KAMPUNG HANTU

KAMPUNG HANTU

PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA

Hai, Kak ...

Selamat datang di novel berjudul KAMPUNG HANTU yang

menceritakan sebuah kampung nan penuh dengan kejutan dan misteri. Siapkan adrenalin Anda!

Oh ya, selain membaca gratis Kakak juga bisa mendapatkan hadiah gratis dari kami dengan mengikuti program give away. Caranya berikan vote sebanyak-banyaknya untuk KAMPUNG HANTU. Peraih vote tertinggi (akumulasi sampai 15 Juli 2020), dialah pemenangnya. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. Oke???

PROLOG

Di suatu pusat kota, tepatnya di sebuah warung makanan cepat saji yang cukup ramai dikunjungi pembeli, seorang pria tua yang menggunakan topi fedora berdiri di samping salah satu meja. Beberapa pria berdasi sedang asik melahap makanan yang beberapa saat lalu diantarkan oleh pramu saji. Pria tegap tersebut menundukkan kepala sambil menyodorkan tangannya ke depan.

"Punya uang kecil, Bro?" ucap salah satu pria berdasi yang paling dekat posisinya dengan pengemis tua itu kepada teman-temannya yang semeja dengannya.

"Waduh, nggak punya, Bro," jawab pria berdasi yang satunya sambil menggelengkan kepala.

"Kalian berdua punya?" tanya pria yang pertama itu lagi kepada dua temannya yang lain.

"Dompetku ketinggalan di kantor," jawab pria yang ditanya.

"Aku lupa nggak bawa dompet," jawab pria yang satunya lagi.

Pria berdasi yang pertama menoleh ke arah pengemis tua itu seraya berkata,

"Mohon maaf, Pak. Kami tidak ada uang kecil."

Tidak ada reaksi dari pengemis tua itu, ia masih tetap berdiri sambil menunduk seperti semula, seolah tidak menggubris permohonan maaf pria berdasi di depannya.

Pria berdasi merasa tidak enak hati karena pengemis di depannya tidak segera pergi. Ia menoleh ke arah teman-temannya sambil berbicara dengan bahasa isyarat mempertanyakan perilaku pengemis itu, tetapi teman-temannya menjawab dengan bahasa isyarat pula, mereka juga bingung mengapa pengemis itu tak mau pergi. Akhirnya pria yang pertama mengalah, ia merogoh uang duapuluh ribuan dari sakunya dan menyodorkan kepada pengemis tua tersebut.

Pengemis tua tidak segera mengambil uang sedekah paksaan itu, ia tetap menunduk seolah sedang membaca koran yang kebetulan ada di ujung meja, dekat dengan pria tua itu. Namun, beberapa detik kemudian ia mengambil uang kertas itu dan dimasukkan ke dalam saku bajunya.

"Terima kasih," ucapnya dengan suara serak-serak berat.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, pria tua itupun meninggalkan warung tersebut dengan langkah gontai. Semua orang yang berada di warung tersebut memandang ke arah pria tua itu. Ada yang kasihan, ada pula yang jijik melihat penampilan kotornya. Pemilik warung sempat berteriak keras kepadanya,

"Pak, lain kali kalau minta-minta nggak usah masuk ke dalam. Di luar saja!"

Pengemis tua itu hanya menoleh tajam sesaat, kemudian berbalik pergi. Entah mau menuju ke mana dia.

Kelompok pria berdasi tadi melanjutkan acara makannya kembali.

"Bro, kamu tidak merasa ada yang aneh dengan bapak tua tadi?" tanya salah satu dari mereka.

"Aneh bagaimana maksud kamu?" Salah satu dari mereka balik bertanya.

"Sepertinya bapak tua tadi tidak sedang menunggu pemberian uang dari kita," jawabnya.

"Maksud kamu?" tanya temannya lagi.

"Dia tadi berdiri lama di situ sepertinya sedang membaca surat kabar itu," jawabnya lagi.

"Kamu yakin?" tanya temannya lagi.

"Iya, saya yakin, Bro. Tadi bapak tua itu seperti antusias sekali membacanya." Ia menjawab.

"Mana sekarang korannya, kok sudah tidak ada?" tanya temannya.

"Barangkali terjatuh, Bro," jawabnya.

Temannya memeriksa kolong meja,

"Iya, Bro. Korannya ada di kolong," seru temannya.

"Ambil, Bro!"

