NovelToon NovelToon
KAMPUNG HANTU

KAMPUNG HANTU

Status: tamat
Genre:Horor / Sudah Terbit / Eksplorasi-misteri dan gaib / Misteri / Tamat
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Junan

Juara Pertama "Lomba Menulis Novel Cerita Seram" yang diadakan oleh Noveltoon.

Mbah Arni dan suaminya bersahabat dengan seorang penari tradisional. Saat menginap di rumah Mbah Arni, penari itu tiba-tiba lenyap ditelan bumi.

Semenjak hilangnya penari itu, setiap malam Mbah Arni merasa ada yang berkelebatan di sekitar rumahnya. Terlebih, ketika suaminya sudah meninggal dan Mbah Arni tinggal sendirian, bayangan itu semakin intens mengganggu perempuan tua itu.

Apa yang terjadi dengan penari itu? Mengapa sahabat lain Mbah Arni yang bernama Lastri memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri?

Mengapa Imran dan Parto takut dengan Mbah Arni?


SEASON KEDUA

Imran yang baru masuk SMP bertemu dengan seorang gadis misterius yang hanya ia temui di hari pertama ia bersekolah.

Ke mana perginya gadis itu?

Mengapa nama gadis itu sama dengan nama teman kedua orang tuanya yang tewas kecelakaan puluhan tahun yang lalu?

Apa yang dilakukan ayah Imran dan teman-temannya ketika SMP?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 23 MENGEJAR PENCULIK

"Ada apa, Im?" tanya Parto kepadaku

"Ibu diculik oleh Agus." Jawabku sambil menyodorkan surat ancaman dari pria gila itu.

"Ya Tuhan... semoga ibumu tidak kenapa-kenapa, Im" pekik Parto karena terkejut

"Hasan, biar aku yang melaporkan kejadian ini kepada Pak Kampung." Ucap bapaknya Parto kepada Bapak.

"Terima kasih, Man atas bantuannya." Jawab bapak.

Parto dan bapaknya berangkat menuju rumah Pak Kampung, sedangkan aku dan Bapak memeriksa sekeliling rumah, barangkali ada petunjuk lain yang dapat membantu kami menemukan keberadaan ibuku, sayangnya hasilnya nihil.

Sekitar limabelas menit berselang, Parto dan bapaknya datang bersama Pak Kampung dan beberapa warga.

"Assalamualaikum." Pak Kampung mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam." Jawab Bapak.

"Kapan kejadiannya, Hasan?" tanya Pak Kampung kepada Bapak.

"Pastinya kami kurang tahu, Pak Kampung. Siang hari tadi, saya dan Pak Kyai Nur pergi ke Polsek untuk melaporkan pembunuhan Agus terhadap Bu Lek Lastri. Ketika maghrib aku tiba di rumah, Ningrum sudah tidak ada. Agus meninggalkan tulisan ini." Jawab Bapak sambil menyodorkan surat ancaman yang ditulis oleh suami Mbah Lastri itu.

Mendengar perkataan Bapak, warga yang hadir menjadi kasak-kusuk berspekulasi sendiri-sendiri.

"Ya Tuhan, semoga Ningrum bisa selamat. Jadi Lastri tidak mati bunuh diri?" tanya Pak Kampung keheranan.

"Insyaallah demikian. Polisi sedang menyelidiki kembali kasus kematian Bu Lek Lastri. Disinyalir Aguslah yang telah membunuhnya."

"Agus, suaminya Lastri?" tanya Pak Kampung kembali dengan mata terbelalak.

"Iya." Jawab bapak enteng.

"Bukankah Agus sudah linglung dan menjadi gelandangan di kota?" tanya Pak Kampung lagi.

"Tidak. Agus ada di kampung ini. Anakku dan Parto sempat mau diculik oleh pria tua itu sepulang sekolah. Untunglah dua orang guru mereka berhasil menyelamatkannya. Kemudian Agus menculik Ningrum dan akan membunuh kami satu persatu secara perlahan." Bapak menangis memikirkan nasib ibuku yang sampai saat ini keadaannya belum diketahui.

