Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Phantaminum duduk di atas shinsu buatannya (sama seperti Light Bearer, cuma beda bentuk), sedangkan Enryu sedang bersender di pohon Qurie (pohon yang ditanam oleh Neon ratusan tahun yang lalu; pohon yang menghasilkan shinsu alami)
Dua sosok terlihat muncul dari kejauhan. Enryu dan Phantaminum yang menyadari itu mulai menyambut kedatangan dua sosok tersebut.
"Neon, sahabatku, akhirnya kau tiba juga!"
"Guru, selamat datang kembali!"
Lebih tepatnya mereka hanya menyambut kedatangan Neon saja.
Neon yang mendengarnya hanya membalasnya dengan mengangguk.
Kemudian tatapan Enryu dan Phantaminum beralih ke belakangnya Neon.
"Itukah anak dari Keluarga Khun yang mulai mengikutimu?" tanya Phantaminum sedikit tertarik.
Neon menoleh ke Esentia, bermaksud menyuruh Esentia untuk memperkenalkan dirinya sendiri.
Esentia berjalan hingga tepat berada di sebelah Neon seraya membungkuk hormat dan tersenyum.
"Khun Esentia Gustav. Senang bertemu dengan..."
"Phantaminum, sahabat Neon satu-satunya! Ingat itu, Nak!" kata Phantaminum dengan ceria.
Phantaminum, sosok yang menghabisi Ranker-Ranker Zahard. Untuk seorang berdarah dingin sepertinya, dia terlalu ceria dan aura di sekelilingnya juga tidak menunjukkan kalau dia sosok yang berbahaya. Dan dari cara bicaranya, Phantaminum itu benar-benar sosok yang kuat. Hanya saja... dia sedikit tidak berakal, pikir Esentia kecewa.
Kemudian Esentia beralih melihat ke sebelahnya Phantaminum.
Kalau yang tadi itu sahabatnya Neon, berarti dia... muridnya Neon, pikir Esentia.
Enryu mendengus dan memandangnya dengan tatapan merendahkan. "Apa? Memangnya kau pantas mengetahui namaku, huh?"
"..."
Heh~ aku tidak percaya anak ini memperlihatkan sifat aslinya sendiri di depan Neon, pikir Phantaminum menyeringai.
Sedangkan Neon sendiri tidak begitu mempedulikannya. Walau dalam hatinya dia bertanya-tanya kenapa sifatnya Enryu jadi berandalan begitu.
"Oh? Apakah ada syarat tertentu dalam memberitahukan namamu sendiri?" tanya balik Esentia masih dalam keadaan tenang dan tersenyum.
"..." Neon dan Phantaminum, mereka seperti melihat adanya percikan kilat di antara tatapan Enryu dan Esentia.
Enryu menyilangkan kedua tangan di depan dada serta menatap dingin Esentia. "Tentu tidak. Tapi untukmu anak dari Keluarga Khun, tentu saja jawabannya adalah ya."
Ternyata ini sifat sesungguhnya dari 'Menara Merah'. Sepertinya sekarang ini aku sungguh mulai meragukan rumor yang beredar tentang keduanya, pikir Esentia dengan wajah suram.
"Persyaratan apa itu kalau boleh tahu?" lanjutnya bertanya.
"Lawan aku." jawab Enryu dengan serius.
Seketika sunyi mengelilingi mereka.
Esentia menoleh dan menatap mata Neon seakan bertanya apakah muridmu itu selalu seperti ini pada orang yang baru dikenalnya.
Neon yang mengerti hanya bisa menahan malu karena kelakuan Enryu, tapi masih dalam kondisi biasanya, tidak bereskpresi. Bisa-bisanya Enryu yang berada di webtoon dikatakan bahwa dia sangat tampan— um... memang itu benar, populer— ya, itu juga benar, dan bahkan bertarung dengan santai— sepertinya Neon cukup meragukan yang satu ini. Bahkan para Ranker mengidolakannya karena gaya bertarungnya yang indah— dari awal yang Neon ketahui tentang Enryu... dia sepertinya cukup barbar.
Neon melirik menatap lurus mata Enryu yang balik menatap mata Gurunya dengan tatapan hormat.
"Enryu."
"Ya, Guru?"
Kemudian Neon beralih menatap Esentia, seakan berkata itu tadi adalah namanya.
Esentia pun merasa berterima kasih pada Neon. Lalu dia menoleh lagi menatap Enryu.
"Enryu... jadi itukah namamu? Apakah syaratnya seperti tadi?"
"Ha? Apa maksudmu?"
