NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Sugar daddy / Ayah Darurat
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Friend? No

Morgan memasukkan mobil ke garasi dengan mulus. Setelah mematikan mesin mobil sejenak ia diam bersandar ke sandaran kursi. Ia menoleh ke samping, tatapannya tertuju pada Cherry yang terlelap.

Seulas senyum terukir di bibir Morgan, jemarinya dengan lembut menyisir rambut Cherry, helai demi helai. Ia bisa merasakan kehangatan gadis itu, membuatnya tak tega untuk membangunnya. Cherry pasti lelah setelah seharian belajar.

"Cherry, bangun!" Morgan menggoyangkan bahu gadis itu pelan.

"Cherry, kita sudah sampai. Ayo bangun! Kamu bisa tidur di kamar mu."

"BANGSAT!" teriak Cherry. "APA KAU TIDAK BISA DIAM? JANGAN TERUS MENGGANGGU KU!"

Morgan terdiam amat terkejut setelah dibentak Cherry. Tiba-tiba saja Cherry marah padanya karena dibangunkan? Padahal ia hanya tidak ingin Cherry terus tidur di mobil yang pastinya tak nyaman.

Cherry mengerjapkan matanya berulang kali seakan tengah mengumpulkan nyawanya.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu tidur mu, tapi aku pikir terus tidur seperti ini leher mu akan sakit," ucap Morgan, menatap lekat Cherry. Ia masih tak percaya Cherry membentaknya.

"Apa yang kamu katakan?" tanya Cherry polos, menggaruk kepalanya yang gatal ditambah pusing karena tiba-tiba saja Morgan berbicara seperti itu.

Morgan menatap manik mata Cherry. "Tadi kamu membentak ku karena aku membangunkan mu."

"Tidak," sela Cherry sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak membentak mu. Kapan aku membentak mu?"

"Kamu bilang tadi padaku, 'Bangsat! Apa kau tidak bisa diam? Jangan terus mengganggu ku'."

"Akh...." Cherry meringis, mengusap wajahnya frustasi. "Apa aku sungguh berbicara begitu?"

Morgan mengangguk.

"Sebenarnya aku sedang bermimpi bertemu dengan Drake, dia mengganggu ku lagi jadi aku marah padanya. Itulah kata yang aku ucapkan dalam mimpi, aku tidak tahu itu bisa terucap juga di dunia nyata. Sungguh, aku tidak membentak mu. Maaf, ya! Kamu pasti terkejut."

"Kamu bertengkar lagi dengan teman mu?"

"Begitulah," jawab Cherry dengan enggan.

"Cherry..."

"Dia yang memulai, oke? Jangan salahkan aku," sergah Cherry, menatap Morgan. Ia tahu apa yang akan dikatakan pria itu pasti bertujuan untuk menegurnya.

Morgan tersenyum. "Baiklah, aku percaya padamu. Ayo masuk ke rumah!" ajaknya kemudian turun dari mobil.

Morgan mengambil tas yang ditenteng Cherry, keduanya berjalan bersama masuk ke dalam.

"Jangan tidur sebelum mandi," peringat Morgan.

"Ya, baiklah. Aku juga mau mengerjakan tugasku lebih dulu mungkin," sahut Cherry santai.

"Kalau begitu sekarang kamu bersihkan diri lalu nanti kita makan bersama dan aku akan membantu mu mengerjakan tugas," tutur Morgan, memberikan tas Cherry ke genggaman tangan gadis itu.

"Apa kamu gak akan kembali ke kantor?" tanya Cherry di ujung tangga.

Morgan membuka jas dan melipat lengan kemejanya juga. "Tidak. Pekerjaan ku hari ini sudah selesai."

Cherry hanya diam menatap Morgan untuk beberapa waktu. Semenjak Morgan mengatakan akan berubah, pria itu benar-benar banyak berubah dalam segala hal dan yang pasti malam Minggu dia kini selalu ada di rumah.

"Aku menyayangimu, Morgan," aku Cherry sembari menaiki anak tangga.

Morgan terkekeh kecil. "Tiba-tiba saja?" tanyanya sambil menatap langkah kaki Cherry.

"Hm, aku juga menyayangi mu, Cherry," lanjutnya sambil melenggang pergi ke dapur hendak memasak.

Selang beberapa menit kemudian Morgan terpaksa naik ke atas sebab Cherry tak kunjung turun. Ia membuka kamar gadis itu tapi tak menemukan dia di sana. Langkahnya pun kini menuju kamar mandi.

Morgan mendorong pintu kamar mandi.

"Cherry!"

Napasnya tertahan seketika. "Oh my goodness." Morgan menepuk jidat setelah mendapati pemandangan tak terduga. Cherry tertidur pulas di bathtub yang berisi air hangat.

