NovelToon NovelToon
My Ustadz My Husband

My Ustadz My Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Contest / Sudah Terbit / Perjodohan / Poligami / Patahhati
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: SkySal

(DALAM TAHAP REVISI!)

Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.

Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 22

Asma yg mendengar keributan di luar segera turun dari ranjang nya dan berjalan keluar, ia terkejut mendapati beberapa yg sedang sibuk mengurus rumah seolah akan ada acara, tak hanya itu, ia bahkan melihat Lita bersama Merwah dan Arini yg juga tampak sibuk kesana kemari membawa makanan.

"Tunggu...tunggu..." Asma berteriak pada Arini yg tampak buru buru.

"Duh, sudah bangun, Neng. Pegangin ini" Arini menyerahkan beberapa toples yg berisi kue kue kering, Asma hanya bisa mengernyit bingung. "Bawa ini ke ruang tamu ya"

"Apa? Memangnya ada tamu? Kenapa disini sibuk banget sih? kayak ada acara aja" seru Asma sembari berjalan menuju keruang tamu bersama Arini.

"Ya Allah... Asma. Ini kan acara mu"

"Acara ku? Maksud nya?"

"Hari ini kamu ulang tahun kan? Ingat?" seketika Asma membuka mulut nya lebar lebar dengan mata melotot, dia tak percaya ini hari ulang tahun nya yg ke 18.

"Selamat ulang tahun, Kakak sepupu ku tercinta" ucap Arini sambil memberikan pelukan hangat untuk Asma. Terlalu banyak yg terjadi hingga dia lupa pada hari ulang tahun nya sendiri.

"Tapi biasanya di hari ulang tahun ku Abi cuma mengadakan syukuran, kok ini... "

"Sekalian resepsi pernikahan mu" sambung Aqilah yg entah dari mana datangnya karena tiba tiba sudah ada di belakang Asma. Asma tak bisa menyembunyikan keterkejutan nya mendengar kata resepsi.

"M...maksud, Mbak? Resepsi apa?"

"Ya resepsi, Dek. Kamu kan sudah menikah, belum di adakan resepsi kan. Ya acaranya kecil kecilan kok. Hanya mengundang tetangga, dan kerabat"

"Tunggu...." Asma duduk di sofa dan ia memijat kepalanya yg tiba tiba terasa pening, entah karena terkejut atau kurang tidur " Maksud Mbak... seperti pernikahan Mbak Aqilah, Mbak Aisyah dan Kak Adil? Resepsi... aku harus... menggunakan gaun pengantin berdampingan bersama..."

"Ya iya, Dek. Selamat ya adek ku sayang. Padahal baru kamaren rasanya mbak gantiin popok kamu, eh sekarang sudah jadi pengantin" mendengar itu, Arini terkikik geli, beda hal nya dengan Asma yg tampak semakin frustasi dan tidak tahu lagi harus bagaimana. Ia mengusap wajahnya kemudian menepuk nepuk pipi nya seolah berusaha menyadarkan dirinya sendiri.

"Terus tanpa memberi tahu ku juga gitu?" tanya nya kemudian.

"Sebenarnya kami semua setuju untuk merehasiakan ini, karena kamu pasti nolak, iya kan?"

"Ya iyalah Mbak, aku aja engga tahu sudah nikah. Dan sekarang resepsi? Lagi lagi tanpa memberi tahu ku? Sebenarnya kalian anggap aku ini apa sih?" seru Asma menahan amarahnya.

"Jangan marah dulu. Dengarkan Mbak" Aqilah duduk di samping Asma, ia menangkup wajah Asma dan menatap matanya "Kamu itu putri bungsu keluarga ini, kesayangan kami semua, dan setelah kamu, tidak akan ada lagi perayaan pernikahan, jadi karena itulah kami ingin merayakan pernikahan mu sebelum kamu di bawa pergi suami mu"

"Jadi maksud mu, kalian merayakan kepergian ku gitu? Tega nya. katanya kesayangan, tapi apa apa engga pernah sekalipun bicara dulu sama aku" gerutu Asma yg membuat Aqilah hanya bisa menghela nafas lesu.

