenjarakan wanita itu!" Adnan meninju udara.

"Ternyata Bella menginap di sini juga Nan?" sambung Fatimah.

"Iya Ma, aku juga baru tahu ketika melihat CCTV tadi," jawab Adnan.

Sabrina hanya diam mendengarkan mertua dan suaminya marah-marah, jika sudah marahnya reda nanti Sabrina baru akan bicara dengan Adnan.

"Sekarang jangan sedih, kakek sudah beli ice cream, sekarang kita ambil yuk," papa Rachmad mengambil alih cucu nya dari gendongan Fatimah. Beliau berniat menjauhkan agar Afina tidak mendengar obrolan yang akan meracuni pikiran Afina.

"Pa, hati-hati... jaga Afina," pesan Adnan masih belum hilang rasa khawatir nya.

"Tenang saja, Nan," papa membawa pergi Afina. Di susul Fatimah.

Hanya tinggal Adnan dan Sabrina di kamar itu. Sabrina segera ke kamar mandi, badanya rasanya lelah sekali setelah ke toilet berniat istirahat.

******

Tengah hari sayup-sayup terdengar adzan dzuhur entah dari arah mana. Adnan seorang diri merenung di balkon. Merenungi nasib buruk yang menimpa putrinya.

Andai saja ia mengenal Sabrina lebih dulu, dan tidak menikahi Bella, tentu Afina akan terlahir dari rahim wanita shaleh seperti istri barunya yaitu Sabrina.

Puk.

Pundaknya di tepuk pelan tangan halus. Dengan cepat Adnan menggenggamnya. Menciumnya lembut.

"Pak Ustadz tidak mendengar adzan?" sindir Sabrina kemudian duduk di sebelah suaminya.

"Tentu mendengar bu Ustadzah... tapi sebentar lagi," Adnan meraih tangan istrinya melingkarkan dipundaknya.

"Mas... pasti masih memikirkan Mbak Bella kan?" tanya Sabrina lembut.

"Andai saja aku bertemu kamu sejak dulu In, tentu hidup aku tidak akan seperti In?" Adnan membuang napas kasar.

"Mas... jangan suka mengeluh, semua sudah di ditakdirkan. Kita mengenal baru beberapa waktu, tentu Mas belum mengenal aku sampai ke dalam-dalamnya," Sabrina tidak ingin suaminya terlalu memuji dan suatu saat nanti jika ia berbuat salah. Lantas Adnan akan merasa kecewa yang mendalam.

"Aku sudah tahu kamu kok, sampai ke dalam-dalamnya," Adnan tersenyum, istrinya ini jika di tatap merasa sejuk dan menyenangkan.

"Ngeres deh, bukan begitu maksud aku," Sabrina tersipu.

"Mengeluh itu kan memang sifat kita sebagai manusia In, tanpa kita sadari akan timbul ketika tertimpa masalah seperti yang aku alami," Adnan menyadari.

"Betul Mas... tapi kan setidaknya kita bisa menyibukkan diri dengan berdoa, berdzikir, agar tidak selalu mengeluh, meratap, dan menyesali takdir. Tidak ada yang bisa merubah takdir selain berdoa," kata Sabrina panjang lebar.

"Mas, jika membenci seseorang itu tidak boleh berlebihan, yang ada akan menyebabkan penyakit hati, iri dengki, pemarah, dan keburukan lainnya," Sabrina menjelaskan. Ia sudah tahu banyak mengenai trauma Adnan tentang rumah tanganya dengan Bella.

"Iya bu Ustadzah," Adnan menjatuhkan kepalanya ke pundak Sabrina.

"Menyukai seseorang pun tidak boleh berlebihan Mas, yang ada justeru terlalu posesif, takut kehilangan, dan posesif yang berlebihan itulah yang jusreru akan membuat hubungan menjadi tidak sehat," Sabrina berkata demikian karena tidak ingin suaminya terlalu memuji dan suatu saat nanti jika merasa kecewa Adnan akan membenci dirinya.

"Iya, iyaaa..." Adnan mencium pipi istrinya dari samping.

"Oh iya Mas, aku mau tanya yang sangat pribadi, dan tolong jawab dengan jujur ya" Sabrina bertanya serius.

"Mau tanya apa..." Adnan pun serius.

"Mas pernah mencintai seseorang?" tanya Sabrina.

Adnan menatap lekat wajah Sabrina. Ia tidak menyangka Sabrina akan bertanya seperti itu.

"Jawab dong... kok malah lihatin terus," desak Sabrina.

"Kalau misalnya iya, itu kan sudah masalalu In, yang penting di hati aku saat ini hanya ada kamu," jujur Adnan.

"Mas... aku hanya ingin tahu kok, lagian aku bukan orang yang pecemburu buta seperti Mas," sindir Sabrina.

"Iya! Dulu ada! Puas kamu..." Adnan memencet hidung mancung sabrina gemas.

"Siapa-siapa?" cecar Sabrina penasaran.

"Orangnya sangat dekat dengan kamu," dengan berat Adnan menjawab.

"Orang yang dekat dengan aku... Prily, tidak mungkin, Akila... lebih tidak mungkin,"

Plak"

"BU LASTRI," Sabrina menepuk pundak Adnan kencang.

"Sakit In, nepuknya pakai tenaga dalam kamu ma," Adnan mengusap pundaknya. Pura-pura sakit.

"Aku waktu SMK pernah dengar Mas, kalau Bu Lastri menjadi rebutan para guru, tapi tidak menyangka ternyata Mas Adnan menjadi kandidat," Sabrina tersenyum.

"Kandidat! Seperti pemilihan umum saja! Sekarang sholat, sudah kelewat ini," Adnan mengangkat tubuh Sabrina.

.

1
Andi Bahraeni
Luar biasa
Runik Runma
huh dasar
Soraya
mampir thor
Arin
/Heart/
Vicki Andrian
pengen tk pites adnan
fajar Rokman.
mampir thor
Reni Setia
makasih untuk novelnya
Ria Bionde
Luar biasa
Nining Moo
gengsi,,,genhsi aja Jangan afina yg jadi alasan padal mau🤣
Nining Moo
jangan jangan si alfin bukan anaknya adnan🤔🤔🤔
Samaniah
anak sambung q pun kl manggil q mama,sdgkan manggil ayahnya bapak..
lbh gk nyambung lg 🤣🤣🤣🤣
Samaniah
istri dr jalan,,🤣🤣
Sri Wulan Hazariah
Luar biasa
Sitipatimah
Lumayan
himawatidewi satyawira
waduuh nenek pnh modus
himawatidewi satyawira
111-222 ma anknya..
himawatidewi satyawira
beli asahan linggis di tk bangunan nan..
himawatidewi satyawira
ayoo nan.
hajar bello
himawatidewi satyawira
kl fina sdh ditemukan bakalan ngajak jln" pake mobil baru itu..gitu lho mbak
himawatidewi satyawira
hajar man..suruh berdiri di pojokan, angkat kaki dua"nya jg tngn diikat, mulut dilakban
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!