Temannya memungut koran dari kolong meja dan memeriksa setiap judul berita yang tercetak di bagian depan dan bagian dalam surat kabar tersebut. Ia sengaja membacanya dengan keras supaya terdengar oleh teman-temannya, mereka semua terkejut ketika pria itu melafalkan dengan keras judul tulisan yang sengaja dicetak paling besar dan paling tebal.

[HEBOH, DITEMUKAN TENGKORAK WANITA DI KAMPUNG JATISARI.]

PART 1 : Hantu Penunggu Pohon Nangka

Seperti biasa, malam itu aku belajar mengaji bersama teman-teman di musala Mbah Nur. Kegiatan mengaji dimulai bakda salat Magrib hingga menjelang salat Isya. Setelah selesai salat Magrib anak-anak biasanya langsung mengambil Al-Qur'an dan juga kattok-nya (alas untuk membaca Al-Qur'an) masing-masing.

Ada yang menarik di tempat aku mengaji ini, yaitu model kattok-nya aneh bin lucu. Ada yang berbentuk kura-kura, ada yang mirip patung, ada yang serupa meja, dan ada yang berbentuk kattok lipat. Khusus kattok lipat sudah ada pemiliknya dan tidak bisa dipakai anak lain. Yang punya, biasanya, anak yang bapaknya berprofesi sebagai tukang bangunan spesialis kayu. Sementara model kattok yang lain biasanya menjadi bahan rebutan teman-temanku. Siapa yang datang lebih awal maka dia yang berhak mengklaim kattok yang dipilih untuk hari itu. Bahkan ketika salat Magrib, kattok yang dipilih ditaruh di depan tempat sujud masing-masing anak, sebagai tanda bahwa kattok tersebut sudah dikuasai hari itu. Anak-anak paling suka dengan kattok model kura-kura karena bisa diputar-putar, meskipun ketika kattok itu benar-benar diputar dan ketahuan Mbah Nur maka telinga kita juga akan ikut diputar sebagai hukumannya.

"Jangan mainan kattok! Itu alasnya Al-Qur'an!" Itulah kalimat yang sering beliau ucapkan.

Hari itu aku datang paling akhir, sehingga aku kebagian sisa kattok yang kakinya sudah kroak. Akhirnya ketika digunakan sebagai alas Al-Qur'an, bagian kakinya harus dipegangi atau diganjal sesuatu. Biasanya kami menggunakan sajadah untuk mengganjalnya. Pokoknya tersiksa sekali jika harus kebagian kattok kroak tersebut. Selain sulit menggunakannya, pemakainya juga akan dijadikan bahan candaan teman-teman yang lain.

Pada saat belajar mengaji, murid perempuan duduk berbaris di sebelah kanan Mbah Nur sedangkan murid laki-laki berbaris di sebelah kiri beliau. Kami bergantian membaca Al-Qur'an dan di-sema' oleh beliau. Murid yang besar-besar di-sema' lebih dahulu agar setelahnya bisa membantu beliau mengajari murid yang kecil-kecil. Jadi, murid yang kecil-kecil itu diajari dua kali, oleh Mbah Nur dan oleh murid yang besar-besar.

Tak terasa semua santri sudah selesai di-sema' malam itu oleh Mbah Nur dan tiba saatnya anak-anak untuk bersiap-siap menunaikan salat Isya. Kami biasanya berwudu di sungai yang jaraknya kurang lebih seratus meter dari langgar beliau. Tetapi, sebelum kami berangkat ke sungai biasanya Mbah Nur memberikan wejangan dulu kepada kami semua.

"Berwudunya gantian, ya! Santri putra duluan. Kalau sudah semua baru santri putrinya. Oh ya, ingat di sungai harus berhati-hati. Jangan membuat kegaduhan dan tidak usah berlama-lama di sana!"

"Kenapa tidak boleh berlama-lama di sungai, Mbah?" tanya kami.

"Sudahlah tidak usah banyak bertanya. Begitu selesai berwudu, segera kembali ke musholla!" Jawab Mbah Nur agak keras.

"Inggih, Mbah, " jawab kami segera.

Aku dan semua anak laki-laki berangkat duluan menuju sungai. Secara hitungan jarak, memang hanya sekitar seratus meter akan tetapi medan menuju sungai ini tidaklah mudah, sebelah kiri hanya ada dua rumah penduduk, sedangkan di sebelah kanan hanya ada satu rumah. Sisanya masih berupa tegalan yang banyak ditanami pohon. Jalannyapun masih berupa jalan setapak. Setiap pergi ke sungai, anak-anak selalu berjalan beriringan dan tidak lupa berdoa, karena kami sudah banyak mendengar cerita dari orang-orang tua, bahwa beberapa pohon di dekat sungai ini ada penghuninya. Kami memang belum pernah melihatnya secara langsung, tetapi membayangkan yang diceritakan oleh orang-orang, sudah sanggup membuat bulu kuduk kami berdiri.