"Dek, jangan mikir negatif gitu dong"

"Tau ah" jawab Asma dan segera pergi meninggalkan Aqilah dan Arini.

Saat Asma kembali ke kamarnya, ia hendak menutup pintu namun tiba tiba seseorang menahan pintu nya.

"Kamu?" seru Asma kesal, ia hendak menutup paksa pintu itu namun sudah terlambat. Bilal sudah masuk ke dalam dan kini Bilal menutup pintu itu dan mengunci nya.

Melihat itu, Asma bergerak mundur sambil terus menatap Bilal dengan waspada

"Mau apa ke kamar ku?" tanya nya dengan suara gemetar, menyadari suaranya gemetar Asma merutuki dirinya sendiri.

Bilal terus melangkah maju setiap kali Asma melangkah mundur, tatapannya begitu tajam seolah ia memburu Asma dan tak ingin kehilangan targetnya itu.

"Kamar kita, aku juga berhak atas kamar ini"

"Engga, aku engga suka berbagi kamar"

"Bukan berbagi, istri kecil ku. Justru menyatu. "

"M...Maksud nya?" Asma yg terus berjalan mundur tanpa sadar kini justru mentok di tepi ranjang nya membuatnya tersentak, pandangan nya menajdi tidak fokus dan keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya, wajahnya pun sudah menyerah seperti tomat. Melihat hal itu, Bilal sekuat tenaga menahan senyum nya.

lalu ia menatap Asma dan berkata

"Aku datang kesini hanya untuk mengatakan, hubungan kita yg sebenar nya sudah di mulai. Tiga bulan yg lalu, saat aku mengucapkan nama mu dalam ijab kabul, aku merasa mendapatkan rumah ku, tempat tinggal ku yg sebenarnya, tapi aku belum bisa menempati nya karena saat itu, hanya aku yg tahu hubungan kita, sementara kamu tidak. Dan saat kamu tahu, dan kamu memutuskan untuk menerima ku, mengizinkan ku masuk dalam kehidupan mu, saat itulah aku benar benar merasa bahwa aku akan memulai hidup baru yg indah"

Asma hanya bisa menelan ludahnya mendengar penuturan Bilal yg panjang lebar dan tak bisa ia mengerti. Ia berusaha menghindari tatapan Bilal yg seolah mebekukan darahnya. Namun tiba tiba, tangan kekar Bilal menangkup wajah mungil nya dan membuatnya kembali menatap mata gelap Bilal.

"Jangan pernah berpaling dari suami mu, Zahra. Rasanya menyakitkan seolah kamu tidak ingin melihat ku"

Sekali lagi, Asma hanya bisa terdiam, sentuhan Bilal menciptakan desiran yg aneh dalam dirinya, hatinya pun seolah bergejolak tak karuan, jantung nya berdebar seperti akan melompat keluar dari tempatnya. Asma menatap mata Bilal seperti keinginan Bilal, dan tiba tiba Bilal mendekatkan wajahnya hingga membuat Asma merasakan hangat nya nafas Bilal.

Bilal semakin dekat dan akan segera menghapus jarak di antara kedua nya, Dan...

"Apa yg kamu lakukan?" teriak Asma mendorong dada Bilal seolah ia baru saja kembali pada kesadaran nya setelah fikiran dan perasaan nya berkelana entah kemana.

"Apa?" Bilal balik bertanya dan memasang wajah kesal.

"Tadi... Apa yg kamu lakukan? Kenapa dekat dekat sama aku?" Bilal tertawa kecil dan kembali mendekati Asma namun Asma segera menghindar.

"Kamu?" ucap Bilal "Kenapa memanggil ku dengan kata 'kamu ' Zahra? Aku ini suami mu, setidaknya panggil aku sayang, Mas, atau panggilan sayang lainnya?"