Masih dengan senyum di wajah tampannya, Esentia pun lanjut berkata, "Padahal banyak Ranker berbicara tinggi tentangmu. Ku kira kau sesuai dengan apa yang mereka bicarakan, tapi tampaknya tidak sama sekali." dengan memiringkan kepalanya sedikit.
Neon yang mendengar kata 'tinggi' dari Esentia mulai merasakan bayang-bayang pedang yang menusuk hatinya. Dan tidak tahu kenapa, dia dan Phantaminum mulai berjalan menjauhi kedua pemuda yang sepertinya siap membuat keributan, hingga akhirnya Neon dan Phantaminum berdiri tepat di depan pohon Qurie.
Enryu menggertakan giginya menahan kekesalan dan menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan. Dia yang sudah tenang itu kembali menatap lurus mata Esentia. "Kalau tidak salah dengar, namamu tadi itu Khun Esentia... Gustav? Aku tidak pernah mendengar nama Keluarga Gustav sebelumnya. Apa itu nama dari orang biasa?"
Esentia menaikkan alis. "Apakah kau bertanya hanya untuk membuatku marah atau semacamnya?"
Enryu memiringkan kepalanya "Menurutmu?"
"Sungguh kau bertanya seperti itu padaku?"
"Kalau ya memangnya kenapa?"
Esentia menghela napas dan menyapukan rambut yang menggantung ke atas keningnya, lalu melihat Enryu dengan mata biru langitnya seakan-akan dia mau menantangnya. "Ah, kalau begitu biar balik ku tanya padamu. Apa nama 'Neon Argarither' itu bisa diartikan nama dari orang biasa?"
Esentia tidak membiarkan Enryu menjawab, dia melanjutkan dengan menggeleng kepala. "Ternyata kau tidak sesuai dengan rumor yang beredar. Aku juga mulai meragukan kalau kau adalah pembunuh administrator di Lantai 43."
Tiba-tiba, Enryu yang sudah kehilangan kesabarannya itu mulai meluncurkan serangan shinsu berwarna merah tepat ke arah wajah Esentia. Hanya saja Esentia dengan cepat menahan serangan Enryu sebelum mengenai wajahnya dengan merubah shinsu di sekelilingnya menjadi sebuah pelindung dari serangan kuat Enryu.
"Oi, anak dari Keluarga Khun." geram Enryu yang masih melancarkan serangan shinsu merah bertubi-tubi.
Esentia masih tersenyum walau terlihat agak terpaksa karena dia mencoba menahan serangan terkenal dari Enryu yang semakin lama semakin kuat tekanan shinsu miliknya hingga membuat dia sedikit kewalahan.
"Kau boleh mengejekku, tapi tidak akan ku biarkan kau membawa-bawa nama Guruku ke dalam ejekan murahmu itu."
Enryu menambahkan kekuatannya lagi pada serangannya. Amarahnya semakin memuncak saat seseorang mencoba membawa-bawakan nama Gurunya.
Sepertinya aku sudah berlebihan. Aku tidak bisa menahan serangan Menara Merah lebih lama dari ini hanya dengan berlindung, pikir Esentia sambil meratapi nasib bodohnya memancing amarah murid Neon.
Sepertinya anak Eduan sudah tidak bisa menahan serangan bocah gila itu. Apa aku perlu membantu—eh, tapi itu sih bukan urusanku, jadi tidak perlu membantunya. Dan bocah itu ternyata sangat menghormati Neon. Dia tidak akan membiarkan orang-orang membawakan nama Gurunya ke dalam masalah apapun. Itu bagus untuk sahabatku mempunyai murid yang setia seperti bocah itu. Tidak salah dia menerimanya waktu itu, walau aku sendiri masih tidak menyukai sifatnya, hmph! Tapi kejadian ini tampaknya tidak begitu asing bagiku, pikir Phantaminum mengingat-ingat apakah dirinya melupakan kejadian yang tidak begitu asing itu.
Neon sendiri bingung dengan apa yang harus dia lakukan hingga membuat ekspresi di wajahnya itu sangat amat sulit untuk dibaca.
"Hentikan!" perintah Neon dengan suara lantang.
Enryu dan Esentia langsung berhenti ketika merasakan ketegangan akibat shinsu mereka menghilang begitu saja, termasuk serangan dan pelindung yang terbuat dari shinsu mereka sendiri. Kemudian mereka langsung menoleh dan melihat ekspresi wajah Neon yang sulit dibaca; mereka berdua mulai bersikap tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Begitu juga dengan Phantaminum di sebelah Neon juga ikutan tenang, padahal dia sudah cukup tenang sebelumnya. Hanya saja Phantaminum bisa merasakan shinsu di sekelilingnya tidak biasa—menandakan emosi Neon saat ini tidak terkendali.