Sampailah kita semua di sungai yang airnya sangat jernih tersebut. Irwan dan Zen begitu sampai sungai langsung berwudu dengan gerakan cepat dan langsung lari menuju langgar, kedua temanku tersebut memang terkenal penakut. Beberapa anak yang lain juga melakukan hal yang sama, buru-buru turun ke sungai, bersuci serta kabur ke langgar. Tersisa aku, Doni, Buang, dan Parto. Doni dan Buang buang air kecil dan berwudu, setelahnya mereka berdua bersiap untuk kembali ke langgar.

"Rek, tunggu aku ya. Aku mau BAB, " kataku kepada mereka.

"Aku balik duluan ya, Im? Takut dihukum Mbah Nur kalau kelamaan di sungai," kata Doni.

"Aku juga mau balik dulu soalnya sekarang giliranku mengumandangkan azan, " jawab Buang.

Tinggal satu orang lagi temanku yang belum aku tanyakan.

"Kamu bisa nungguin aku kan, To?" kataku memelas sambil menahan sakit perut.

"Oke. Buruan sana wes!"

Akupun buru-buru menuju sungai, agak ke hilir untuk BAB. Parto berwudu duluan, setelahnya dia duduk-duduk di pinggir sungai yang agak tinggi. Rupanya aku membutuhkan waktu yang agak lama untuk membuang hajat.

"Sudah, Im?"

"Belum, To"

"Ayo, buruan! Nanti kalau berlama-lama, kita bisa dihukum oleh Mbah Nur."

"Sebentar lagi. Tinggal dikit, nih."

Pada saat BAB, tiba-tiba aku melihat Mbah Jun di belakang Parto. Pria yang tinggal sebatang kara itu melangkah menuruni sungai.

"Sampean, Mbah?" sapa Parto kepada Mbah Jun.

Yang disapa tidak menyahut. Sesampai di sungai ia langsung menangkup air dengan kedua tangan dan dibasuhkan ke mukanya. Tidak kurang dari sepuluh kali dia melakukannya. Cara yang ia lakukan terlihat aneh. Kemudian, dengan wajah yang datar pria tua itu naik lagi dari sungai sambil menoleh ke arahku yang sudah selesai BAB. Pria sepantaran Mbah Nur itupun melangkah melewati Parto yang sedang menungguku di galengan. Sekilas tercium wangi bunga kenanga ketika Mbah Jun berlalu. Akupun mulai berwudu, setelahnya aku naik menuju Parto berada.

"Kemana Mbah Jun? Kok, tumben dia nggak nyapa? Apa karena kita ketahuan mencuri salaknya kemarin?" tanyaku.

"Entahlah. Itu orangnya jalan ke utara menuju rumahnya. Ayo kita segera balik ke langgar, " jawab Parto.

Kami berduapun bersiap untuk kembali ke langgar ketika tiba-tiba terdengar suara.

[Krining... Krining ... Krining ....]

Kami dikagetkan dengan bunyi bel sepeda dari arah selatan. Karena hanya diterangi sinar bulan, kami tidak tahu siapa yang sedang menaiki sepeda ontel tersebut. Lambat laun sepeda ontel mendekat dan ketika sudah sangat dekat barulah kami tau siapa yang sedang mengendarainya,

"Oh, dasar anak-anak ini. Minggir! Saya mau lewat, kok malah berdiri di jalan, jangan-jangan kalian sudah mencuri salakku lagi, ya?" omel lelaki tua tersebut dengan suara khasnya yang sangat cempreng. Kutajamkan penglihatan untuk memastikan apakah itu memang benar-benar Mbah Jun.

"Ya Tuhan! Ternyata pengendaranya beneran Mbah Jun."

Aku dan Parto saling bersitatap keheranan, kami sempat berpikir, kok Mbah Jun bisa jadi dua, sih? Yang satu baru saja berjalan ke utara, sedangkan Mbah Jun yang ini baru datang dari arah selatan.

"Kenapa bisa seperti itu?"

