Lia Putri Aghata, nama gadis cantik keturunan asia yang terlahir dari keluarga berkecukupan hingga sang ayah mengalami kebangkrutan sampai dirawat di ICU karena tak juga sadarkan diri. Ditengah keputus asaanya Lia, kembali bertemu dengan pria yang merupakan musuh masa kecilnya namun bagi Ferry, Lia adalah cinta sejatinya, sejak sang gadis berusia tujuh tahun hingga kini cinta itu bukan hilang tapi makin tumbuh dan mengakar. Namun sayang karena keadaan mereka sempat terpisah selama dua belas tahun sang pria terus mencari keberadaan sang gadis namun baru berhasil menemukannya setelah dua belas tahun berpisah. Pada saat Ferry mengetahui keberadaan Lia justru disaat kondisi keluarga Lia mengalamin kejatuhan dan Ferry lah yang banyak membantu Lia melalui pengacara kepercayaan keluarga Aghata Wicaksana, tanpa sepengetahuan Lia, Ferry memberikan banyak bantuan agar kehidupan gadis yang dia cintai tidak terpuruk. Hingga akhirnya setelah banyak lika liku perjalanan hidup pelan-pelan Lia pun sadar telah jatuh cinta pada Ferry kemudian mereka menikah walaupun tanpa restu orang tua si pria, karena usia Ferry yang masih sangat muda dan ditambah lagi usia Lia yang lebih tua dua tahun dari Ferry Tapi hal ini tak membuat mereka mundur untuk tetap menikah dan membina rumah tangga. Bagaimana kah perjuangan Lia dan Ferry meluluhkan hati orang tua si pria? baca trus ya kisahnya "Suamiku Brondong"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimi Duo Z, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beasiswa
"Waktunya abis, selesai tidak selesai kumpulkan kedepan...saya hitung sampai 20 tidak sampai di meja saya maka saya anggap tidak hadir dan tidak ikut ujian hari ini".
Begitu si dosen keluar dari kelas, umpatan demi umpatan untuk si dosen terus berdatangan tak habis-habis, hampir seisi kelas kesal sama dosen killer tak berperasaan yang selalu saja bertindak seenaknya tanpa memikirkan dampaknya untuk kami mahasiswanya. Kadang aku pun jengkel, tapi mau gimana lagi, Dia dosennya aku hanya mahasiswa, mau tidak mau hanya menurut saja selama tidak melanggar aturan dan norma-norma, why not?.
Dreeet...Dreeet.....Dreeeet
Ponselku bergetar ada telphon masuk ternyata dari Bimo.
"Kenapa de?" sapaku pada Bimo.
"Kakak bisa kesekolah ku sekarang?" tanya Bimo membuatku bingung.
"Sekarang? ada masalah apa?" Aku mulai panik.
"Tidak ada apa-apa kak, hanya guru ku menyarankan aku mengambil fakultas kedokteran di kota M karena berdasarkan nilaiku aku mendapatkan undangan untuk kuliah kedokteran di Universita Bratajaya tanpa harus ikut ujian penerimaan mahasiswa baru, Jika kakak mengizinkannya. Kakak kesini lah tanda tangani berkas-berkasnya" jelas Bimo membuat mata ku mulai berembun, terharu sekali dengan adik ku satu-satunya yang otaknya cerdas ini, selaluengukir prestasi.
"Kak, kamu dengar tidak?" Suara Bimo membuyar lamunan ku, aku pun menyeka air mata yang hampir berjatuhan.
"Iya kakak dengar de, tapi jika kamu kuliah disana sia yang menemani mama? kamu tau kan kondisi paa saat ini. Tak bisakah kita pikir kan baik-baik dulu semuanya? tanyaku pada Bimo.
"Kalau begitu aku tolak saja ya kak tawarannya, Bimo yakin koq Bimo akan tetap lulus ujian masuk universitas Negeri INd di fakultas kedokterannya" ucap Bimo penuh keyakinan.
"Apa kamu yakin menolak undangan kuliah ini?", Sayang sekali sebetulnya, tapi jika Bimo mengambilnya akan sulit untuk ku dan mama berbagi waktu menemani papa. Tambah lagi aku niat bekerja paruh waktu saat tidak ada jam kuliah.
"Iya kakak, aku sangat yakin. oke kak kalau begitu kamu tidak usah ke sekolah ku, bye" Bimo mematikan panggilan telphon itu dan aku masih terpekur ditempat, sampai Mira menyadarkan ku dari lamunan.
"Kamu itu selain dedemit sepertinya mau jd cenayang juga ya? senang sekali melamun" ejek Mira pada ku, sambil menyongel bahuku dengan bahunya, Karena kaki ku tidak seimbang aku hampir saja jatuh tersungkur jika tangan itu tak menangkapku dalam pelukannya.
"Ya Tuhan, dia tampan sekali" apa-apaan aku ini, kenapa bisa bilang si bule tengil ini ganteng.
"Lain kali hati-hati cantik, aku tidak mungkin selalu ada untuk melindungi mu" ucapnya sambil membantuku berdiri dengan benar tanpa melepas pelukannya padaku.