"Tenang, Pak Hasan. Insyaallah Ningrum akan baik-baik saja. Ayo malam ini kita sisir kampung ini untuk menemukan keberadaan Agus dan Ningrum!" kata Pak Kampung sambil menepuk-nepuk punggung bapak.

"Terima kasih, Pak Kampung." Jawab Bapak dengan masih terisak.

"Semua warga, ayo kita cari Bu Ningrum di seluruh penjuru kampung ini! Anak-anak dan ibu-ibu harus mengunci pintu rapat-rapat! siapkan kentongan atau benda-benda yang berbunyi keras di rumah! Jika tiba-tiba melihat orang mencurigakan, langsung berteriak atau membunyikan alat-alat tadi! ketua RT mohon menugaskan dua atau tiga orang untuk berkeliling di RT-nya masing-masing! sisanya ikut saya berkeliling kampung! ingat waktu sangatlah berharga, sedetik saja kita terlambat, nyawa Bu Ningrum yang menjadi taruhannya." Pak Kampung memberikan woro-woro kepada warga yang hadir malam itu.

"Siap, Pak Kampung!" jawab warga secara kompak.

Tong tong tong tong tong.

Pak RW membunyikan kentongan dengan tempo tertentu untuk memberi isyarat adanya bahaya. Tak lama berselang, banyak warga yang hadir ke rumahku, termasuk Mbah Nur.

"Ada apa, Hasan?" tanya Mbah Nur

"Ningrum diculik Agus, Pak Kyai." Jawab Bapak

"Ya Allah....." pekik Mbah Nur

"Semua warga akan mencari Ningrum dengan berkeliling kampung." Ujar Bapak.

"Ayo, kita berangkat." Ajak Pak Kampung

Pak Kampung memberikan instruksi kepada semua warga bagaimana prosedur mencari ibuku. Kami dibagi dalam beberapa kelompok, ada yang menyisir daerah timur, selatan, utara, dan barat. Bapak dan Mbah Nur kebagian kelompok daerah selatan, aku ikut dengan Bapak, Parto juga aku tarik supaya ikut denganku. Di antara para warga hanya kami berdualah yang masih anak-anak. Tapi Pak Kampung tidak mempermasalahkan hal tersebut, mungkin karena yang diculik adalah ibuku atau mungkin juga karena Pak Kampung sudah tahu sepak terjang kenakalan kami berdua.

Kamipun mulai berangkat ke arah selatan, sebelum berangkat aku sempat melihat Cak Rosid juga ikut bersama warga menuju arah utara. Pasti Cak Rosid juga merasa tidak enak hati kepada kami, bagaimanapun Agus adalah bapaknya. Dan ibuku adalah anak sahabat almarhum ibunya.

-------

Suasana mencekam menyelimuti Kampung Jatisari, seorang laki-laki tua bernama Agus yang disinyalir telah membunuh istrinya sendiri, Mbah Lastri, saat ini sedang berkeliaran secara bebas di kampung ini dan telah menculik ibuku untuk dibunuh secara perlahan. Entahlah dengan cara apa dia akan membunuh perempuan yang telah melahirkanku itu. Sebagai seorang anak tentunya aku sangat sedih dan marah, ingin segera menemukan keberadaan ibuku, bagaimanapun caranya. Aku tidak bisa membayangkan jika harus melihat ibuku dalam kondisi yang tidak aku inginkan, membayangkan hal tersebut akupun menangis.

"Sabar, Im. Kita pasti akan segera menemukan ibumu." Ucap Parto menasihatiku.

"Aku bingung, To. Aku takut terjadi sesuatu dengan ibuku." Ucapku

"Ibumu wanita kuat, wanita hebat. Dia pasti selamat." Jawab Parto kembali menghiburku.