"Sebaiknya keluar dari kamar ku, aku mau sendiri "

"Maaf, Sayang. Tapi untuk sekarang, kamu engga ada waktu untuk menyendiri "

"Kenapa?"

"Nanti sore keluarga ku akan datang, kamu harus menyambut mereka. Sementara nanti malam, ada perayaan untuk kita. Hanya kecil kecilan."

"Engga mau" jawaban Zahra membuat Bilal menghela nafas menahan kesal.

"Jangan begitu, Zahra. Keluarga ku juga keluarga mu dan perayaan ini juga untuk keluarga kita" Asma hanya terdiam begitu juga dengan Bilal.

"Ya sudah, iya" jawab Asma kemudian membuat Bilal sumringah. Ia segera mendekat hendak memeluk Asma namun Asma menghindar.

"Jangan menyentuh ku! " Asma memperingatkan Bilal. Membuat Bilal tampak sedih.

"Aku suami mu, Zahra"

"Aku tahu... tapi..." Asma berbalik badan ia berjalan menuju jendela. Bagaimana ia mengatakan pada Bilal ia belum bisa menerima Bilal sepenuh nya.

"Baiklah, Sayang. Tidak masalah" ucap Bilal dengan suara lembut. Asma tak menjawab, hingga ia mendengar langkah Bilal yg menjauh kemudian terdengar pintu terbuka dan tertutup kembali. Asma memejamkan mata, dan ia memegang dada nya yg berdegup, ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

Entah kenapa, jantung nya berdebar setiap kali Bilal begitu dekat dengannya.

.

.

.

Asma mengintip dari balik jendela saat ia mendengar suara mobil yg datang, ia terkejut melihat setidak ada 6 atau 7 mobil yg datang. Asma bertanya tanya siapa mereka semua?

Asma melihat Khadijah yg menyambut seorang wanita paruh baya yg keluar dari mobil paling depan, kemudian wanita itu di susul oleh beberapa wanita lainnya, yg menarik perhatian Asma adalah seorang wanita yg menggunakan cadar dan berpakaian serba biru. Wanita itu mendongak seolah tahu Asma mengintip nya. Beberapa saat mereka saling pandang, hingga akhir nya wanita itu di tarik masuk oleh Khadijah. Di mobil berikutnya, Bilal yg keluar bersama beberapa pria paruh baya dan juga beberapa pria muda dan bahkan ada anak anak.

"Aku engga nyangka keluarga nya sebanyak itu" gumam Asma, ia merasa gugup jika harus menemui mereka semua. Lamunan Asma di buyarkan saat ia mendengar kamarnya di ketuk beberapa kali. Asma pun berjalan ke arah pintu dan membuka nya.

"Mbak Aisyah..."

"Loh kok belum siap siap? Mertua mu sudah datang lho"

"Mertua?" Asma mengerutkan kening nya masih sangat canggung dengan kata itu.

"Iya, kamu harus menemui mereka"

"Tapi mereka banyak banget, Mbak. Apa mereka semua mertua ku?" Aisyah tertawa geli mendengar pertanyaan konyol Asma.

"Ha ha... Asma...Asma... kamu ini. Mereka itu kerabat nya Bilal. Ya mertua sejati mu cuma ibu dan ayah nya Bilal"

Mendengar itu Asma hanya ber Oh ria. Namun ia kembali gugup saat membayangkan bagaimana dia akan menemui kerabat Bilal.

"Tapi Mbak, Asma gugup. Meraka banyak dan Asma engga kenal satu pun dari mereka"

"Ya makanya keluar, Dek. Kenalan biar kenal. Karena nanti kamu akan hidup dan dekat dengan mereka" Asma menunduk sedih mendengar itu. Karena itu artinya dia akan tinggal jauh bersama keluarga nya sendiri. Memahami itu, Aisyah mencoba menenangkan nya.

