Secret Wedding ( Jimmy & Alisa )

Setelah mandi, Alisa tak melihat keberadaan Jimmy di kamar. Dia menyangka bahwa pria itu mungkin saja sudah keluar kamar, tapi ya siapa yang menyangka kalau pria itu masih berada di ruangan ini, tepatnya di balkon. Dia sedang menikmati semilir angin sore sambil menyesap rokok.

Alisa melihat gordeng terbang karena angin, dia penasaran kenapa kaca penghubung itu terbuka? Dia mendekat dan menyibak pelan gordeng nya, dia melihat Jimmy sedang duduk santai di temani secangkir kopi dan sebatang rokok yang dia jepit di antara dua jari nya.

"Kangen ya? Sampe nyusulin."

"Gue kira Lo udah keluar." Jawab Alisa pelan. 

"Gak, gue nunggu Lo."

"Ngapain?" Tanya Alisa.

"Pengen keluar nya bareng aja." Jawab Jimmy santai.

"Ohh, yaudah deh gue ke dapur dulu mau bantuin Mama masak."

"Hati-hati."

"Hati-hati kenapa?" 

"Gak jadi." Jawab Jimmy sambil memalingkan wajah nya ke samping, menghindari tatapan istrinya.

"Yaudahlah." Alisa pergi keluar kamar dengan pakaian santai nya, rok selutut dan blouse berwarna Lilac. Rambutnya di ikat ekor kuda, menampakan leher jenjang nan putih yang menggoda. Tapi, seperti nya dia melupakan sesuatu. 

"Apa ya?" Gumam Jimmy.

"Udahlah, kali aja gak penting." Jimmy menyesap kopi nya dan berdiri dari duduknya, melihat pemandangan sore dari balkon kamar nya. Dia tersenyum kecil saat mengingat moment-moment bersama Alisa.

Dulu, sebelum menjadi pasangan mereka terkenal tukang ribut, jika bertemu pasti bertengkar karena hal sepele yang memicu pertengkaran panas. Tapi sekarang, kedua nya malah terlihat lebih akrab. 

Bahkan, dia mulai posesif pada Alisa. Dia tak suka saat melihat Alisa bersama teman laki-laki nya, padahal dulu dia tak peduli. Hati nya terasa panas jika melihat gadis itu bersama laki-laki lain. Apa ini bisa disebut cemburu? Seperti nya iya, tapi Jimmy selalu menyangkal bahwa dia sudah mulai mencintai Alisa. 

Setelah menghabiskan kopi dan rokoknya, dia keluar dari kamar, menuruni tangga dengan wajah datar seperti biasa, kedua tangan nya dia masukan ke dalam celana training yang dia pakai.

"Jim.." panggil Raksa pada sang putra.

"Hmmm.." seperti biasa, pemuda itu hanya menjawab ayahnya dengan deheman.

"Duduk disini sebentar." Jimmy merotasikan mata nya, tapi tetap menurut dan duduk berhadapan dengan sang ayah.

"Kenapa?"

"Bagaimana hubungan kamu sama Alisa, ada kemajuan?"

"Kemajuan semacam apa yang Papa maksud?" Tanya Jimmy, masih dengan wajah datar nya.

Raksa menggaruk tengkuknya, dia juga bingung kemajuan seperti apa yang dia maksud. 

"Membaik atau malah memburuk?"

"Membaik." Jawab Jimmy singkat.

"Aahh ya, syukurlah kalau begitu. Papa yakin, perlahan kamu pasti bisa menerima Alisa sebagai istrimu, Nak."

"Tentu pah." Jawab Jimmy, dia menatap mata sang ayah.

"Kenapa menatap Papa seperti itu?"

"Tidak apa-apa." Jawab Jimmy lagi, dia menyandarkan punggung nya di sandaran sofa dan menengadahkan wajah nya.

'Menikah dengan Alisa itu seperti bencana, Pah. Gak terduga dan menyakitkan, tapi perlahan akan terbiasa dan menerima seiring berjalan nya waktu. Mungkin seperti itu yang aku rasakan saat ini.' Batin Jimmy.

"Kalau tak ada yang ingin papah katakan lagi, aku pergi." 

"Kemana?" Tanya Raksa saat melihat putra nya bangkit dari duduknya.

