Bagaimana jadinya jika pernikahan yang seharusnya kakaknya ( Jimmy) yang menjadi pengantin justru berubah menjadi pernikahan sang adik Greandira dengan ( Arvandra Pratama) kakak dari calon mempelai wanita ( Arindia ) yang justru melarikan diri dengan mantan kekasihnya tepat di hari pernikahan.
Demi menutupi rasa malu keluarga Zaindra dan Alexander serta memenuhi keinginan (Risma) mama Arvandra yang terkena serangan jantung akibat ulah putrinya (Arindia) yang melarikan diri dengan mantan kekasihnya. akhirnya dengan terpaksa mereka meminta Arvandra untuk menikah dengan Greandira adik dari Jimmy.
Arvandra sosok pria dingin dan tegas harus menjalani pernikahan dengan Greandira putri Alexander yang keras kepala dan tidak suka di atur namun memiliki rasa empati yang tinggi.
Bisakah keduanya menjalin pernikahan layaknya pasangan pengantin pada umumnya?
siapakah diantara mereka yang akan jatuh cinta terlebih dahulu?
Saksikan cerita selanjutnya di Nikah Menjadi Pengantin Pengganti!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianshen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semprot
Seperti biasa Grea berangkat ke kantor bersama Arvan dan terpaksa mereka harus sarapan di dalam mobil karena mereka harus cepat sampai ke kantor mengingat jam kerja Grea sudah hampir telat akibat ulah Arvan yang tidak ada puasnya membuat Grea baru bisa tertidur jam 3 pagi.
Grea menyuapi Arvan sarapan padahal Arvan sudah bilang dia bisa sarapan di ruangannya nanti tapi Grea tidak menggubris ucapannya dengan telaten Grea menyuapi Arvan yang tengah mengemudi.
" Sayang, sudah ya aku sudah kenyang" ucap Arvan menolak suapan terakhir Grea
" Tinggal sekali lagi yang" ucap Grea
" Tapi aku sudah kenyang banget sayang" ucap Arvan
" Yaudah biar aku yang makan" Grea pun menyuap satu suapan terakhir ke dalam mulutnya.
" Yang nanti makan siang kamu ke ruangan ku ya, pokoknya harus gak ada penolakan" ucap Arvan
" Iya bawel" sahut Grea
Tidak lama mobil mereka pun sampai di kantor dan seperti biasa pula Grea dan Arvan masuk melewati pintu khusus.
Setelah berada di ruangan Arvan, Grea pamit kepada Arvan untuk pergi ke ruangannya berganti seragam dan siap-siap bekerja.
" Suamiku, aku pergi dulu ya, nanti jam makan siang aku kesini lagi. kerja yang benar jangan mikirin aku terus ya!" ucap Grea saat hendak pergi dari ruangan Arvan.
" Kenapa tidak diam disini saja sih, aku itu pingin kamu selalu dekat sama aku yang!" ucap Arvan yang sudah menarik Grea ke dalam pelukannya.
" Dasar bucin, baru juga semalam kamu gak membiarkan aku untuk beristirahat sekarang masih saja mau nempel-nempel terus" ucap Grea yang membalas pelukan Arvan.
" Kenapa memangnya gak boleh kalau aku pingin dekat-dekat dengan isteriku sendiri?" Arvan menatap lekat wajah Grea yang tengah mengerucut bibirnya.
" Boleh sih boleh tapi gak disini ya" ucap Grea
" Terus?" Arvan sedikit memancing Grea
" Nanti kalau sudah berada di rumah" Grea mengelus pipi Arvan lembut.
"Duh yang kamu disini saja ya!" pinta Arvan
" Iya sayang tapi setelah aku absen ya, aku gak mau nanti yang lain pikir yang aneh-aneh dan kamu juga mulai sekarang jangan suka memarahi orang tanpa tau kesalahannya. tegas boleh tapi jangan bersikap seenaknya ya mentang-mentang kamu bosnya disini" ucap Grea yang membuat Arvan mengerutkan keningnya.
" Maksud kamu apa, kok bicara seperti itu?" tanya Arvan.
" Aku ini isteri kamu sayang, aku gak suka aja ada yang mengatakan hal negatif tentang suami aku" sahut Grea
" Memangnya siapa yang berani membicarakan aku hem, berani-beraninya mereka melakukannya itu, apa mereka sudah bosan bekerja di perusahaan ku?" ucap Arvan tegas
" Bukan begitu sayang, ini sifat arogan kamu yang membuat mereka memandang negatif kamu karena kamu selalu menilai orang dari apa yang kamu lihat tampa kamu tahu hal yang sebenarnya." ucap Grea
" Maksudnya?"