Nalar kami tidak mampu menjangkaunya, sehingga kami lari tunggang langgang meninggalkan Mbah Jun yang ini bersama sepeda kumbangnya. Yang mana yang asli dan yang mana yang palsu kami berdua tidak tahu. Yang jelas, setahu kami Mbah Jun itu tinggal sendirian dan tidak memiliki saudara kembar.

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

chalista

chalista

apa ini beneran cerinya

2023-08-14

0

MasWan

MasWan

baru nemu cerita ini, izin baca ya thor

2023-08-07

0

kak hee♡

kak hee♡

Yg palsu psti yg berjalan ke arah utara

2023-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2 PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3 PART 3 RUMAH MBAH MI
4 PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5 PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6 PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7 PART 7 MBAH ARNI
8 PART 8 SANG PENARI
9 PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10 PART 10 ARWAH LASTRI
11 PART 11 TEROR LASTRI
12 PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13 PART 12A KETAKUTAN WARGA
14 PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15 PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16 PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17 PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18 PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19 PART 19 PRIA MISTERIUS
20 PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21 PART 21 TEMAN KECIL
22 PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23 PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24 PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25 PART 25 GEDUNG ANGKER
26 PART 26 GENDERUWO
27 PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28 PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29 PART 29 DUEL MAUT
30 PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31 PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32 PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33 PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34 PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35 PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36 PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37 PART 37 SI INDIGO
38 PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39 PART 39 JURIG LALA
40 PART 40 KISAH SEDIH LALA
41 PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42 PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43 PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44 PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45 PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46 PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47 PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48 PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49 PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50 PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51 PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52 EPILOG
53 PROLOG SEASON KEDUA
54 BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55 BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56 BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57 BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58 BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59 BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60 BAGIAN 7 : PULANG
61 BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62 BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63 BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64 BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65 BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66 BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67 BAGIAN 14 : BU NANIK
68 BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69 BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70 BAGIAN 17 : BIODATA
71 BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72 BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73 BAGIAN 20 : KASUS
74 BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75 BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76 BAGIAN 23 : TERSESAT
77 BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78 BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79 BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80 BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81 BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82 BAGIAN 28 : PETANI
83 BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84 BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85 BAGIAN 31 : TERANCAM
86 BAGIAN 32 : MENGHILANG
87 BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88 BAGIAN 34 : KI BARONG
89 BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90 BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91 BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92 BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93 BAGIAN 39 : KETAHUAN
94 BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95 BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96 BAGIAN 42 : TURNAMEN
97 BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98 BAGIAN 44 : TUMBAL
99 BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100 BAGIAN 46 : GENDANG
101 BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102 BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103 BAGIAN 49 : MARAH
104 BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105 BAGIAN 51 : RENCANA
106 BAGIAN 52 : RAHASIA
107 BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108 BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109 BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110 BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111 BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112 BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113 BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114 BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115 BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116 BAGIAN 62 : MENCEKAM
117 BAGIAN 63 : KETAHUAN
118 BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119 BAGIAN 65 : DIA
120 BAGIAN 66 : BU MEGA
121 BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122 BAGIAN 68 : DIANCAM
123 BAGIAN 69 : PARADOKS
124 BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125 BAGIAN 71 : PENGANTIN
126 BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127 BAGIAN 73 : SI KECIL
128 BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129 BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130 BAGIAN 76 : FIRASAT
131 BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132 BAGIAN 78 : KENANGAN
133 BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134 BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135 BAGIAN 81 : EMOSI
136 BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137 BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138 BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139 BAGIAN 85 : MASIH ADA
140 BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141 BAGIAN 87 : DIKUBUR
142 BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143 BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144 BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145 BAGIAN 91 : NEKAT
146 BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147 BAGIAN 93 : ALGOJO
148 BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149 BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150 BAGIAN 96 : INTEROGASI
151 BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152 BAGIAN 98 : ANEH
153 BAGIAN 99 : MISTER-X
154 BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155 BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156 EPILOG SEASON KEDUA
157 TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158 PENGUMUMAN
159 PROGRAM GIVE AWAY
160 TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161 Q n A
162 KISAH TERBARU IMRAN
163 PENGUMUMAN GIVE AWAY
164 ABOUT EXTRA PART
165 EXTRA PART 1
166 EXTRA PART 2
167 EXTRA PART 3
168 EXTRA PART 4
169 ILUSTRASI PEMERAN
Episodes