Ia menggulungkan lengan kemeja lebih atas, memperlihatkan otot tangannya yang menegang. Morgan mencondongkan tubuh untuk mengangkat tubuh gadis itu dari bathtub. Dengan hati-hati ia membopong tubuh polos Cherry keluar dari kamar mandi.

Tidur Cherry terganggu, ia pun membuka matanya di saat masih dalam pangkuan Morgan.

Morgan menunduk menatap wajahnya. "Seberapa lelahnya kamu sampai-sampai tidur di bathtub?"

Cherry menghela napas panjang. "Sangat lelah. Sekarang selain harus bergulat dengan tumpukan buku, aku juga harus menghadapi anak nakal seperti Drake."

"Anak nakal sepertinya jangan diladeni. Lebih baik abaikan saja," saran Morgan sembari mendudukkan Cherry di kursi.

"Lalu apa ketika dia hendak memotong rambut ku, aku juga harus mengabaikannya?" pekik Cherry, menatap punggung Morgan yang sedang memilihkan baju untuknya.

"Apa dia se-nakal itu?"

Cherry mengangguk mantap. "Dia mengganggu ku akhir-akhir ini."

"Mungkin dia menyukaimu," tebak Morgan, nada suaranya menggoda.

"Tch." Cherry seakan-akan membuang ludah ke sampingnya. "Siapa yang mau disukai oleh laki-laki nakal sepertinya? Aku tidak."

"Haruskah aku melaporkan ini ke pihak sekolah?" tawar Morgan. Ia memberikan satu set pakaian pada Cherry.

Cherry diam, tengah berpikir. "Aku rasa tidak perlu. Aku memang tak menyukainya, tapi biarkan saja masalah ini antara aku dan dia."

Morgan mengangguk, mengacak-acak rambut Cherry yang basah.

"Pakai dulu pakaian mu, aku akan kembali lagi sambil membawa makanan," pamit Morgan. Cherry mengangguk mengizinkannya.

Gadis itu memakai pakaiannya. Duduk di depan cermin untuk menyisir rambut. Tiba-tiba ponsel di dalam tasnya berbunyi. Cherry beranjak dari kursi, mengambil ponsel yang ada dalam tas.

Ternyata itu panggilan grup. "Apa ini? Kenapa banyak sekali pesan masuk?" gumamnya bingung. Duduk kembali sambil membuka semua isi pesannya.

Panggilan grup kembali dilakukan, kali kini Cherry pun menerimanya.

"Halo, Cherry. Kamu sudah membaca tugas dari guru?"

"Ya, aku baru saja melakukannya. Kita harus melakukan kerja kelompok itu hari ini, kan?" tanya Cherry untuk sekedar memastikan dan semua orang membenarkan ucapannya.

"Tapi ada satu masalah di sini," gumam Cherry, diam-diam melirik room yang ada di sudut.

"Apa itu?" tanya yang lainnya.

"Kenapa aku harus satu kelompok bersamanya?" Jari telunjuk Cherry menunjuk ke layar yang menampilkan Drake.

Drake yang sedang sibuk dengan gitarnya langsung berhenti dan menatap Cherry. "Apa kamu membicarakan tentang ku?"

"Ya, aku berbicara tentang mu. Dan aku sarankan agar kau cepat keluar dari kelompok ini dan cari saja kelompok yang lain," saran Cherry dengan menggerutu.

"Tidak mau," tolak Drake dengan santai.

"Hei!" Cherry tanpa sengaja menggebrak mejanya cukup kencang.

"Cherry, apa yang terjadi?" tanya Morgan, memasuki kamar Cherry sambil membawa makan untuknya.

Cherry menoleh padanya. "Oh, tidak papa. Aku hanya ingin memukul meja ini."

"Aku lihat kamu sedang melakukan panggilan video? Bersama siapa?" Morgan duduk di samping Cherry, tapi tidak memperlihatkan dirinya di depan kamera.

"Bersama teman-teman ku. Aku punya tugas kerja kelompok. Karena itulah aku melakukan panggilan video ini," jawab Cherry.

Morgan mengangguk. "Baiklah. Aku akan bantu menyuapi mu sehingga kamu bisa fokus belajar."

Cherry mengangguk bahagia. Ia menerima suapan pertamanya.

"Jadi, di rumah siapa kita akan melakukan tugas kelompok ini?" tanya Kylie.

"Di rumah ku," jawab Cherry dan Drake bersamaan.

"Hei, siapa yang mau kerja kelompok di rumahmu? Mereka pasti tidak mau karena kita semua tahu kau tidak akan bisa diajak kerja sama. Benar, kan?" Cherry meminta persetujuan yang lainnya.

