Kau adalah wanita simpananku, selamanya akan tetap seperti itu. Jangan harap ada cinta di antara kita, atau hubungan kita berakhir detik ini juga! Alfredo Hanscout Smith
Aku mencintaimu, Alfred. Tak bisakah kau membuka hatimu sedikit untukku? Davina Oliver
Mampukah Davina menaklukkan sosok Alfred yang begitu dingin dan alergi dengan seorang wanita? Ataukah cintanya akan kandas dan memilih pergi untuk merahasiakan suatu hal dari Alfred.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Daddy, Nak
"Halo Son. Ehm ... apa perjalananmu menuju tempat ini lancar?" tanya Alfred kaku yang memang lelaki itu tak terbiasa berhadapan dengan anak kecil.
Anak lelaki kecil itu pun menoleh menatap pada Alfred yang sudah berdiri di hadapannya. Terlihat wajah binar Alfred yang menampilkan lengkungan indah. Tiba-tiba wajah binar itu sirna berganti menjadi wajah mendung yang menghiasi wajahnya. Dua bola mata Alfred terbelalak lebar ketika melihat sosok anak lelaki yang tidak asing di indra penglihatannya.
DEG!
"Kamu ...." Ucapan Alfred menggantung di udara ketika melihat wajah anak lelaki itu.
Ingatan Alfred pun masih tajam, detik itu juga dia teringat akan pertemuannya beberapa hari yang lalu di rumah sakit. Dimana dia bertemu dengan anak lelaki tampan memiliki netra yang sama dengannya. Seketika dada Alfred bergetar hebat melihat pemandangan di hadapannya itu.
"Bukannya anda ... Om yang menginjak mainanku tempo hari yang lalu, bukan?" tanya Bryan membuyarkan lamunan Alfred.
"Apa kalian saling mengenal?" tanya Davina berjalan menghampiri keduanya yang masih beradu pandang.
Dahi Davina berkerut tak paham dengan apa yang di katakan putranya barusan. Menginjak mainan? Apa benar mereka pernah bertemu sebelumnya? Tapi dimana? Dan kenapa dia tak tahu mengenai hal itu? Apa putranya telah merahasiakan hal tersebut darinya perihal pertemuannya dengan lelaki yang di cintainya.
"Sayang ... apa kamu mengenalnya?" tanya Davina lagi pada putranya.
"Iya Mom, aku mengenalnya. Kami pernah bertemu ketika aku di bawa Daddy Rifki ke rumah sakit. Saat itu aku sedang bermain mobil-mobilan, tiba-tiba datanglah Om itu yang menginjak mainanku," jawab Bryan berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Mommy nya, tak ada satupun yang Bryan lewatkan.
"Benarkah?" tanya Davina lagi memastikan. Bryan pun mengangguk sebagai tanda jawabannya.
"Kenapa kamu tak pernah cerita pada Mommy?" lanjut Davina menatap lekat putranya.
"Tak apa Mom. Ku rasa hal itu tidak penting, jadi untuk apa aku menceritakannya pada Mommy. Cukup aku saja yang tahu," balas Bryan cepat.
Apa tadi dia bilang? Tidak penting? Jadi, pertemuannya dengan dirinya tempo lalu itu tidak penting? Alfred tersenyum getir menatap Bryan, tak menyangka ucapan anak lelaki itu sukses menyayat sampai ke uluh hati.
Di luar dugaan, Bryan pun langsung berdiri kemudian berhadapan dengan Alfred.
"Apa benar Om adalah Daddy ku?" tanya Bryan menatap dalam pada Alfred.
”Ya! Aku adalah Daddy mu, Bryan," jawab Alfred kemudian menggendong putranya. Dengan perasaan haru, Alfred memeluk erat anak lelaki itu.
Dalam hidupnya tak pernah terbesit sedikitpun untuk menjadi seorang Ayah. Tapi, setelah bertemu dengan anak lelaki itu statusnya telah berubah. Kini Alfred sudah menyandang gelar sebagai seorang Ayah. Sosok Daddy yang sangat di rindukan oleh Bryan selama ini.
Tampak Alfred menitihkan air mata bila mengingat dia pernah memperlakukan Davina dengan tidak adil. Seharusnya waktu itu, dia harus mencari tahu terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu.
Sekilas bayangan tentang Davina yang harus menahan semuanya seorang diri muncul begitu saja di kepala Alfred. Dimana wanita itu harus melalui masa kehamilan dan melahirkan seorang diri. Belum lagi, pasti banyak cacian dan hinaan karena dia tak memiliki seorang suami.