"Hei, jangan modus gini dunk nolonginnya..Lepasin aku lah jangan lama-lama juga meluknya, aku kan sudah berdiri" sambil melotot kesal karena lagi-lagi di bule tengil melecehkan ku, ehh sebenernya kali ini dia menolongku hanya saja tetep modus pikiran kotornya.
"Upss...Sorry, aroma tubuh mu memikat ku sampai tanpa sadar aku ingin terus memeluk mu" spontan saja kata-katanya membuat wajah ku merona.
"Hei tampan, kemana saja kamu baru muncul di kampus kami lagi?" tiba-tiba Mira berdiri diantara aku dan bule tengil.
"Aku tentu saja sibuk, tidak seperti kalian yang menikmati masa remaja dengan leyeh-leyeh berharap warisan orang tua dengan santai, keluar masuk tempat dugem, gonta ganti pacar" ucap Ferry dengan santainya, membuat Mira emosi, dia berasa sekali sedang disindir Ferry.
"Wow, Lo emang ganteng tapi mulut lo pedes banget ya kaya cabe setan, nyelekit pedesnya", ucapan Mira sontak membuatku tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa kamu tertawa, bahagia sahabatmu di ejek bule tengil ini?"
"Bukan...bukan begitu" sambil berusaha menahan tawa, tangan ku memberi kode bukan dengan melambai-lambai ke udara seperti orang yang sedang dah-dah, say good bye.
"Sudah ya, aku buru-buru mau ketemu dekan kalian untuk membahas soal pelaksanaan tes mahasiswa yang akan ikut beasiswa di perusahan Goucher Corp" sambil melambaikan tangan Ferry meninggalkan kami berdua begiti saja.
"Dasar bule tengil sok penting banget dia, awas aka kalau nanti lo sampe jatuh cinta sama gw...gw buang lo ke laut biar di makan hiu" Mira trus saja ngedumel karena dia merasa Ferry mengejeknya.
"Bukan kah dia bule tampan pujaan hati mu, kenapa sekarang dia jadi bule tengil?" ledek ku. "Sudah lah lupakan, belum tentu juga dia niat meledek mu,,,Dia tau kehidupan mu pun belum tentu kan, jadi jangan baper oke", "mending kita ke kantin sekarang". Lanjutku sambil menarik tangan Mira menuju kantin.
Saat aku dan Mira sedang asik makan siomay dan es jeruk di kantin, ada mahasiswa menghampiri kami.
"Kamu Lia Putri Aghata bukan?" tanyanya pada aku dan Mira.
"Iya betul, ada apa?" tanya ku penasaran.
"Kamu dipanggil sama pak Browny, katanya kamu diminta ke ruangannya sekarang juga". ucapnya membuatku mengerutkan kedua alisku karena heran tidak biasanya pak Browny memanggilku. Walau begitu aku tetap bangkit diikuti Mira, kami ke ruangan pak Browny, setelah mengetuk pintunya dan aku dipersilahkan masuk. Aku masuk sementara Mira menunggu ku di luar ruangan.
"Siang pak" sapa ku ramah sesaat setelah aku masuk ke dalam ruang kerja pak Browny.
"Siang Lia, masuk dan duduk lah. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Mu". Ucapanya tanpa menatapku karena dia sedang asik membuat produk jadi dengan begitu tekun. Aku terus memperhatikannga dengan teliti dan mendetail teknik yang digunakan pak Browny. Setelah beberapa menit akhirnya dia sadar akan keberadaan ku.
"Maaf Lia, kamu jadi harus menunggu lama. Ini baca lah!". Perintahnya sambil menyerahkan sebuah map berisi kertas-kertas yang bagian atasnya bertulisan Data Penerima Bea Siswa.
"Maksudnya ini apa pak?", tanyaku kebingungan pasalnya aku tidak mengajukan beasiswa untuk kuliah di negara A di Pratt institute.
"Kenapa kamu bingung? kenapa kamu mendapatkan beasiswa itu? aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan pak Browny. "itu semua bapak yang mengajukannya, karena kamu terlalu berbakat sayang kalau kuliah disini saja, kamu akan berkembang jika lanjut kuliah disana. Jadi bapak menggunakan design mu waktu itu untuk mengikut sertakan kamu ikut beasiswa, ternyata kamu lolos. Bapak tau kondisi ayah mu dan juga perusahannya, jadi ambil lah kesempatan ini, jangan sia-siakan masa depan mu". jelas pak Browny membuatku terharu dan langsung memeluknya.
"Terima kasih pak Browny, kamu ternyata tak sekiller jika di kelas" ucapku membuat pak browny tertawa terkekeh.
"Jadi kamu mau menerima beasiswa itu? tanyanya memastikan.
"Boleh saya pikir-pikir dulu pak?" pintaku
"Tentu saja boleh kamu punya waktu seminggu memikirkannya, karena setelah selesai UAS nanti kamu akan terbang ke Negara A" jelas pak Browny.
"Baik pak, sekali lagi terima kasih" ucapku sambil pamit keluar ruangan.
Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku "Terjebak Cinta Berondong"