Mendengar ucapan seperti itu entah mengapa aku mendapat kekuatan untuk lebih fokus mencari ibuku. Kami menyenteri seluruh tempat gelap yang dilewati mulai dari kebun, pohon, kandang hewan, sungai, sawah, dan lorong-lorong. Ibu-ibu dan anak-anak kecil yang rumahnya kami lewati keluar dari rumah mereka dan membantu kami memeriksa sekeliling rumah mereka. Mereka nampak senang dengan kehadiran kami. Tetapi begitu kelompok kami sudah menjauh dari rumah mereka, mereka segera masuk ke dalam rumah dan mengunci rumah mereka dengan ketakutan. Selain mengunci dengan anak kunci atau gembok, mereka juga mengganjal pintu depan dan belakang dengan tumpukan kursi dan piring-piring seng.

Entah berapa lama kami memeriksa bagian selatan kampung akan tetapi hasilnya masih nihil. Sampailah kami di sudut sebelah selatan yaitu rumah Mbah Kardi. Tidak seperti rumah yang lain, sesampai di rumah Mbah Kardi orangnya tidak keluar rumah ketika kami datang. Akhirnya kamipun hanya memeriksa di sekitar rumah Mbah Kardi saja.

"Sepertinya Ningrum tidak ada di daerah selatan, ayo kita segera kembali ke rumah Pak Hasan dan menunggu kabar penyelidikan kelompok lain!" kata Pak Kyai

"Baik, Pak Kyai." Jawab warga

Bapakku terlihat lesu. Entah mengapa aku penasaran ingin mengintip ke dalam rumah Mbah Kardi, akupun membisiki Parto untuk mengikutiku mengintip rumah dukun tersebut.

Bapakku dan warga mulai berjalan ke utara, aku dan Parto mencari celah untuk mengintip ke dalam rumah Mbah Kardi. Sebelum kami menemukan celah tersebut, kami memdengar pembicaraan dua orang laki-laki dari arah dalam rumah Mbah Kardi.

"Emboke pateni sek! baru anake. (Bunuh dulu ibunya! baru anaknya)" teriak Mbah Kardi

"Inggih, Mbah." Jawab asistennya

Aku dan Parto terkejut mendengar percakapan dua laki-laki itu. Kami berduapun memberanikan diri mengintip ke dalam melalui celah kecil yang sudah kami temukan.

Dan...

-bersambung-

1
nalanaynr
kesimpulanku :
pak rengga melecehkan mita karna minta cantik dan makaya ada cerita anak dilecehkan saat masuk ruang lab pak rengga, mita hamil dan pak rengga gak mau tanggung jawab makanya dia coba bunuh Mita dgn menabrak mita
Evellyn Decianaa
Udah baca pas 2020, 2024 sekarang baca lagi.. 😂😂😂
☠🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍾⃝ͩʟᷞɪͧʟᷡʏͣBinℛᵉˣ
padahal baca ini siang2, tapi ntah kenapa ada rasa takut membacanya.
baru beberapa chapter aja udah buat sakit jantung
Tantina Wyvaldia
gimana kalau p anton nikahi sepupunya parto?
Tantina Wyvaldia
Luar biasa
Tantina Wyvaldia
ceritanya terinspirasi "LIMA SEKAWAN", ya kak?
Tantina Wyvaldia
penuh kesenduan
Tantina Wyvaldia
get soul
Tantina Wyvaldia
astagfirullah
Tantina Wyvaldia
Luar biasa
Mini Upa
lumayqn bagus aku tungu dgn dgn kish selanjutx
Tantina Wyvaldia
kak author sukses bikin takut
Tantina Wyvaldia
semakin menarik dan pantas jadi yang terbaik, sayang, aku terlambat tahu cerita ini
van aridanaa
Kecewa
van aridanaa
Buruk
Fadlan
Luar biasa
cristian cris
kok aku yang patah hati ya gamonnya dari 2021 sampai 2024
Eka Pratiwi
sangat menarik
Piaa Akbar
biasa aja
DA
Datang ke buku ku ya :
ARWAH BUNUH DIRI
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!