NovelToon NovelToon
Celeste & Para Dewa

Celeste & Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:891
Nilai: 5
Nama Author: kirlsahoshii

Di dunia yang diatur oleh kekuatan enam Dewa elemen: air, angin, api, tanah, es, dan petir, manusia terpilih tertentu yang dikenal sebagai Host dipercaya berfungsi sebagai wadah bagi para Dewa untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan ilahi dan kesejahteraan Bumi. Dengan ajaran baru dan lebih tercerahkan telah muncul: para Dewa sekarang meminjamkan kekuatan mereka melalui kristal, artefak suci yang jatuh dari langit.

Caela, seorang perempuan muda yang tak pernah ingat akan asal-usulnya, memilih untuk menjadi Host setelah merasakan adanya panggilan ilahi. Namun semakin dalam ia menyelami peran sebagai Host, ia mulai mempertanyakan ajaran ‘tercerahkan’ ini. Terjebak antara keyakinan dan keraguan, Caela harus menghadapi kebenaran identitasnya dan beban kekuatan yang tidak pernah ia minta.

Ini cerita tentang petualangan, kekuatan ilahi, sihir, pengetahuan, kepercayaan, juga cinta.

**

Halo, ini karya pertamaku, mohon dukungannya ya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirlsahoshii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah

Semalam sudah dilewati sejak para Hosts bertemu di Central, para Hosts kini kembali ke kotanya masing-masing. Shala kembali ke Stonebridge, di dekatnya ada seorang pria misterius dengan jubah hitam yang menutupi wajahnya.

“Jadi, bagaimana?” tanya pria misterius itu.

“Negosiasi dengan Moriad lancar, tinggal menunggu waktu. Fae dan Host Dewa Air juga sedang menuju ke bagian Barat Riverbend, semua berjalan lancar sejauh ini.” balas Shala.

“Bagus… Lalu, seperti apa Host yang baru itu?”

“Perempuan muda. Dengar-dengar, dia hanya dibantu oleh satu guardian saat menjalani ritual.” jawab Shala dengan ekspresi datar.

“Benarkah?”

“Ya, asalnya dari Tevira.”

“… Seperti apa wujudnya?” tanya pria itu, penasaran.

“Berambut putih, kulitnya pucat, dan matanya berwarna biru,” jawab Shala.

Pria misterius itu terdiam, sedikit terkejut di balik jubah hitamnya, seketika dia terdiam dan tak bisa mengatakan apa-apa.

**

Sementara itu, Caela dan Fae sudah hampir tiba di Riverbend. Udaranya terasa berbeda dari kota Central dan Caela baru sadar akan hal itu. Mereka tiba di gerbang utama masuk bersama para pasukannya.

“Hey, Caela, kita jalan-jalan sebentar, yuk?” ajak Fae berseru.

“Apa? Ini bukan waktunya untuk jalan-jalan, kau tahu itu?” Caela mengernyitkan dahi.

“Ck, sungguh perempuan yang membosankan, tidak kah kau rindu rumahmu ini? Ajak aku jalan-jalan melihat kotamu ini dulu, kita bisa berangkat menjalankan misi besok,” balasnya dengan nada menyebalkan.

Caela terdiam sejenak dengan kata-kata Fae. ‘Rumah’ katanya. Caela tak pernah merasa Riverbend maupun Tevira adalah rumahnya, karena dia sampai hari ini belum tahu asal-usul sebenarnya. Namun kata-kata Fae menjadi sebuah pengingat bahwa kini Riverbend jadi rumahnya saat ini.

“Baiklah,” Caela setuju dengan nada sedikit lembut.

“Bagus, begitu dong,” kata Fae lanjut berjalan sambil tersenyum.

Caela akhirnya mengajak Fae berkeliling kota. Caela sebetulnya juga belum tahu banyak soal Riverbend, dari mulai mencicipi makanan, naik gondola, dan melihat-lihat square, Caela sejenak berpikir, dia mulai merasa dekat dengan Riverbend. Setelah menikmati berbagai sudut kota, Caela mengajak Fae ke arah kastil dan pergi ke Kuil Dewa Air, Varuna. Mereka berdua berdiri di depan gerbang Kuil tersebut.

“Oh, Kuil Dewa Varuna sangat indah,” celetuk Fae.