"Setiap wanita akan seperti itu. Setelah menikah, mereka akan menghabiskan sisa hidupnya bersama suami nya atau pun keluarga suami nya. Tapi keluarga mu tetaplah keluarga mu, tidak akan tergantikan sampai kapanpun"

"Asma merasa ini masih mimpi Mbak. Ini seperti engga nyata. Asma engga siap untuk semua ini"

"Hem adik kesayangan Mbak ..." Aisyah memeluk Asma dan mengusap punggung nya "takdir akan terus berjalan entah kita siap atau tidak untuk menjalani nya" Aisyah melepaskan pelukannya dan ia pun berjalan ke arah lemari Asma, mencari pakaian yg harus dia kenakan sekarang. Akhirnya pilihan Aisyah jatuh pada gamis berwarna hijau muda dengan renda renda bunga di ujung nya.

"Baju ini cantik, cocok dengan kulit kamu yg putih"

Asma pasrah saja dengan keputusan kakaknya itu, ia pun berganti pakaian dan setelah nya Aisyah memberikan sedikit riasan diwajah pucat Asma, apa lagi matanya yg masih sedikit bengkak akibat terlalu banyak menangis.

Saat Aisyah hendak membawa Asma keluar, rupanya sudah ada Khadijah yg menunggu di depan pintu. Asma sedikit terkejut melihat nya, setelah percakapan meraka malam itu, ini pertama kalinya mereka berhadapan kembali.

"Kamu benar benar cantik, Asma." puji Khadijah namun Asma enggan menanggapi. Khadijah merasakan hatinya perih dengan tatapan Asma yg masih sangat dingin padanya. Namun ia hanya bisa pasrah. Aisyah dan Khadijah pun membawa Asma ke ruang tamu, semakin mendekati ruang tamu, Asma semakin gugup, dan tanpa sadar, ia menggapai tangan Khadijah dan menggenggammya sangat erat. Khadijah yg menyadari kegugupan Asma pun membalas genggaman tangan Asma, seolah mengatakan bahwa dirinya ada bersama Asma.

Semua tamu wanita itu menatap Asma seksama saat Asma semakin mendekat. Asma melihat ibu nya sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya, kemudian wanita paruh baya itu segera menyambut Asma dengan senyum bahagia nya dan mata nya pun berbinar, seketika Asma teringat pada ibu nya sendiri.

"Masya Allah... Nak. Kamu benar benar cantik, lebih cantik dari yg Bilal ceritakan "

Baiklah, Asma menduga itu pasti ibu nya Bilal. Namun ia tak tahu harus merespon bagaimana, yg ia lakukan hanya menyunggingkan senyum tipis yg bahkan hampir tak terlihat dan sesekali ia melirik Ummi nya seolah bertanya apa yg harus dia lakukan. Sang ibu hanya menyunggingkan senyum dan menatap Asma dengan lembut,.memberi tahu bahwa semunya akan baik baik saja.

"Waktu melihat foto nya, aku kagum dengan kecantikan dan kepolosan wajahnya "seru salah seorang wanita lagi "Tapi ternyata aslinya lebih cantik lagi"

"Kak Bilal membingkai foto nya dengan bingkai yg indah" seru wanita dengan cadar biru itu, Asma pun menoleh pada wanita yg berbicara itu "Tapi kakak bilang, bingkai itu tampak biasa saja saat di gunakan untuk membingkai keindahan yg sesungguhnya" lanjut nya dengan suara yg sangat sumringah. Asma bertanya tanya siapa gadis ini. Dia masih tampak muda, memilik mata yg indah, di balik cadarnya itu Asma yakin dia pasti sangat cantik.

Khadijah membawa Asma duduk di antara ibu mertua nya dan ibunya. Namun Asma tak mau melepaskan tangan Khadijah, bahkan Khadijah merasakan sakit karena genggaman Asma semakin kuat namun Khadijah membiarkan nya saja.