" Iya kamu itu selalu menilai orang dari apa yang kamu lihat saja tanpa kamu cari tahu kenapa mereka melakukan kesalahan dan kenapa mereka selalu bilang kamu itu bos yang sangat menakutkan. Lebih baik disegani oleh para karyawan karena sikap tegas tapi bisa membuat para karyawan merasa nyaman bekerja di sini dari pada ditakuti karena emosi atasannya yang bisa meledak kapan saja jika mereka tanpa sengaja melakukan sebuah kesalahan" tutur Grea
" Ya terus kamu mau aku bagaimana?" tanya Arvan.
" Rangkul para karyawan dengan memberikan mereka motivasi dan semangat. tegur mereka dengan pelan-pelan jangan sampai melukai hatinya karena kita juga tidak tahu bagaimana kondisi atau suasana hatinya saat itu yang mengakibatkan mereka membuat kesalahan yang tidak disengaja" ucap Grea membuat Arvan tersenyum
" Apa kamu merasa takut dengan sikap arogan aku?" tanya Arvan
" Aku takut? ya enggaklah. untuk apa aku takut dengan suamiku sendiri, jika suamiku marah karena aku melakukan kesalahan aku yakin suamiku pasti akan memaafkan aku, jika tidak maka siap-siap saja suamiku ini berpuasa" ucap Grea membuat Arvan meletakkan kepalanya di pundak Grea.
" Jangan lakukan itu dong sayang, iya deh aku akan berusaha untuk bersikap tenang tapi kamu harus jadi penawar aku ya kalau butuhkan" ucap Arvan.
"Dasar modus" Grea memukul lengan Arvan
" Gak apa-apa dong sayang, ya!' pinta Arvan sedikit memelas.
" Iya.. iya..," sahut Grea " Aku bingung kenapa orang yang disegani dan ditakuti oleh karyawannya bisa lembek seperti ini" goda Grea
" Apa kamu bilang lembek, memangnya kamu mau yang sudah keras, hem?" ucap Arvan kembali menggoda Grea dengan menaik turunkan alisnya.
" Apaan sih gak jelas tau" kesal Grea.
" Tadi kamu yang bilang aku ini lembek, sudah ker_" Grea langsung menutup mulut Arvan dengan telapak tangannya.
" Sudah ah, makin lama bicara sama kamu semakin gak jelas. ya udah ah aku pamit " ucap Grea melepaskan tangan Arvan yang memeluk posesif tubuhnya.
" Kamu harus segera kembali ya" pinta Arvan
" Iya" Grea pun keluar dari ruangan Arvan
" Eh mbak Vivi baru datang?' sapa Grea saat melihat kedatangan Vivi
" Iya Bu bos, maaf telat sedikit" ucap Vivi.
" Ish, mba Vivi jangan panggil gitu dong kalau ada yang dengar bisa runyam.
" Iya maaf deh Grea, lagi pula siapa yang berani ke sini sih tanpa bicara dulu sama aku" ucap Vivi
" Iya siapa tahu aja mbak" ucap Grea
" Yaudah ya mbak pamit mau kerja dulu" lanjut Grea
" Iya deh Grea, hati-hati ya kerjanya" ucap Vivi
" Siap mbak" sahut Grea sambil tertawa.
Grea kini sudah berada di ruangan ganti baju dan setelan mengganti seragamnya Grea pergi ke pentri untuk membuatkan sang suaminya kopi.
" Grea, sudah datang?" tanya Mbak Susi
" Iya mbak" sahut Grea
" Kok mbak tidak melihat kamu datang ya, padahal tadi mbak sama Mela nungguin kamu loh di depan" ucap mbak Susi
" Mungkin pas kehalang orang yang lewat kali mbak jadi gak kelihatan deh" sahut Grea sedikit berbohong.
" Bisa jadi" ucap mbak Susi.
" Ya udah ya mbak aku mau mengantarkan ini dulu buat pak Presdir" ucap Grea seraya membawa secangkir kopi di tangannya.
" Yaudah cepat sana, sebelum kena amukan bos galak" ucap mbak Susi
" Huss, gak boleh bicara seperti itu. gitu-gitu atasan kita loh mbak." ucap Grea
" Ya habisnya suka marah-marah mulu sih" sahut mbak Susi
" Tenang aja mbak nanti biar aku bilangin Presdir supaya tidak marah-marah terus" ucap Grea sambil tertawa
" Kayak berani aja" tantang mbak Susi
" Jangan panggil Grea kalau gak bisa bikin Presdir luluh" ucap Grea kembali tertawa
" Iya .. iya percaya, sudah cepat sana pergi nanti keburu kena semprot kamu sama Presdir" ucap mbak Susi
" Kalau Presdir menyemprot saya wah aku sih siap malah mbak disemprot Presdir" ucap Grea lalu beranjak pergi sambil tertawa, merasa geli dengan ucapannya sendiri.