Seorang gadis yang mempunyai sifat pendiam, jarang berbicara, suka menyendiri, jarang punya teman dan hidup sederhana. Terbiasa mendapat julukan gadis aneh atau juga Malaikat penjaga neraka karena tidak pernah tersenyum.
Tidak seorang pun yang mengetahui tentang kehidupannya. kecuali satu orang sahabatnya. Yang bertolak belakang dengannya. Sahabatnya yang cerewet bahkan bertingkah absurd.
Ia bertemu dengan seorang pemuda yang tampan, the most wanted, baik dan juga seorang pewaris perusahaan tunggal.
Bagaimana kisahnya, apa yang akan terjadi selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Layangan Kertas
Sepagi ini Alis sudah berada dilapangan hijau dengan beberapa buah layangan kertas ditangannya. Dia ingin memainkan layang-layang tersebut untuk mengobati rasa rindunya pada kedua orang tuanya. Ia ingin mengingat-ingat saat-saat kebersamaan mereka yang disetiap akhir pekan sore selalu diwarnai dengan permainan layang-layang.
Sedangkan Riyan, dia sudah berangkat kekantornya, karena ada pekerjaan yang harus diselesaikannya. Walaupun hari ini adalah hari libur. Bertepatan dengan tanggal merah hari nasional.
"Kakak, apa yang kakak bawa itu?" Tunjuk seorang anak kecil laki-laki yang berusia kisaran 7 tahun, pada layangan yang terdapat ditangan Alis. Dia menatap penuh minat kearah benda tersebut.
"Layangan." Jawab Alis menatap kearah anak kecil tersebut. "Nama kamu siapa?" Tanya Alis kemudian, dia tampak berjongkok mensejajarkan tingginya dengan anak kecil yang sebatas dadanya tersebut.
"Arfan," jawabnya. "Nama kakak siapa?" Tanyanya kemudian.
"Alis!" Jawab Alis dengan senyum tipisnya. "Kita main bersama, bagaimana?" Ajak Alis pada Arfan.
Arfan mengangguk senang dan dia tersenyum manis, beberapa kali ia melompat girang.
Alis tampak tertegun dengan senyum manis Arfan. Ia mengalihkan pandangannya kearah sisi lapangan. Hatinya teriris melihat senyum manis tersebut. Entah kapan senyuman itu akan dimilikinya lagi setelah menghilang beberapa tahun lamanya.
Alis kembali mengingat-ingat masa-masa kecilnya yang bahagia dengan senyum tulus. Bahkan keceriaan yang luar biasa disetiap harinya. Senyum manis itu juga pernah dia miliki, tapi hanya mempir sesaat, senyum itu sudah hilang terenggut oleh seseorang dimasa lalunya.
"Kakak, kapan mainnya?" Tanya Arfan sambil menarik ujung baju Alis.
Alis tampak tersentak dari lamunannya. Dia kembali kealam sadarnya, dan menatap kearah Arfan dengan senyum tipisnya. Rupanya Arfan sudah tidak tahan lagi untuk menunggu berlama-lama.
Biarlah kali ini ia akan membagi bahagianya disini, bersama anak kecil ini. Ya, anak kecil yang mengajarkannya untuk selalu tersenyum disetiap keadaan dan senyuman tanpa beban.
Alis menatap kesekitarnya untuk merasakan keberadaan angin. Terlihat dedaunan terombang-ambing lembut diatas tanah. Sekali lagi, Alis memastikan hembusan angin. 'Waktu yang sempurn,' pikir Alis. Didukung dengan cuaca pagi yang begitu cerah.
Alis menatap kearah Arfan yang tidak pernah melepaskan pandangannya dari pergerakan Alis. "Kakak sedang apa?" Tanya Arfan yang begitu ingin tahu.
"Kakak sedang merasakan tiupan angin dan arah angin. Kalau ada angin, berarti layangan bisa naik dan terbang. Tapi kalau tidak ada angin, maka layangannya tidak bisa naik." Jawab Alis dengan menatap Arfan.
Arfan yang mengerti pun menganggukan kepalanya. "Apa anginnya ada?" Tanyanya lagi.