Updated 169 Episodes

1
PART 1 HANTU PENUNGGU POHON NANGKA
2
PART 2 KESAKSIAN LEK NISA
3
PART 3 RUMAH MBAH MI
4
PART 4 SERAMNYA RUMAH PAK SATAR
5
PART 5 DIKEJAR MAKHLUK HALUS
6
PART 6 HANTU KEPALA MENYERINGAI
7
PART 7 MBAH ARNI
8
PART 8 SANG PENARI
9
PART 9 KEMARAHAN KUNTILANAK
10
PART 10 ARWAH LASTRI
11
PART 11 TEROR LASTRI
12
PART 12 BERSEMBUNYI DARI LASTRI
13
PART 12A KETAKUTAN WARGA
14
PART 14 JIMAT DARI DUKUN
15
PART 15 MENCOBA JIMAT PENGUSIR ARWAH
16
PART 16 JIMAT PERUSAK SUKMA
17
PART 17 MISTERI KEMATIAN LASTRI
18
PART 18 TABIR DUNIA LAIN
19
PART 19 PRIA MISTERIUS
20
PART 20 MISTERI KOTAK BERWARNA COKELAT
21
PART 21 TEMAN KECIL
22
PART 22 DIBURU PEMBUNUH
23
PART 23 MENGEJAR PENCULIK
24
PART 24 HILANG DITELAN BUMI
25
PART 25 GEDUNG ANGKER
26
PART 26 GENDERUWO
27
PART 27 : PENCULIK BERDARAH DINGIN
28
PART 28 PRIA PSYCHOPAT
29
PART 29 DUEL MAUT
30
PART 30 AKHIR PETUALANGAN SANG BROMOCORAH
31
PART 31 SEBELAH KAMAR MAYAT
32
PART 32 RUMAH SAKIT BERHANTU
33
PART 33 TAK BETAH DI RUMAH SAKIT
34
PART 34 DIBUNTUTI ARWAH
35
PART 35 KEMBALI KE RUMAH
36
PART 36 KUNJUNGAN ANAK-ANAK KOTA
37
PART 37 SI INDIGO
38
PART 38 BAKTI SEORANG ANAK
39
PART 39 JURIG LALA
40
PART 40 KISAH SEDIH LALA
41
PART 41 MISTERI HILANGNYA QUR'AN
42
PART 42 POCONGNYA KELEWATAN
43
PART 43 NAFSU MERENGGUT KEBAHAGIAAN
44
PART 44 PRIA-PRIA PENGGODA
45
PART 45 : LEWAT TENGAH MALAM
46
PART 46 : DI BALIK KEKUATAN POCONG
47
PART 47 : DALAM PENGARUH ILMU PELET
48
PART 48 : AKHIRNYA BU MILA ...
49
PART 49 : MENYUSUN PUZZLE
50
PART 50 : TERKUAKNYA TABIR
51
PART 51 (END) : DUKUN SAKTI
52
EPILOG
53
PROLOG SEASON KEDUA
54
BAGIAN 1 : DIANTAR BAPAK
55
BAGIAN 2 : PERKENALAN DENGAN SESEORANG
56
BAGIAN 3 : GADIS MISTERIUS
57
BAGIAN 4 : SEBUAH TRAGEDI
58
BAGIAN 5 : PAK RENGGA
59
BAGIAN 6 : RUMAH PAK RENGGA
60
BAGIAN 7 : PULANG
61
BAGIAN 8 : KECEMASAN IBU
62
BAGIAN 9 : DIJENGUK TEMAN
63
BAGIAN 10 : SEBUAH RENCANA
64
BAGIAN 11 : PENYELIDIKAN AWAL
65
BAGIAN 12 : ABOUT MERY
66
BAGIAN 12A : KERIBUTAN
67
BAGIAN 14 : BU NANIK
68
BAGIAN 15 : DEMO EKSKUL
69
BAGIAN 16 : BERTEMU DEDEK GEMES
70
BAGIAN 17 : BIODATA
71
BAGIAN 18 : SEBUAH PERSAMAAN
72
BAGIAN 19 : KANTIN SEKOLAH
73
BAGIAN 20 : KASUS
74
BAGIAN 21 : MBAH IYEM
75
BAGIAN 22 : PENJELAJAHAN
76
BAGIAN 23 : TERSESAT
77
BAGIAN 24 : KAMPUNG KINTIR
78
BAGIAN 25 : PERJALANAN KE KUBURAN
79
BAGIAN 26 : SEBUAH FIRASAT
80
BAGIAN 27 : GELAGAPAN
81
BAGIAN 27 : NEGERI DI BALIK KUBURAN