"Tidak bisa. Itu harus di rumah ku. Aku sudah bilang pada orang tuaku. Ibuku saat ini sedang memasak untuk menyambut kedatangan kalian," ucap Drake.

"Baiklah, kita ambil dengan pemungutan suara saja. Yang paling banyak dipilih, di sana lah kita kerja kelompok," putus Cherry.

Cherry memiringkan tubuhnya saat orang-orang sedang memilih, meminta pada Morgan untuk menyuapinya lagi.

"Oke. Sekarang tolong acungkan tangan kalian yang mau kerja kelompok di rumah Drake!"

Serentak hampir semua anggota kelompok mengacungkan tangannya. Cherry terbelalak. Sial, ternyata semua orang ingin kerja kelompok di rumah anak nakal itu.

"Rumah Drake seperti istana, Cherry. Kamu harus pergi ke rumahnya setidaknya sekali seumur hidup mu. Kamu tidak akan menyesal," ujar Abigail.

"Kau tidak bisa membantah lagi, anak manja. Pemungutan suara ini diambil oleh mu jadi kamu juga harus menerima keputusan akhirnya," sahut Drake.

Cherry mendengus kesal. "Baiklah," jawabnya pasrah. Ia memutar bola mata malas.

"Guys, kalian tidak perlu datang ke sini sendiri sendiri, akan ada mobil yang menjemput kalian ke rumah. Tunggu saja di depan rumah kalian, oke?" tutur Drake.

"Tch!" Cherry berdecak sebal, melipat tangannya di dada, dan membuang wajah dari kamera.

"Cherry, aku boleh meminta sesuatu padamu?" tanya Drake.

"Tidak boleh," jawab Cherry.

"Oke, kalau begitu saat kamu datang ke sini tolong pakai kalung mu itu, ya!"

"Hei, aku bilang kamu tidak boleh meminta sesuatu dariku," sergah Cherry kesal.

Morgan terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Meskipun Cherry terlihat tak suka tapi dirinya melihat pertengkaran dia dan temannya itu sebagai sesuatu yang lucu.

"Kamu terlihat cantik memakai itu, Cherry. Ibuku juga pasti akan menyukainya. Jadi di masa depan nanti kita tidak akan kesulitan untuk mendapatkan restu darinya," goda Drake.

"HEI...." Wajah Cherry langsung memerah, membuat teman-temannya bahkan Morgan menertawakan dia yang malu-malu kucing.

"Jangan berbicara omong kosong di depan semua orang. Mereka akan salah paham," gertak Cherry.

"Sudahlah. Kau terus berbicara omong kosong. Kalau tidak ada mobil yang datang ke sini maka aku tidak akan datang ke sana."

"Tidak masalah, palingan kamu tidak akan dapat nilai."

"Hmph!" Cherry menggembungkan pipinya kesal. Ia langsung menutup sambungan teleponnya.

"Huft!" Cherry menghela napas. Sekarang otaknya sedikit lebih dingin dari sebelumnya.

"Cherry, jangan terlalu kasar pada teman mu," tegur Morgan.

"Teman? Dia bukan temanku," sahut Cherry ketus, menggaruk pipinya yang tiba-tiba gatal.

Cherry menolak suapan dari Morgan. "Aku sudah kenyang."

Pun Morgan meletakkan piring makan itu di atas meja. Mengambilkan air untuk Cherry.

"Jadi, kamu akan pergi ke rumah teman mu?" tanya Morgan memperjelas.

Cherry mengangguk. "Pulangnya aku ingin dijemput oleh mu."

"Baik." Morgan mengelus kepala Cherry sebelum berdiri.

Ia berjalan ke arah laci kamar ini, mengambil salep yang ia beli kemarin untuk mengobati memar di dada Cherry.

"Apa dadamu masih sakit?" tanya Morgan sembari kembali duduk di depan Cherry.

Cherry menarik ujung kaosnya, memperlihatkan memar yang masih tampak jelas. Dua bukit di dadanya masih memerah dan sedikit bengkak. "Masih sakit dan memarnya pun belum hilang," jawabnya santai.

"Maafkan aku!"

Cherry menggeleng pelan. "Ini bukan salahmu, ini salah Drake," sangkalnya.

Dengan gerakan hati-hati, Morgan mengoleskan salep pada memar di dada Cherry. Sentuhannya lembut takut menyakiti gadis itu. Ia diam-diam melirik wajah Cherry dan malah menemukan Cherry yang sedang mengigit bibir menahan suaranya.

Morgan tersenyum lebar untuk menahan tawanya. Menggemaskan sekali.

1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!