"Asma... perkenalkan ini, Ummi Mufarrahah. Ibu nya Mas Bilal yg artinya ibu kita juga, berikan salam" ucap Khadijah dengan senyum, Asma pun melepaskan tangan Khadijah, ia mencium tangan Ibu mertuanya itu "Dan ini..." Khadijah menunjuk wanita bercadar biru itu "Ini adik ipar kesayangan ku dan satu satunya anak perempuan Ummi Mufar, Shofia" Asma tersenyum pada Shofia dan mata Shofia yg berbinar membuat Asma tahu gadis itu juga tersenyum padanya, di lanjutkan Khadijah memperkenalkan pada anggota keluarga yg lain, Bibi Bilal, sepupu, dan beberapa kerabat lainnya. Asma bahkan tidak yakin bisa mengingat nama mereka semua.

"Asma, kenapa kamu jadi pendiam?" cetus Shofia, membuat Asma yg menunduk sejak tadi mendongak seketika "Kak Bilal bilang kamu itu sangat ceria, selalu tertawa dan tersenyum, bahkan kadang kamu bertingkah jahil dan...."

"Shofia..." ibu Bilal menghentikan ocehan Shofia yg sepertinya tidak akan diam itu. Asma pun jadi salah tingkah di buat nya, ia berusaha tersenyum

"Sebenarnya bukan begitu, aku hanya.... hanya..."

"Sebenarnya kamu terlihat sangat gugup, Asma" Seru ibu Bilal lembut "Kami ini akan menjadi keluarga mu, tidak perlu sungkan atau gugup. Tapi jika untuk pertama kalinya bertemu keluarga suami, ya semua wanita akan mengalami hal yg sama" Asma tertawa kecil untuk menetralkan perasaan nya.

"Adikku ini memang pemalu dan pendiam kalau belum kenal" sambung Aisyah "Tapi jika sudah kenal, aku yakin kalian ingin menutup telinga saat dia bicara tanpa henti" semua tertawa mendengar penuturan Aisyah. Kemudian para orang tua dan orang dewasa itu mulai berbincang banyak hal, Asma bahkan berfikir sepertinya dia tidak cukup umur untuk berada di antara mereka semua.

Kemudian Aqilah datang membawa beberapa minuman untuk tamu, Aisyah dan Khadijha pun membantu Aqilah, dan kini mereka benar benar meninggalkan Asma bersama wanita wanita dewasa itu.

.

.

.

Sementara di sisi ruangan yg lain, anggota keluarga pria Bilal juga sedang berbincang bincang, Namun Bilal seolah tak bisa mendengarkan mereka, saat ini ia hanya memikirkan Asma. Bagaimana Asma bersama keluarga nya? Apakah Asma masih marah? Apakah Asma baik baik saja? Apakah Asma bisa menerima keluarga nya?"

"Bilal... " tepukan di pundaknya menyadarkan Bilal.

"Eh, ya. Kenapa, Dil?" tanya nya pada Adil yg menatap nya heran.

"Sejak tadi kamu melamun "

"Hm sebenarnya aku sedang memikirkan Zahra. Tadi siang dia masih sangat marah"

"Tenang saja, Asma tidak akan melakukan hal yg salah didepan keluarga mu"

"Bukan itu maksud ku, Dil. Aku justr takut Asma merasa tertekan atau merasa engga nyaman berada di antara keluarga besar ku"

"Awalnya itu pasti terjadi, tapi nanti Asma akan terbiasa berada di antara keluarga mu"

▪️▪️▪️

Tbc.....

1
Ida Sriwidodo
Setelah baca ber bab2 akhirnya tergelitik juga pen' komen disini..

Bilal mungkin benar, Khadijah ngga sengaja mengabaikan wa dan telp Asma.. tapi akibatnya fatal!
2 nyawa melayang!
Dan bagaimana klo andainya.. jiwa Asma juga tidak tertolong karena pendarahan hebat?
Apakah Bilql masih bisa percaya dan memaklumi Khadijah?

Dan gimana.. klo posisisnya dibalik?
Asma di posisi Khadijah dan Sebaliknya.. apakah Bilal masih berpikir sama?

