NovelToon NovelToon
Menikahi Pengawal Pribadi

Menikahi Pengawal Pribadi

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Titin

Jelita Sasongko putri satu satunya keluarga Dery Sasongko dipaksa menikah dengan Evan Nugraha pengawal pribadi ayahnya. Jelita harus menikahi Evan selama dua tahun atau seluruh harta ayahnya beralih ke panti asuhan. Demi ketidak relaan meninggalkan kehidupan mewah yang selama ini dia jalani dia setuju menikahi pengawal pribadi ayahnya. Ayahnya berharap selama kurun waktu dua tahun, putrinya akan mencintai Evan.

Akankah keinginan Dery Sasongko terwujud, bagaimana dengan cinta mati Jelita pada sosok Boy?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 23

"Mengadakan pesta perkawinan?" tanya Sasongko mengerutkan keningnya. Jelita mengangguk tegas, dia sudah memutuskan untuk mempublikasikan pernikahannya dengan Evan. Dengan adanya Evan disampingnya menyandang status suami, otomatis masalah perusahaan jadi tanggung jawab Evan. Dan Jelita bisa tenang menjalankan perannya sebagai istri.

"Sudah tanya pada Evan masalah ini?" tanya Sasongko lagi.

"Aku udah bahas ini pa, dan dia menyerahkan semuanya padaku." jelas Jelita.

"Ya sudah kalau memang begitu. Masalah waktu kamu bicarakan saja pada Evan. Dia itu orang sibuk, jadi kamu harus mengalah mencari waktu disaat dia benar-benar luang."

"Iya, papa tenang aja. Yaudah aku pamit dulu ya pa, mau bahas masalah ini dengan Evan." pamit Jelita sembari menyalami dan menci um tangan papanya.

Pulang dari Mansion papanya Jelita langsung menuju markas. Sebab tadi Evan sudah memberitahu Jelita kalau dia sedang berada dimarkas.

Jelita masuk keruang Evan dengan wajah berseri, restu dari papanya menjadi kado terindah bulan ini. Sementara Evan yang sedang sibuk berkutat dengan lamtopnya beralih pandang ke Jelita.

"Ada kabar gembira hari ini?" tanya Evan sembari beranjak bangkit menghampiri Jelita.

"Ketebak ya?" tanya Jelita kecewa.

Evan tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Hemm, terlihat dari wajahmu."

"Ck, dasar kamunya yang terlalu pinter membaca ekpresi orang." sungut Jelita.

"Pengawal pribadi memang harus jeli membaca ekspresi dan gerak tubuh. Kalau tidak, bagaimana aku mampu mengenali musuh diantara kerumunan orang." sahut Evan netranya menatap lekat bola mata Jelita.

"Pengawal pribadi juga piawai menipu orang, benar tidak?" cebik Jelita.

"Itu fitnah. Siapa yang pernah aku tipu, coba tunjukkan muka aku ingin lihat," ujar Evan sembari meraih tubuh Vero melabukannya dalam pelukan hangatnya.

"Aku, lihat wajahku baik-baik jangan sampai lupa," sungut Jelita.

Evan terkekeh, melihat tingkah Jelita yang menggemaskan. "Baiklah aku mengalah. Sebagai permohonan maafku, istriku ini boleh belanja sepuasnya, suamimu yang akan bayar."

"Yang benar?"

"Tentu saja."

"Boleh bawa teman?" tanya Jelita dengan ekspresi memohon. Tampak Evan berpikir sejenak lalu, mengangguk pelan. "Boleh." sahutnya dengan senyum.

"Itu baru suamiku." ucapnya. Dia mendekat dengan posisi setengah berdiri, menempelkan bibirnya menge cup lembut bibir Evan. Berdesir darah Evan seketika mendapat sentuhan lembut dibibirnya, tak ingin menahan hasratnya Evan meraih tubuh Jelita, membawanya menempel ditubuhnya erat.

Sesaat Evan memandang wajah Jelita dengan seksama, tatapannya berhenti pada bibir merah yang tadi menggodanya. Sedetik kemudian Evan sudah menci um bibir Jelita, menghisapnya penuh nafsu. Bayangan permainan panas Jelita malam tadi membuat hasratnya mendadak datang tak terkontrol.

