Mira menjadi seorang Janda semenjak ditinggal suaminya. Ia harus mengurus sang buah hati seorang diri yang masih berusia 4 tahun dan Mira mengatakan pada Rafa kalau Papanya sedang bekerja di luar negeri, sehingga Rafa harus hidup dalam sebuah kebohongan. Padahal Papanya telah tiada.
Cantik dan masih Muda, Mira mendapat saran dari banyak pihak, untuk segera menikah lagi.
Ketika Mira sudah mulai membuka hati untuk pria lain, Ia harus dihadapkan pada pilihan sulit. Gio dan Darell datang secara bersamaan.
Akankah Mira mau membuka hati salah satu dari mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Nasokha(Ahong), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan Motor
Ponsel di atas meja kerjanya berdering, Mira yang sedang terpaku pada buku segera menghentikan pekerjaanya. Lalu meraih ponsel dan melongok pada layar ponsel.
Ada apa Ilham menelponku? Pasti dia akan melakukan hal aneh lagi. Gumam Mira.
Rafa sudah bercerita kepada dirinya kalau Ilham datang ke sekolah Rafa. Mengajak jalan-jalan dan membelikan snack dan minuman. Mira setengah sebal, setengah senang setelah mendengar cerita dari sang buah hati itu.
Awalnya Mira tidak percaya kalau Ilham sedang menjemput Rafa ke sekolah. Dan meminta ijin kepada dirinya, kalau hendak membawa Rafa jalan-jalan.
Sekarang, apa lagi yang akan dia lakukan? Gumam Mira sambil menggelengkan kepala.
Mira pun menerima panggilan dari Ilham.
“ Hallo, ”
“ Apakah kau sedang sibuk, Mira? Aku Angga temanya Ilham yang pada saat itu makan bersama Ilham di warung Pak Ahmad. Kau ingat denganku, kan? ” tanya Angga dari sebrang sana.
“ Iya aku ingat. Kenapa kau menelponku? Kenapa kau menelpon menggunakan nomor Ilham? ”
Mira menautkan kedua alisnya.
“ Kalau kau tidak sibuk sekarang, kumohon kau ke kontrakanku, ya, Ilham baru saja kecelakaan motor. ”
“ Apa? Kecelakaan? ” Pekik Mira, sontak saja semua orang yang ada di ruangan itu menjadi mendongakan kepala karena pekikan Mira yang cukup keras. Mira benar-benar kaget mendengar kabar kalau Ilham kecelakaan.
“ Tidak parah, sih, hanya luka-luka saja di bagian tubuh dan tanganya. Baru saja dibawa ke rumah sakit, sekarang sudah ditangani dan sudah diperbolehkan pulang. ”
“ Ilham menyuruhku untuk menyampaikan ini kepadamu. Telapak tanganya agak terasa sakit, jadi untuk memegang handphone belum bisa. ”
Mira menghela napas berat, lalu menopang pelipis, hampir saja Ia hendak segera meluncur ke sana. Namun Ia mengurungkan niatnya.
Saat ini jelas saja Mira sangat mencemaskan Ilham. Ingin rasanya segera meluncur ke sana. Namun ada hal yang membuat Mira tidak ingin melakukan itu. Mira takut kalau Ia menjadi semakin jatuh cinta kepada Ilham. Mira tidak ingin hal itu terjadi. Ini sungguh membingungkan bagi Mira.
Akhirnya, Mira meneruskan untuk melanjutkan pekerjaannya. Tidak ingin terganggu dengan memikirkan Ilham.
.....
Malamnya, Mira teringat kembali dengan Ilham. Namun, Mira memilih membuang jauh-jauh bayangan Ilham di benaknya.
Alasan pertama, Mira tidak ingin mengakui perasaanya sendiri kalau Ia sudah mulai jatuh cinta dengan Ilham. Hal ini seperti terjadi ketika Mira merasakan jatuh cinta kepada mendiang suaminya dulu. Bagimana Ia selalu berdebar-debar saat bersamanya, memikirkan kala siang dan malam. Lalu, semuanya berubah dan Ia telah kehilangan seseorang yang dicintainya.
Alasan kedua, Mira masih takut untuk jatuh cinta kembali dan menjalin hubungan dengan serius. Ia masih trauma dengan Fahmi yang cukup menyita hatinya selama ini.
Mira pun bahkan mengabaikan beberapa chat yang dikirimkan Ilham yang katanya ingin bertemu denganya. Ilham ingin dirinya menengoknya.
Mira memilih untuk mematikan ponselnya. Dengan harapan bisa melupakan perihal yang sedang terjadi. Mira saat ini sedang berbincang dengan Sri di ruang tengah. Sedangkan Rafa sibuk dengan tab-nya.