82
BAGIAN 28 : PETANI
83
BAGIAN 29 : KEBUN KOPI
84
BAGIAN 30 : JANGAN MENOLEH
85
BAGIAN 31 : TERANCAM
86
BAGIAN 32 : MENGHILANG
87
BAGIAN 33 : KETINGGALAN
88
BAGIAN 34 : KI BARONG
89
BAGIAN 35 : SENDIRIAN
90
BAGIAN 36 : PENARI GHAIB
91
BAGIAN 37 : BERSEMBUNYI
92
BAGIAN 38 : SULITNYA MELARIKAN DIRI
93
BAGIAN 39 : KETAHUAN
94
BAGIAN 40 : SIAPA DIA?
95
BAGIAN 41 : TANDA LAHIR
96
BAGIAN 42 : TURNAMEN
97
BAGIAN 43 : PEREMPUAN ITU
98
BAGIAN 44 : TUMBAL
99
BAGIAN 45 : TENTANG AKU
100
BAGIAN 46 : GENDANG
101
BAGIAN 47 : TARI LAHBAKO
102
BAGIAN 48 : SERAGAM YANG BERBEDA
103
BAGIAN 49 : MARAH
104
BAGIAN 50 : ARTI PERSAHABATAN
105
BAGIAN 51 : RENCANA
106
BAGIAN 52 : RAHASIA
107
BAGIAN 53 : TAK SENGAJA
108
BAGIAN 54 : NASIB BURUK
109
BAGIAN 55 : WANITA HEBAT
110
BAGIAN 56 : TAK DIAKUI
111
BAGIAN 57 : PENUTUPAN MOS
112
BAGIAN 58 : ZONA BERBAHAYA
113
BAGIAN 59 : TANDA CINTA
114
BAGIAN 60 : PESURUH SEKOLAH
115
BAGIAN 61 : RUANGAN RAHASIA
116
BAGIAN 62 : MENCEKAM
117
BAGIAN 63 : KETAHUAN
118
BAGIAN 64 : MENGINTAI MISTERI
119
BAGIAN 65 : DIA
120
BAGIAN 66 : BU MEGA
121
BAGIAN 67 : INSIDEN DI KAMAR MANDI
122
BAGIAN 68 : DIANCAM
123
BAGIAN 69 : PARADOKS
124
BAGIAN 70 : MITA LESTARI
125
BAGIAN 71 : PENGANTIN
126
BAGIAN 72 : SEBUAH KENYATAAN
127
BAGIAN 73 : SI KECIL
128
BAGIAN 74 : SEBUAH AMANAT
129
BAGIAN 75 : AURA NEGATIF
130
BAGIAN 76 : FIRASAT
131
BAGIAN 77 : KEHILANGAN
132
BAGIAN 78 : KENANGAN
133
BAGIAN 79 : DIPANGGIL
134
BAGIAN 80 : SEBUAH KEINGINAN
135
BAGIAN 81 : EMOSI
136
BAGIAN 82 : BUKAN RAHASIA
137
BAGIAN 83 : BUKU GAMBAR
138
BAGIAN 84 : TUKANG INTIP
139
BAGIAN 85 : MASIH ADA
140
BAGIAN 86 : NENEK KELANA
141
BAGIAN 87 : DIKUBUR
142
BAGIAN 88 : SAMPAH ANEH
143
BAGIAN 89 : TERNYATA DIA
144
BAGIAN 90 : ANALISA FAJAR
145
BAGIAN 91 : NEKAT
146
BAGIAN 92 : RUANGAN RAHASIA
147
BAGIAN 93 : ALGOJO
148
BAGIAN 94 : DIKEJAR ARWAH
149
BAGIAN 95 : SEBUAH FAKTA
150
BAGIAN 96 : INTEROGASI
151
BAGIAN 97 : PENYELIDIKAN BAPAK
152
BAGIAN 98 : ANEH
153
BAGIAN 99 : MISTER-X
154
BAGIAN 100 : TERNYATA DIA
155
BAGIAN 101 (END) : GODAAN HARTA
156
EPILOG SEASON KEDUA
157
TERBIT NOVEL VERSI CETAK
158
PENGUMUMAN
159
PROGRAM GIVE AWAY
160
TERBIT NOVEL VERSI AUDIO
161
Q n A
162
KISAH TERBARU IMRAN
163
PENGUMUMAN GIVE AWAY
164
ABOUT EXTRA PART
165
EXTRA PART 1
166
EXTRA PART 2
167
EXTRA PART 3
168
EXTRA PART 4
169
ILUSTRASI PEMERAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!