Tak puas hanya dengan ciu man, Evan menyusupkan jemari kokohnya dibalik rok span Jelita, menjamahi paha mulus itu inci demi inci. Jelitah mendesah nikmat. Dia bahkan lupa pada tujuannya datang menemui Evan.

Tapi kesenagan mereka harus terganggu oleh kedatangan Kiara yang masuk tanpa mengetuk pintu.

"Kiara!" seru Jelita saat tatapannya membentur sosok Kiara. Kiara berdiri diambang pintu, tertegun melihat adegan panas pasangan suami istri itu.

"Maaf." ujarnya sembari menunduk.

Evan melepas sentuhannya, napasnya terengah oleh permaianan panasnya tadi. Dengan sorot mata tajam Evan menatap Kiara.

"Sejak kapan kau masuk keruanganku tanpa mengetuk pintu?!"

"Maaf Van, aku buru-buru."

"Apa yang membuatmu terburu-buru, hingga kehilangan etika begini?" tanya Evan dengan ekpresi dingin.

"Salah satu kantor berita online menulis berita mengenai rencana resepsi pernikahan kalian. Sebelum menekan mereka aku kira aku harus membicarakannya padamu Van," jelas Kiara sembari menyerahkan tablet yang ditangannya pada Evan.

Evan menerima tablet dari Kiara. Memang benar ada berita tentang mereka disana. Setelah membaca berita di tablet Evan beralih menatap Jelita.

"Mereka lebih cepat menebar berita, ketimbang dirimu sayang. Bukankan ini tujuanmu datang menemuiku?" Evan mengansurkan Tablet pada Jelita.

"Iya benar, kenapa aku bisa lupa." sahut Jelita sembari menepuk jidatnya.

"Kalian ingin menggelar resepsi?" tanya Kiara memotong pembicaraan mereka.

"Iya." sahut keduanya serempat. Kiara terdiam, Evan dapat melihat air muka Kiara berubah muram.

"Lalu bagaimana dengan berita ini?" tanya Kiara lagi.

"Biarkan saja."

"Tapi Van,"

"Apa lagi? apa ucapanku kurang jelas?!" tegas Evan.

"Tidak aku sudah mengerti." sahut Kiara lalu beranjak pergi.

Jelita menarik napas dalam, Kiara yang dibentak Evan dia yang sesak napas. "Van, jangan terlalau keras pada Kiara kasihan dia," ujar Jelita lemah lembut.

"Kalau aku tidak keras, istriku bisa cemburu. Aku tidak suka melakukan hal yang bertentangan dengan istriku. Kalau dia ingi A, maka aku akan lakukan A. Sebaliknya kalau dia benci B maka aku akan menjauhi B. Sikap tegas tadi sudah biasa aku lakukan terhadap wanita yang melanggar batasanku. Paham sayang," jelas Evan.

"Cih, karena istrimu. Itu karena ada aku disini, coba kalau hanya sendiri. Gigipun bisa lunak saat bicara." sungut Jelita. Evan membulatkan matanya menatap Jelita.

"Berani bicara hal buruk tentang suamimu, tidak takut kena hukum nanti malam," ancam Evan gemas. Kenapa kalau bicara tentang wanuta lain lidahnya seolah beracun.

"Dasar me sum!" umpat Jelita.

"Sudah, sekarang aku mau tanya. Berita apa yang tadi ingin sayang sampaikan?"

"Papa setuju kita mengelar resepsi, tapi harus kamu yang tentuin tanggalnya. Kata papa kamunya sibuk, jadi harus ikut waktu senggang kamu." jelas Jelita.

"Terserah sayang aja, aku bisa kok luangkan waktu. Sayang cari tanggalnya, nanti biar aku atur jadwalku. Bagaimana?"

"Bagus kalau begitu. Tapi bantu aku mencari WO nya ya."

Evan mengangguk, kemudian meraih tubuh Jelita jatuh kedalam pelukannya. Evan ingin mengulang adegan yang tejeda tadi. Dia masih ingin mencum bui istrinya, menuntaskan hasratnya yang tertunda.