"Ada, coba kamu lihat dedaunan disana, bergerak-gerakan? Nah, itu tandanya ada angin." Jawab Alis lagi.
"Oh. Berarti bisa main sekarang kan ka?" Tanya Arfan yang sudah tidak sabar lagi.
Alis meletakkan beberapa layangannya ditanah dan menyisakan sebuah layangan ditangannya. Ia menatap kearah Arfan dan mengangguk. Alis menyerahkan satu buah layangannya pada Arfan untuk dipegang dengan tinggi. Ia mengerahkan pada Arfan agar menghadap kearah datangnya angin. Dan bergerak mundur dengan perlahan. Sementara Alis tampak mengulurkan gulungan benang layangan ditangannya. Setelah cukup jauh, ia meminta Arfan untuk melepasnya dan Alis pun berlari untuk menaikkan layangan tersebut. Alis menarik benangnya untuk memberi sedikit tegangan dan meluncurkan layangan keudara.
Berhasil!
Satu buah layangan sedang berusaha untuk naik keatas, mengangkasa. Alis melepaskan benang layangan untuk membuat layangan mengangkasa lebih tinggi lagi, sambil ditariknya agar layangan mampu bertahan dengan posisi tenang.
Arfan tampak bersorak girang setelah melihat layangan yang berwarna merah itu mengangkasa dengan bentuk yang sangat kecil.
Beberapa anak-anak yang lain tampak mendekat, begitu juga dengan remaja. Mereka begitu tertarik dengan permainan layangan Alis.
Alis kembali menaikan keempat buah layangannya dengan dibantu anak-anak yang lain. Hingga kelima buah layangan tampak berjejer diangkasa. Alis tersenyum puas.
💦💦💦
Al sedang jogging, kali ini tujuannya adalah lapangan hijau. Setibanya Al dilapangan, ia tampak terkesiap melihat keadaan lapangan yang ramai dan dipenuhi oleh kalangan remaja dan anak-anak. Al merasa heran, karena tidak biasanya lapangan terlihat seperti ini. Apa ada pertandingan? tanya Al dibenaknya.
Al juga melihat kearah pandangan anak-anak yang tampak menunjuk-nunjuk kearah atas. Al yang penasaran pun ikut mendongakkan kepalanya. Tampak berjejer kelima layangan dengan berbagai bentuk. Apa ada pertandingan? Kembali benak Al dipenuhi teka-teki. "Inikan bukan even pertandingan layangan?" Gumam Al pada dirinya sendiri.
Ini yang pertama kalinya Al melihat layangan dimainkan dilapangan ini. Apalagi permainan layangan ini, begitu jarang dimainkan pada zaman sekarang. Al begitu takjub melihat layangan tersebut, ia ikut tersenyum melihat layangan yang tampak menari-nari diudara.
Al mencoba mendekat untuk melihat pars pemain layangan tersebut. Ia begitu penasaran dengan para pemain, orang dewasakah yang memainkannya? Benak Al tidak berhenti dari berbagai tanda tanya yang muncul.
"Kak, lihat disana! Layangannya kecil sekali!" Tunjuk Arfan keheranan dan tampak heboh setelah Alis kembali mengulur benang layangannya.
Alis menganggukan kepalanya dan tersenyum kearah Arfan. Hatinya terasa plong ditambah dengan keberadaan Arfan yang menambah suasana semakin manis.
Al menatap kearah anak kecil yang tampak heboh karena kegirangan bermain layangan tersebut. Al ikut tersenyum karena kebahagiaan yang ditularkan oleh anak kecil tersebut. Al kembali menatap kearah layangan diatas yang sedang mengudara. Begitu indah. Kemudian Al menatap pada gadis yang memegang salah satu benang layangan tersebut yang membelakangi dirinya.
Deg.
"Alis?" Gumam Al tanpa sadar. Al menatap Alis dengan lekat bahkan ia memposisikan dirinya duduk dilapangan tersebut yang tepat berada dibelakang mereka. Namun cukup jauh keberadaannya dari Alis.
