Istri Kecilku Yang Hebat (2)

"Kau kalah, Tuan."

Hanya terdengar suara batuk dan darah keluar dari mulut pria tersebut. Sepertinya Della menyerang titik fatal hingga organ dalam tubuhnya terluka parah.

"Pergilah dengan tenang, kau sudah banyak meresahkan masyarakat dan menghancurkan masa depan anak-anak."

Meski haus darah, Della tetap merasa kasihan melibat kondisi sang target. Namun ia tidak bisa menyelamatkannya. Bayangkan saja, sudah berapa banyak orang yang tidak berdosa yang menjadi korban pria itu serta obat-obatan terlarang yang ia sebar luaskan. Bagi Della, dia pantas mendapatkannya.

Sebelum mata pria itu benar-benar tertutup, Della memutuskan pergi meninggalkan lokasi. Kali ini ia turun dari tembok lantai dua menggunakan tali yang kebetulan ada di tas ranselnya. Ia juga tidak khawatir misinya gagal, pria tersebut akan mati bahkan tanpa ia sakiti malam ini pun ia tetap mati walau waktunya jauh lebih cepat.

Ketika kakinya sudah menginjak tanah, tiba saja alarm dari gelang yang dipakai Zenna berbunyi. Della panik, ia langsung melacak lokasi Zenna yang ternyata sudah tidak berada di rumah keluarga Savior.

"Mereka benar-benar membuat ku bekerja dua kali lipat malam ini!" Ada rasa kesal, namun bukan berarti ia tidak ikhlas menyelamatkan Zenna. Hanya saja, Della marah pada keluarga Savior terutama Franky yang tega melukai putrinya sendiri.

Tanpa membuang-buang waktu, Della segera membawa motornya ke lokasi yang sudah berhasil ia lacak menggunakan ponselnya. Sejak tadi siang, ia memang sudah menyetel koneksi antara gelang dan ponselnya seperti yang Je sudah ajarkan padanya.

Butuh waktu 35 menit untuk sampai, bahkan itu sudah dalam kecepatan yang mengerikan. Della akhirnya tiba, ternyata di lokasi yang ia dapatkan merupakan sebuah rumah bordil atau kita bisa menyebutnya tempat para pria hidup belang mencari kepuasan dan wanita memperdagangkan tubuhnya demi uang.

"Ah, sangat mengecewakan. Aku berpikir bahwa mereka mengirim beberapa pria untuk membawa Zenna ke tempat sepi, nyatanya mereka malah menjualnya." Padahal, Della sudah mempersiapkan dirinya berkelahi kembali namun sepertinya malam ini ia hanya harus membuat pria hidung belang malang itu kehilangan benda berharganya.

Karena masih terkoneksi, dan peringatan semakin sering pertanda kalau situasi Zenna tidak baik. Della dengan hati-hati masuk ke dalam. Ketika ada di dalam, para penjaga menghalanginya namun tidak berani membuat masalah setelah melihat simbol di pakaian Della.

"Katakan dimana bos kalian dan wanita yang baru saja di bawa ke dalam rumah menjijikan ini?!"

"Apa maksud anda, Nona? Bos kami tidak menerima barang baru dan tolong jangan hina tempat ini karena anda tidak jauh lebih baik dari kami."

"Buang-buang waktu." Della mengeluarkan pistolnya lalu mengarahkan ujung benda berbahaya tersebut ke arah salah satu pria yang menghalanginya.

Semua orang terkejut, tidak ada satu orang pun yang berani sekarang. Di Negara A, sebuah organisasi jauh lebih tinggi statusnya dari pada keluarga kaya. Jadi, jika mereka ingin tetap hidup, maka sebaiknya membiarkan Della melakukan keinginannnya atau mereka akan menjadi musuh satu organisasi.

"B-bos ada di kamar tepat di atas tangga. Dan wanita yang anda maksud juga di bawa ke sana bersama pelanggan yang sudah membelinya."

Secepat kilat, Della berlari ke lantai dua. Ia tidak ingin terlambat satu detik pun, Zenna harus baik-baik saja atau dia akan membunuh semua orang yang ada di dalam rumah bordil tersebut.

Suara teriakan dan tangisan Zenna terdengar jelas di telinga Della. Bahkan suara kursi di lempar dan tawa para pria mesum bisa sampai keluar.

Sudah tidak tahan di tambah ia yang tidak ingin terlambat. Della segera mendobrak pintu, beruntung pintu hanya di kunci sekedarnya dari dalam dan tidak ada penjaga di depan pintu sehingga Della bisa masuk dengan mudah.

Semua orang yang ada di dalam ruangan terkejut, mereka menatap ke arah Della yang sudah berdiri kokoh kayaknya Hades yang akan segera mencabut nyawa mereka. Kondisi Zenna sudah tidak lagi baik-baik, tubuhnya polos bahkan hampir saja benda menjijikan milik satu satu pria jelek dan gemuk itu merobek harga diri gadis malang tersebut.

"Beraninya kalian menyentuh orang ku!"

Tangisan Zenna semakin terdengar jelas dan memilukan. Ia yang berpikir akan menjadi wanita penghibur tiba-tiba di bantu oleh orang asing yang tidak kenali. Bahkan mendengar kata-katanya Zenna yakin malam ini ia akan bebas.

"Siapa kau yang berani mengganggu kesenangan pelanggan ku?!" Sang mucikari kesal karena kehadiran Della yang menggangu.

"Kau seorang wanita tapi lihatlah bagaimana kau memperlakukan anak yang tidak berdosa itu. Apa kau ingin anak perempuan mu di perlakukan seperti itu? Oh atau jangan-jangan kau memang tidak punya anak, sebenarnya masuk akal sebab kau lebih suka memberikan tubuh murahan mu pada pria yang sama murahannya seperti mu." Della sudah benar-benar sangat kesal dan tangannya ingin sekali memukul semua orang yang ada di dalam.

"Hei, jaga ucapan mu wanita!"

"Aku benar-benar tidak suka buang-buang waktu." Tanpa memberikan kesempatan. Della segera maju dan memotong benda menjijikan milik tiga orang pria yang jika ia terlambat satu menit lagi akan menghancurkan masa depan Zenna.

Suara teriakan terdengar, jauh lebih memilukan dari milk Zenna. Darah berceceran, benda yang terpotong asal-asalan tergeletak di lantai. Sang mucikari ketakutan namun Della tidak memberikannya kesempatan lari.

Karena dia seorang wanita, dan tidak ada yang bisa ia potong. Maka Della memutuskan menggores pipi wanita tersebut dengan pisau yang ia gunakan memotong kelamin para pria hidung belang.

"Kau suka mengahancurkan masa depan para wanita tidak berdosa, maka aku akan membuat mu di benci oleh pelanggan mu. Jadilah jelek dan tidak berguna." Tidak berhenti menggores, Della mencukur habis rambut wanita itu lalu memijak bagian perutnya. Berharap rahimnya rusak agar ia tidak memiliki anak dan menjual anaknya atau bahkan memberikan contoh tidak baik untuk anaknya.