“ Mbak Mira, Sepertinya pria bernama Ilham itu menyukai, Mbak Mira! ” kata Sri dengan hati-hati takut akan menyinggung perasaan Mira. Karena Sri sedari tadi mendapati Mira seperti sedang memikirkan sesuatu.
Sungguh sial sepertinya, Mira yang sedang mencoba untuk tidak memikirkan Ilham malah mendapat pertanyaan seperti itu dari Sri.
“ Tidak mungkin Ilham suka denganku, Sri, aku kan hanya seorang Janda yang sudah mempunyai anak. Sedangkan Ilham masih terlihat muda, dia tidak mungkin suka denganku. Selera dia itu para gadis cantik. ” Jawab Mira setenang mungkin.
“ Kalau jodoh, bagimana, Mbak? ” goda Sri.
“ Ah! Kamu itu, ada-ada saja! ” timpal Mira.
“ Kamu belum ingin menikah, Sri? ” tanya Mira mengganti topik. Sri ini usianya di bawahnya. Menurut Mira dia sudah bisa kalau menikah.
“ Aku belum ada calon, mbak, ” katanya sambil terkikik. “ Lagi pula, aku masih ingin merawat Rafa dan juga menemani Mbak Mira. Aku akan menunggu, Mbak Mira menikah dulu, baru, nanti aku akan menikah. ” Lanjutnya.
Lalu, keduanya terkekeh bersama. Sampai-sampai Rafa buru-buru naik ke atas sofa karena sedari tadi ternyata bermain tab sendirian.
Malam semakin larut, Rafa dan Sri sudah tidur di kamar masing-masing.
Di atas ranjang, Mira merasa gusar, Sangat susah sekali untuk terlelap, beberapa kali Ia mengubah posisi tidur, tetapi tetap saja tidak bisa langsung terpejam. Biasanya tidak seperti ini. Hingga Mira berdecak sebal karena tidak bisa tidur. Mira tidak bisa tidur tak lain dan tak bukan karena tentu saja sedang memikirkan Ilham.
Mira Ingin menghubungi Ilham tapi berkali-kali Ia menghardik diri sendiri untuk jangan menghubungi Ilham.
Suara jangkrik, suara angin berhembus di luar, perlahan katub mata Mira terpejam bersama kejadian yang pernah Ia lakukan bersama Ilham.
.....
Sementara itu, tubuh Ilham tergeletak di atas ranjang. Bagian lengan, pinggang, telapak tangan dan bagian pelipis harus di perban.
Angga yang saat ini harus mengurus Ilham dengan telaten. Tangan Ilham masih terasa sakit untuk makan sendiri, sehingga Angga harus menyuapi Ilham bagikan menyuapi anak kecil.
Angga sudah menyarankan untuk kembali ke rumahnya saja. Karena dengan begitu, dia akan lebih diperhatikan dan tentu saja ada banyak orang yang membantu. Sedangkan di kontrakan Angga, hanya ada mereka berdua. Namun, Ilham tidak mau pulang ke rumah. Tentu saja, Angga harus ekstra sabar menghadapi sahabatnya yang keras kepala itu.
Hanya satu yang Ilham inginkan. Dia ingin Mira ada di sisinya saat ini. Namun, Mira belum kunjung datang juga.
“ Kau benar sudah memberitahu Mira kalau aku kecelakaan, kan? ” tanya Ilham karena tidak ada kabar dari Mira.
“ Aku sudah menghubungi Mira tadi siang, aku juga sudah menghubunginya lewat chat. Tapi, Mira belum membalas juga. ” Jawab Angga yang saat ini sedang meracikan obat untuk Ilham.
“ Coba kau hubungi dia lagi. ” pinta Ilham.
Angga akhirnya menghubungi Mira, namun handphone-nya tidak aktif. Membuat Ilham menghela napas berat.
Ada apa sebenarnya dengan Mira? Kenapa dia tidak ada kabar, apa dia sudah mengetahui kalau aku kecelakaan? Pikir Ilham.
Ah! Mira, aku ingin bertemu denganmu. Maukah kamu merawatku saat ini?
“ Kau menyusahkanku saja, Ham! Selalu saja menyusahkanku. ” Kata Angga sembari meminumkan obat kepada Ilham.
“ Kau tega sekali dengan sahabat sendiri dengan berkata seperti itu. Apa kau tidak kasihan denganku? ” Ilham malah menggoda Angga.
“ Tidak kasihan sama sekali! ” gerutu Angga sebal. Ilham hanya terkekeh.
Ilham sudah terlelap saat ini. Angga kini memilih duduk di balkon sambil menghisap rokok. Angin malam berhembus pelan menerpa wajah, suara keramaian di luar sana masih terdengar.
Tiba-tiba sebuah senyum mengembang di bibirnya. Terbesit sebuah ide dalam benak Angga berencana akan membawa Mira ke sini untuk merawat Ilham. Siapa tau, dengan Mira ada di sini, Ilham akan segera sembuh.