Tak ingin kesenagan mereka terganggu lagi, Evan memboyong tubuh Vero kedalam kamar pribadinya. Membaringkan tubuh molek itu diatas tempat tidur.

"Sayang kalau masih lelah, kau bisa mundur sekarang, tidak apa-apa." bisik Evan yang sudah siaga diatas tubuh Jelita.

Jelita tak menyahut, dengan gerakan lembut dia mengalungkan tangannya keleher Evan, membawanya mendekat. Lalu melu mat bibir Evan dengan lembut dan lama. Melepasnya, lalu melu matnya lagi, memainkan lidahnya yang panjang pada permukaan bibir Evan. Evan mendesah, sensasi geli dan nikmat menjalari tubuhnya. Ingin rasanya dia mengigit lidah liar Jelita.

"Sayang, kau semakin nakal ya," bisik Evan dengan suara parau. Lalu membenamkan wajahnya diantara dua benda kenyal yang tegak menanatang. Kini Jelita yang mende sah. Apalagi saat lidah Evan menjamahi benda kenyal itu dengan rakus, menghisap, mengigit membuat Jelita melenguh berulangkali.

Dia tak habis pikir, kenapa disentuh lelaki bisa senikmat ini. Evan menyentuhnya hanya di satu titik, tapi Jelita mampu merakan nikmat disekujur tubuhnya.

Sementara diruang berbeda digedung yang sama. Kiara tengan meradang, dengan kesal dia memukul meja dengan tangannya. Sementara wajah cantiknya terlihat kelam. Hatinya dipenuhi oleh amarah yang membara. Dengan tangan gemertar Kiara membuka laci mejanya, mengeluarkan beberapa foto Evan. Foto yang dia ambil diam-diam selama beberapa tahun ini.

Seperti orang tak waras Kiara menciu mi gambar Evan penuh perasaan.

Berita resepsi peenikahan Evan dan Jelita memancing emosinya. Bagaiman mungkin Evan bisa benar-benar jatuh cinta pada Jelita. Ini tidak boleh dibiarkan. Evan dari awal adalah miliknya dan akan tetap jadi miliknya.

Dia benci pada Jelita yang serakah, bukankah dia sudah ada boy, lalu kenapa masih merebut Evan dari sisinya.

Dia benci melihat sikap manis Evan pada Jelita, Evan tak pernah melakukan selembut itu. Sikapnya selalu datar dan dingin.

"Kau bisa bantu aku melakuakan sesuatu?" tanya Kiara pada seseorang melalui sambunagn telpon.

"Bagus, nanti aku kabari lagi." ucapnya lagi.

Kiara memutus panggilan dengan seringai licik dibibirnya. Entah apa yang ada dibenak wanita ini. Yang pasti bukanlah hal baik.

To be continuous

1
Jauriah Aspan
Mantap sangat puas dg alur cerita ini
Maria Longgak
suka sekali dengan ceritanya
Cesy Luthfi
Luar biasa
Arwet Bach
keren bgt
lia juliati
cerita bagusss konflik gak berat2 amat tp cerita alurnya mudah d ikuti
Sri Udaningsih Widjaya
Ceritanya keren thor
Rosmiati 52
ga pernah di azani
Hayanti Yanti
Luar biasa
jumirah slavina
kerennnn Evan...
Aku padamu pokoke..
😘😘😘😘
jumirah slavina
ko' Tuan trs manggil'y bkn Papa Keq Jelita.. kan mertua...
Ani Suwarni
karena ada Kiara
jumirah slavina
drtd ko' manggil'y Tuan bkn Papa..
jumirah slavina
apakah pekerjaan sampingan Evan mafia ??
jumirah slavina
wow
Ani Suwarni
akhirnya.....
Ani Suwarni
Evan yang cemburu kenapa hatiku yang deg deg serrrr ngiluuu 😆
Ani Suwarni
badan Evan terbuat dari apakah?
Ani Suwarni
siapa Evan sebenarnya?
Ani Suwarni
aku penasaran dgn sosok evan,semoga dia orang baik
Ani Suwarni
salut dengan Evan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!