"Daddy, jahat! Kenapa kamu baru datang menemuiku, Dad? Kemana saja kah dirimu selama ini? Apa Daddy tak menyayangiku? Haruskah aku yang mencari mu terlebih dulu Dad?" Bryan memberondong berbagai macam pertanyaan pada Alfred. Membuat lelaki itu terdiam membisu, tak ada satupun kata yang terlontar untuk menjawab pertanyaan anak lelaki itu.
Alfred sungguh tak bisa berkata-kata, lidah tajam Bryan begitu menusuk jantung Alfred. Membuatnya terasa sesak hingga ke uluh hati. Alfred tak percaya bahwa anak lelaki yang dia temui kemarin lalu bisa berkata seperti itu. Layaknya orang dewasa yang mengerti tentang problem kehidupan.
Alfred memejamkan mata kemudian menghela nafas beratnya. Menatap sendu pada anak lelaki yang ada di hadapannya.
"Maafkan Daddy, Nak. Waktu itu Daddy ada salah pada Mommy, hingga membuat Mommy mu pergi meninggalkan Daddy. Sebuah kesalahpahaman memisahkan Daddy dari Mommy yang sama sekali tak melakukan kesalahan apapun," balas Alfred berusaha menjelaskan sesuai fakta yang ada pada putranya. Berharap sang putra dapat mengerti dirinya waktu itu.
"Daddy sangat menyayangimu, Nak. Selama ini Daddy sudah mencari kalian kemanapun. Tapi, tetap saja usah tak membuahkan hasil. Daddy kehilangan jejak Mommy mu hingga baru sekarang lah Daddy bertemu kembali dengan Mommy. Daddy berjanji kita akan selalu bersama. Kamu mau kan pulang bersama Daddy ke tempat tinggal Daddy di jakarta? Kita akan memulai semuanya dari awal."
"Tolong maafkan Daddy ... setelah ini Daddy berjanji tidak akan menyakiti Mommy mu lagi. Tak akan ada air mata yang keluar dari bola mata Mommy mu. Demi kalian Daddy akan melakukan apapun untuk mendapatkan maaf dari mu, Nak." Lanjutnya dengan butiran kristal kembali meluruh membasahi wajahnya.
Davina hanya berdiri dengan terdiam, tatapannya lurus menatap pada dua orang yang berbeda generasi. Kedua netranya tengah menyaksikan pertemuan dua orang yang dia sayangi itu dengan penuh haru. Untuk kesekian kalinya air mata kembali jatuh menghiasi wajahnya. Terlihat jelas bola matanya yang sembab karena terlalu banyak menangis.
Ingatan wanita itu masih begitu tajam kala dia mengingat masa lalunya yang begitu pahit. Dimana dia yang harus berjuang untuk meyakinkan semua orang kalau dia adalah seorang janda yang di tinggal mati suaminya karena kecelakaan. Namun, semua itu tak membuat orang-orang percaya begitu saja.
Banyak cibiran yang datang silih berganti dari beberapa orang merendahkan dirinya. Tak hanya itu, bahkan beberapa ibu-ibu kerap kali menyindir perihal statusnya yang tidak jelas itu. Perasaan khawatir mendorong mereka semua berbuat kejam pada Davina, sosok wanita cantik. Rasa takut menyelimuti diri mereka kalau keberadaan Davina menyebabkan suami merk berpaling.
"Apa benar Daddy tak akan mengulang kesalahan yang sama seperti dulu?" Bryan menatap lekat pada Alfred yang tengah berdiri di hadapannya.
"Ya, Daddy berjanji tak akan mengulanginya lagi. Daddy akan menebus semua kesalahan Daddy selama ini dengan memberikan kebahagiaan untuk kalian," balas Alfred penuh keyakinan. Sedikitpun tak ada rasa ragu di dalam hati lelaki itu. Semua yang di katakan benar adanya, itulah impian Alfred ketika bertemu dengan Davina juga putranya.
"Lalu apa konsekuensinya jika Daddy sampai melanggar itu?"
"Daddy akan terima segala hukuman dari kalian, apapun itu akan Daddy lakukan demi kalian."
"Tapi saat itu tiba, aku dan Mommy sudah tak akan menerima mu lagi Dad. Kami akan pergi sejauh mungkin darimu, bahkan tak akan membiarkanmu untuk menemukan jejak kami."
"Ingat Dad, aku tak bisa melihat Mommy bersedih. Sekali Daddy menyakitinya, aku akan membawa pergi Mommy sejauh mungkin. Aku tak main-main dengan ucapanku ini, cam kan itu Dad!"
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Ini mah malah tambah cari masalah/Sweat/
setelah ini dia bakal dendam sama Davina end then