Devan, Pemimpin bisnis raksasa ditunangkan dengan Danisa. Seseorang yang berasal dari desa. Orang mengira jika tunangannya yang bernama Danisa itu adalah wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berbudaya, gila, bisu, tidak pantas untuk bersanding dengan Devan yang notabene nya berasal dari keluarga kaya raya lagi terpandang.
Semua tuduhan yang di alamatkan padanya, Danisa terima karena ia juga memiliki suatu misi rahasia. Yaitu mengungkapkan sebuah kasus yang mengorbankan keluarga nya. Danisa yang mendapatkan ilmu bedah turunan sang nenek yang merupakan seorang legenda di dunia kedokteran, sudah berhasil mengoperasi banyak orang hingga sembuh seperti sedia kala. Sampai pada suatu hari diketahui bahwa Danisa sebenarnya adalah orang yang ahli di bidang medis, semua orang langsung tercengang.
Penyamaran yang Danisa lakukan bukanlah tanpa sebab~
IG: @alana.alisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alana alisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Drama Pemecahan Kasus Yang Sempurna
Drama yang melibatkan keluarga Cakrawangsa dan segala tuduhan yang dialamatkan pada Danisa akhirnya menemui titik terang. Danisa dan para relasinya yang sudah sangat berpengalaman bergerak cepat dan langsung mampu mengubah keadaan.
Sebenarnya… memang Jihan-lah yang memintaku melakukan semua ambisi-nya untuk menjebak Danisa. Pengakuan yang mengejutkan dari Mila sudah cukup membuat semua orang yang berada di sekitar tercengang.
Jihan yang sebelumnya sangat menyudutkan Danisa dengan bukti-bukti yang ada menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Keadaan pun berbalik 180 derajat. Kini Jihan nelangsa diantara semua bukti yang sudah ada di depan mata. Senjata makan tuan.
Devan menatap tajam ke arah sahabat masa kecilnya itu dengan tatapan dingin membunuh. Perbuatan Jihan sudah tidak bisa ditorerir lagi. Sangat kejam.
“Dev… kita sudah berteman sejak kecil. Bersama-sama Kita sudah melewati berbagai macam peristiwa!” Jihan berbicara sendu.
“Shut up!!! Tutup mulutmu!!!” Sambar Devan. Rahangnya mengeras. Urat mata yang berubah memerah terukir dengan jelas di sana.
Kini semua hanya bisa diam. Mereka yang tadinya ikut-ikutan menuduh Danisa berubah menjadi tidak berkutik. Kakek Cakrawangsa menatap Danisa dengan penuh kasih sayang. Cucu menantu pilihannya, tidak bersalah.
“Dev, aku melakukan ini semua karena bukan tanpa alasan. Aku ingin menyelamatkan tante Ranti dari Danisa. Ia tidak lebih hanyalah seorang gadis bisu dan tidak berpendidikan yang hadir di tengah-tengah kita. Tante Ranti tidak menginginkannya. Tante Ranti sangat tertekan. Apa kalian semua tidak bisa merasakan hal tersebut?” Jihan masih berusaha menggiring opini.
“Dev, aku juga yakin kau pun begitu. Aku tau Kau juga merasa sangat muak dengan ini semua! Apalagi tentang pertunangan yang dilakukan secara sepihak, kan? Hiks Hiks” Air mata Jihan sukses berhamburan. Ia berbicara dengan memelas.
Rudi yang tadi memutuskan untuk ikut turun karena sempat melihat pergerakan Jihan yang buru-buru turun dengan lift terlihat mencurigakan, menahan amarah yang sudah mengubun-ubun. Bisa-bisanya Jihan masih membela diri padahal bukti nyata sudah berada di hadapan mata.
“Dev, aku sangat memaklumi sikap tante Ranti yang demikian. Beliau ingin menyelamatkanmu dari perjodohan konyol kalian. Aku sudah menganalisis ini semua! Kau juga tau aku yang selalu juara umum di sekolah tidak mungkin melakukan hal yang bisa menghancurkan tante Ranti yang begitu aku cintai! Beliau sudah seperti ibuku sendiri! Hiks hiks…” Jihan mengusap airmata nya yang berlinang-linang. Kesedihan seorang terpancar jelas dari sorot mata indahnya.