Caela terdiam melihat Fae yang tampak begitu antusias dengan perjalanan ini. Caela dalam hati menggerutu, tidak kah semua Kuil Dewa itu sama? Tapi dia tak akan menolak jika dikatakan sangat indah.

“Tahu tidak? Aku sempat berpikir, kenapa kita tak membiarkan para Dewa itu bersemayam saja di dalam Kuil,” ucap Fae, tiba-tiba.

“Kau tahu alasannya, sudah banyak para perusuh, kelompok murtad yang ingin masuk ke Kuil dengan banyak alasan. Mulai dari ingin mendapatkan kekuatan Dewa secara paksa hingga melenyapkannya.” jawab Caela dengan dingin.

“Tetap saja, tak jauh berbeda dengan memasukkan Dewa ke dalam kristal, bukan kah begitu?” tanya Fae nadanya sedikit agak serius.

Caela hanya terdiam mendengar ucapan Fae, mereka berdua melihat ke arah Kuil Dewa Varuna.

Fae tertawa kecil, “Ups, maaf. Bukan maksudku untuk menjadi murtad,” katanya.

“Sudah terlambat, aku sempat berpikir kau begitu,” Caela menyahut dan memutar matanya walau dia sebenarnya juga jadi ikut berpikir dengan kata-kata Fae, dan punya pendapat yang sama.

“Haha tak apa, asal jangan beritahu ibuku kalau aku bilang begitu atau dia akan murka.”

Shala, Ratu dari Stonebridge, ibu dari Fae. Dia pasti seorang yang taat pada Dewa. Taat dengan ajaran baru, pikir Caela. Semakin banyak pertanyaan di benak Caela, yang sepertinya ingin dia tanya semua kepada Fae. Termasuk tato di tangannya yang sangat mengganggu itu. Tapi tentu saja Caela harus berhati-hati dengan banyak hal, termasuk percaya kepada Fae.

“Sejak kapan ibumu jadi pemimpin semua Hosts?” tanya Caela melihat ke arah Fae.

Fae melihat ke arah Caela dan berpikir, “Hm? Jujur aku saja tidak tahu pasti. Tapi dia adalah Host pertama terpilih yang ada, dan menyebarkan ajaran Dewa ini ke segala penjuru negeri.”

Caela terdiam menaikkan alisnya, semakin penasaran dengan ceritanya tapi dia menahannya. Jadi Shala salah satu penyebar ajaran baru ini? “Oh, begitu.” Caela mengangguk.

“Ibuku juga yang membantuku saat ritual,” lanjut Fae.

Caela mengangguk, jadi Shala ibunya juga jadi salah satu guardian-nya saat ritual. “Hanya berdua dengan ibumu?” tanya Caela penasaran.

Fae mengangguk, tersenyum dengan puas, penuh kemenangan, “Ya, kau benar, aku rasa itu berkah dari Dewa, padahal saat itu aku juga masih kecil,” Fae lanjut bercerita.

Caela terdiam, saat kecil? Jadi Fae sudah menjadi Host sejak kecil? Caela bisa memastikan bahwa mereka berdua adalah penyihir yang sangat kuat. Tapi kemudian dia penasaran.

“Kenapa kau mau menjadi Host?” tanya Caela blak-blakan.

Fae menaikkan alisnya, sedikit terkejut dengan pernyataan Caela. Fae terdiam dia seperti berusaha mengingat-ingat alasan menjadi Host dia mulai melihat ke atas dan ke sekeliling berpikir. Namun dia juga baru sadar kalau dia tidak ingat sama sekali tentang itu.

“Entah lah aku lupa…” kata Fae dengan santai.

“Yang benar saja….” Caela memasang wajah tidak percaya.

Fae hanya tertawa kecil mendengar keluhan Caela. Setelah dari Kuil Dewa, Varuna, Caela dan Fae akhirnya tiba di kastil Riverbend, dia pun menyampaikan hasil dari pertemuan di Central dan tujuannya kembali bersama Fae bersama Sang Raja. Caela membutuhkan beberapa pasukan untuk mengawalnya ke bagian Barat, mengobservasi sebuah ruins yang dikatakan oleh Shala. Sang Raja menyetujuinya, dan akhirnya mereka akan berangkat besok pagi.

***

1
Firenia
bukannya harusnya yg rambut putih yg khawatir /Sweat/
menderita karena kmu
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
kirlsahoshii: Makasih ya udah mampir 😊🤍
total 1 replies
0-Lui-0
Ngakak sampai sakit perut 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!