Dan 'perbuatan tidak sengaja' Khadijah ini di perparah dengan sikap pengecutnya!
Demi supaya Bilal ngga tau.. wa dan history call Asma di hp Bilal di hapus!
Ngga sengaja okee.. tapi menghilangkan jejak? 😱😱🤔🤔
Berarti sudah ada unsur kesengajaan kan.. supaya Bilal ngga tau klo istri tersayangnya dalang kemalangan Asma! 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Laila Atstanie
novel poligami paling sukses menurut ku bagus untuk dibaca tpi gak sanggup untuk ditiru
Alejandra
Jadi pada akhirnya, saling mengikhlaskan, saling memuji, menghilangkan amarah dan cemburu...
Alejandra
Kadang bingung dengan sikap Bilal, sebenarnya siapa yang dia cintai...
Alejandra
Pertanyaan Bilal seolah" memojokkan Asma. Waktu dia membohongi Bilal ketika dia dirawat di rumah sakit, bukankah itu secara sengaja, dia tidak menginginkan Bilal menghabiskan waktu bersama Asma...
Alejandra
Tulus yang diiringi dengan sifat egois, iri hati, dan serakah...😏😏😏
Alejandra
Bukankah dia memang sengaja mengabaikan pesan Asma. Dia sudah tahu kondisi Asma sebelumnya, seharusnya pas ada pesan Asma, dia langsung mencari Bilal, tapi yang ada dia lebih memilih bersama teman"nya...
Alejandra
Ingat pengorbanan Asma lebih besar darimu, kamu hanya mengorbankan perasaan, sementara Asma mengorbankan masa remajanya, mungkin juga masa depannya, perasaannya, bahkan hal kecilpun dia korbankan. Tapi sekali lagi, hanya pengorbanan Khadijah yang terlihat...
Alejandra
Masih tetap Khadijah yang diutamakan, dan Khadijah masih belum cukup dengan semua pengorbanan Asma. Hanya Khadijah yang melakukan pengorbanan besar, sementara Asma tidak melakukan apapun, perempuan ini benar" egois...
Alejandra
Kenapa Khadijah yang mengatakan kepada Ummi, kesannya disini Asma yang egois jadinya. Sementara Asma tidak pernah mengatakan apa yang terjadi dalam hidupnya, kenapa tidak membiarkan Bilal yang berbicara pada Umminya. Disini masih terlihat sifat egois Khadijah...
Alejandra
Memang itulah kenyataannya...
Alejandra
Masih tetap nggak sadar" nich orang...
Alejandra
Bukankah itu kenyataannya Mbak, Asma tidak pernah main belakang. Kalau dia marah maka dia memperlihatkannya secara langsung, bukan seperti Mbak-nya yang mempunyai banyak topeng...
Alejandra
Dini bukan Mila...
Alejandra
Tidak akan ada yang berubah meskipun tinggal terpisah, masalahnya tetap dihati yang tidak ikhlas. Sekalipun terpisah, akan tetap menyimpan cemburu karena terus"an memikirkan yang tidak" saat suaminya bersama dengan madunya...
Alejandra
Cih, gayamu Mbak, padahal pengen joget saking senangnya...
Alejandra
Astaghfirullah...
Alejandra
Jadi maksudnya Mbak Khadijah yang menempati rumah baru, sementara Asma menempati rumah lama. Benar" egois wanita satu ini, katanya perempuan dewasa,Sholehah, baik, yang rela melakukan pengorbanan besar untuk suaminya, ternyata oh ternyata kelakuannya lebih buruk dari Asma yang masih remaja...
Wahyu Ganteng: Afwan 🙏 ukhty tidak ada yang lebih baik selain dari bacaan Al Quran dan hadits sahih 😊
total 1 replies
Alejandra
Bagaimana dengan Zahra yang kehilangan suaminya lebih dari 2 Minggu, emang dasar munafik nich Mbaknya...
Alejandra
Tetap saja egois, bahkan memanfaatkan sakitnya agar Bilal tidak bisa bersama Asma. Makanya Mbak jangan sok ikhlas dipoligami...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!