Danisa tersenyum hambar. Jihan ini memiliki wajah yang cantik, dia kaya raya juga pintar. Namun sayang, gadis ini salah menempatkan kepintarannya dengan baik. Ia berubah karena ambisinya. Tapi, apakah benar dia adalah seorang wanita yang sikapnya berubah dari baik menjadi jahat? Bukankah Jihan memang sedari dulu sudah mencari gara-gara pada Danisa?
“Permisi tuan Devan, kita harus menunggu beberapa saat lagi, polisi lagi berada dalam perjalanan menuju rumah sakit!” Lapor petugas keamanan setelah melakukan panggilan telepon dan berkomunikasi dengan pihak kepolisian. Devan mengangguk.
“Dev, taukah kamu? Kalau selama ini tante Ranti selalu mengeluhkan nasibmu yang ditunangkan dengan gadis bisu sepertinya?!” Lanjut Jihan menunjuk ke arah Danisa dengan wajah geram.
“Beliau yang merupakan seorang sosialita berkelas dan begitu dihormati berubah tak berdaya hanya karena seorang anak bernama Danisa. Dan aku bisa merasakan rintihan hati beliau. Aku bisa merasakan kesulitan yang beliau alami”
“Hari ini pun kami bertemu untuk membicarakan ini semua! Kau pasti paham hal ini!” Jihan masih terus menyuarakan pembelaan terhadap dirinya. Bagaimana-pun posisinya sudah sangat terhimpit.
Hati Danisa tersenyum geli. Ia mulai mengetikkan lagi beberapa kalimat di handphone-nya.
Kau pembohong Jihan! Tante Ranti tidak tau menau tentang kejadian hari ini! Bersama Mila, kau dengan teganya merencanakan ini semua sebelum kalian bertemu di café! Senggak Danisa. Ia memperlihatkan ketikannya di handphone pada Jihan sekaligus Devan.
“Dev… Hiks hiks..” Jihan menatap nanar pada Devan dengan menangkupkan kedua tangan. Gerakan tubuhnya memohon perlindungan.
“Jihan, stop membual!! Saat ini Aku sudah sangat mempertimbangkan hubungan masa kecil kita! kalau tidak, sudah dari tadi aku menghempaskanmu dari lantai tinggi ke bawah untuk menggantikan posisi ibuku! Dan Aku juga menghargai-mu sebagai seorang wanita! Aku tidak ingin mengotori tanganku untuk wanita seperti mu!!” Tukas Devan tajam. Matanya berkilat-kilat. Ia sejak tadi sudah sangat bersabar menghadapi Jihan yang semakin kelewatan batas. Jihan menggeleng tak berdaya.
Tap Tap Tap
Rombongan polisi datang. Jihan langsung takut gemetaran. Wajahnya memucat. Wajah yang sudah terpoles dengan baik itu berubah pucat pasi.
“Permisi, apa kami sudah bisa membawa tersangka ke kantor polisi?” Tanya petugas kepolisian yang membuat Jihan semakin bergidik ngeri.
“Jangan menunggu lagi, pak! Dari tadi kami sudah bersabar menghadapi mereka. Jebloskan ke dalam penjara! Jangan beri ampun!” Suara Devan memenuhi lobi rumah sakit. Polisi langsung meringkus Mila dan Jihan sebagai pelaku utama.
“Dev,,, Dev,,,,” Kedua gadis ini meronta-ronta. Namun tidak satu-pun dari keluarga Cakrawangsa merasa kasian.
“Cakrawangsa, Manggala, Devan… Aku sudah sangat mensyukuri operasi Ranti berjalan lancar. Dan semua baik-baik saja” Ucap Rudi kembali mengingatkan mereka untuk bisa bernafas lega.
“Rudi,, ini semua berkat pertolonganmu! Dokter yang menanganinya juga sangat luar biasa! Aku sangat berterima kasih!” Manggala berkaca-kaca. Manggala tersenyum penuh arti pada Danisa.