"Bukan urusan Papa." Jawabnya, Jimmy memang selalu menjawab seperti itu jika di tanya dia akan pergi kemana, jadi Raksa tak heran lagi. Dia hanya bisa menggelengkan kepala nya saat melihat punggung sang putra keluar dari pintu utama.

"Anak itu kenapa datar plus cuek gitu sih?" Gumam Raksa. 

"Turun dari siapa hmm? Dari papa, kayak gak inget aja dulu kamu tuh kayak gimana." Celetuk Larissa membuat Raksa terlonjak karena terkejut.

"Mama isshh, papa kaget." 

"Jimmy kemana?" Tanya Larissa.

"Gak tau, katanya bukan urusan Papa." Jawab Raksa sambil membaca koran kembali.

"Kebiasaan deh, yaudahlah Mama ke dapur lagi. Kasian Alisa, masak sendiri." Raksa menganggukan kepala nya dan membiarkan istrinya kembali ke dapur.

Larissa tersenyum manis saat melihat menantu nya begitu cekatan memotong sayuran dan mengaduk masakan di teflon, keringat dari kening nya membuat gadis itu malah terlihat cantik di mata Larissa. 

'Tak salah Papa memilih Alisa untuk menjadi istrinya Jimmy. Selain cantik, dia pandai memasak. Pasti setelah rasa cinta Jimmy tumbuh, Alisa akan sangat pandai menyenangkan nya.' Batin Larissa.

"Masak apa sayang?"

"Alisa mau masak udang saus mentega, capcai seafood Ma." 

"Tambahin telor balado, Jimmy suka makan telor balado." 

"Oke Ma." Jawab Alisa, dia mengambil beberapa butir telur dari kulkas dan merebusnya, setelah matang dia meletakan nya ke dalam air es, lalu mengupas nya dengan rapih. 

Alisa juga mengulek bumbu nya sendiri menggunakan cobek, tidak dengan blender meski Larissa melarang tapi Alisa tetap kekeuh ingin menggunakan cobek. 

Jimmy yang kebetulan ingin mengambil air minum, tiba-tiba menghentikan langkah nya saat melihat Alisa sedang duduk di lantai dengan tangan yang sibuk mengulek bumbu.

"Ngapain pake cobek, bukan nya ada blender biar cepet."

"Menurut gue rasanya bakalan kurang enak, lebih enak kalo ngulek sendiri bumbunya." Jawab Alisa membuat Jimmy manggut-manggut.

"Nanti kapalan tangan Lo."

"Bodo amat, udah biasa." Jawab Alisa tanpa menoleh sedikitpun ke arah suaminya dan fokus mengulek bumbu.

"Mau masak apaan gitu?"

"Telor balado, katanya kesukaan Lo." Jawab Alisa.

"Kata siapa?"

"Mama." Jawabnya singkat.

"Ada yang bisa gue bantu?"

"Gak usah, Lo kesini mau ngapain?" 

"Tadinya mau minum, tapi kasian liat Lo ngulek bumbu sendiri." 

"Ciee mulai perhatian.." ucap Alisa sambil terkekeh. 

"Dih, perhatian apaan? Kagak ya." Ketus Jimmy.

"Kali aja, yaudah sono kalo mau minum."

Jimmy pun pergi ke kulkas dan mengambil minuman bersoda, membuka kaleng nya dan menenggak nya. Alisa menatap cara Jimmy minum, apalagi saat jakun nya naik turun, sungguh terlihat sangat seksii.

Tanpa sadar, Alisa menelan ludah nya kasar. Pemandangan seperti ini kadang membuatnya oleng.

'Fokus Alisa fokus.' Batin Alisa, lalu berusaha memfokuskan kembali pada bumbu dalam cobek yang baru setengah halus.

Cup..

"Semangat ngulek bumbu nya." 

Jimmy pergi dari dapur dengan santainya, tanpa peduli dengan reaksi Alisa yang sudah memerah wajahnya.

Alisa meraba pipi nya yang terasa basah karena kecupan singkat dari Jimmy. Pria itu kenapa sih? Senang sekali membuat jantung nya ingin melompat keluar. 

Tanpa setahu keduanya, Larissa melihat interaksi antara sang putra dan menantu nya. Jelas hatinya berbunga, karena melihat banyak perubahan dari hubungan sang putra dan istrinya.

"Hubungan mereka semakin membaik, syukurlah." 

.......

🌻🌻🌻🌻🌻