"Seperti kembali kezaman nenek dulu, ditahun 1997, semua anak-anak tampak bahagia saat bermain layangan. Bahkan langit pun dipenuhi oleh layangan disetiap pagi dsn sore hari." Tiba-tiba seorang nenek yang berumur 50 tahun sudah berada didekat Al dan duduk disampingnya.
Al menatap kearah nenek tersebut dengan tersenyum, dan dibalas anggukan oleh nenek tersebut.
"Layangan itu bagi anak-anak adalah gambaran keinginan yang tinggi. Bahkan saking tingginya, mereka ingin mencapai langit." Kata nenek Mira dengan kembali menerawang menatap layangan.
Al memalingkan wajahnya kearah nenek Mira. Ia begitu penasaran dengan kata-kata nenek Mira barusan.
"Coba kamu tatap gadis itu." Tunjuk nenek Mira pada Alis.
Al pun menatap kearah Alis sesuai dengan intruksi nenek Mira.
"Gadis itu punya rasa rindu yang dalam namun ia bisa membuat emosinya tenang. Bahkan ia punya luka yang dalam, tapi ia mampu menutupnya. Hanya menutupnya, bukan menyembuhkannya. Dan kamu tahu nak, dia juga punya harapan yang tinggi tentang semua itu." Kata nenek Mira dengan menepuk-nepuk punggung Al beberapa kali.
Al yang menatap kearah Alis, yang tampak tidak pernah lepas memandang layangannya. Alis terlihat tenang namun seperti memendam sesuatu.
Nenek itu benar, Alis punya sesuatu yang ada didalam dirinya. Mungkin semacam kerinduan. Mungkinkah dulu dia sering bermain layangan sehingga begitu piawai dalam memegang kendali. Al hanyut dalam pemikirannya tentang seorang Alis hingga tidak menyadari kepergian nenek tadi.
Tiba-tiba dering handphone Alis membuyarkan lamunannya. Entah kenapa selama dilapangan ini, Alis sering melamun bahkan ia tidak menyadari beberapa anak yang mendekatinya dan berbicara dengan Arfan. Alis menatap kearah handphonenya, tampak dilayar ponselnya tertera nama Januar yang memanggilnya. Alis bergegas mengangkatnya. Ia tampak mengangguk dan kembali mematikan handphonenya setelah mendapat konfirmasi dari Januar tentang pertemuannya siang nanti sekitar jam 11.00 wib dengan seorang yang berasal dari Australia.
Semua gerak-gerik itu tidak pernah luput dari pandangan Al.
Alis menatap kearah jam tangan yang bertengger manis dipergelangan tangannya. Masih ada waktu waktu yang tersisa sekitar 65 menit.
"Arfan, kakak ada kesibukan. Layangannya buat kamu aja ya. Bisa dibagi bersama teman-temannya juga." Kata Alis memandang kearah Arfan.
Arfan tampak antusias mendengarnya. Ia mengangguk dan mengucapkan terima kasihnya. Begitu juga dengan anak-anak lainnya.
"Kamu bisakan menurunkannya, seperti yang kakak ajarkan tadi. Kalau kamu tidak kuat, kamu bisa minta bantuan Rio." Tunjuk Alis pada anak remaja yang ikut bergabung bersama Alis.
Arfan tersenyum manis dan mengangguk. Ia menatap Alis. "Kakak, lain kali kita main lagi ya?" Pinta Arfan pada Alis.
Alis menatap kearah Arfan dan ia menganggukan kepalanya. Alis berlalu darisana dengan diiringi sepasang mata.
"Dibalik diammu, ternyata kamu pribadi yang hangat dan penyayang, Lis." Kata Al yang mengingat Alis saat bercengkrama dengan anak-anak tersebut. Al merebahkan tubuhnya dilapangan hijau tersebut dengan terus menatap layangan yang tampak indah diangkasa.
💦💦💦
padahal cerita bagus tapi sampai bab ini maaih belum jelas inti cerita nya..
jadi males bcnya🙄
kalian team mna?🤭
siapa sbenarnya yg punya dendam pd alis🤔
pasti penyesalannya seumur hidup
sbenernya peran utama si cwok siapa thor?
entahlah😁
* irfan itu bukannya temennya al? knp jadi temennya angga di eps ini? bukannya temen deket angga cuman nando aja ya?