“Sudah seharusnya pihak rumah sakit melakukan yang terbaik. Ini semua juga berkat uluran tangan Tuhan yang masih ingin melihat Ranti baik-baik saja!” Rudi menepuk-nepuk pundak Manggala.
“Jadi…..” Rudi menjeda kalimatnya. Semua orang menanti apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh kepala rumah sakit.
"Jadi setelah ini semua, apa kalian tidak mau meminta maaf pada Danisa?” Rudi menaikkan sebelah alisnya ke atas, ia menantang Manggala dan anggota keluarga Cakrawangsa lainnya.
Kakek Cakrawangsa sangat malu. Beliau tidak tau harus membawa wajah kemana. Keluarga nya menuduh Danisa yang bukan-bukan. Padahal selama ini keluarga Cakrawangsa sudah terlalu banyak menerima bantuan dari neneknya Danisa. Bahkan baru saja Danisa hampir celaka karena tuduhan mereka.
“Hemmm” Manggala berdehem sedikit gelagapan. Kali ini pandangannya terhadap Danisa berubah total. Ia telah salah menilai calon menantunya. Ternyata Danisa hanya seorang korban dari pembunuhan berencana.
“Danisa, daddy minta maaf… Kamu paham kan bagaimana hati seorang suami ketika tau istri yang dicintainya mengalami musibah tragis? Tapi Daddy tidak akan berlepas diri. Daddy yang gegabah ini jelas bersalah!” Manggala menatap Danisa dengan penuh permintaan maaf yang tulus. Danisa menggangguk haru. Ia bisa memahami itu semua. Gadis ini memberikan senyum manisnya.
“Rudi, andai kau tidak mencegahku dari menyakiti Danisa. Seumur hidup aku tidak akan bisa memaafkan diriku!” Manggala berkaca-kaca. Ia, yang notabene-nya seorang pimpinan perusahaan raksasa yang memimpin bak raja hutan, hatinya juga bisa luluh apalagi ketika kebenaran sudah berada di depan mata.
Danisa mengetikkan sesuatu di handphone-nya.
Daddy, jika aku menjadi Daddy mungkin aku akan melakukan tindakan yang sama seperti yang daddy lakukan. Bahkan lebih. Aku tidak akan membiarkan keluargaku terluka. Aku tidak akan membiarkan orang tersebut bernafas dengan baik!
Manggala menepuk-nepuk puncak kepala Danisa dengan penuh kasih sayang.
“Kau benar-benar gadis yang bijak nak! Untuk kedepan, Daddy akan berusaha untuk lebih waspada lagi dengan tidak sembarangan bertindak!” Ucap Manggala penuh penyesalan.
Kasus selesai. Kini Danisa menoleh ke arah Devan yang menggaruk tengguknya yang tidak gatal.
Danisa kembali mengetik sesuatu di handphone-nya.
Devan Ahmad Cakrawangsa, setelah semua tuduhan yang dialamatkan padaku dan semua bukti sudah jelas menunjukkan aku tidak bersalah, apa kamu tidak ingin mengajukan permintaan maaf?
Devan membeku di tempat. Malu, adalah satu-satunya kata yang mampu mendeskripsikan perasaannya saat ini. Bahkan untuk melihat intens wajah tunangannya tersebut Devan tidak mampu.
Raga, yang sudah mengekori Devan sejak awal kejadian hanya bisa menutup mulut dengan kedua telapak tangan menahan ketawa melihat reaksi Devan bak ayam sayur. Sahabat nya itu sama sekali tidak bisa berkutik.
Danisa hanya mengetikkan beberapa kalimat secara virtual melalui handphone sudah membuat Devan mati kutu. Bagaimana kalau wanita tersebut berbicara secara langsung? Batin Raga terkagum-kagum.
“Ppppmmmffffff pppmmmmffft” Raga masih menahan tawanya. Raga sialan. Maki hati Devan.
“Hahahahhah Hahahahahha” Akhirnya tawa yang Raga tahan meledak. Devan memberikan sedikit tinjunya ke lengan kekar Raga.
“Danisa Maria Anna, nanti kita bicara di apartemen!” Tutup Devan menatap intens netra Danisa yang bersinar.
***
Guysss... jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya~ Makasiiiii ❤