Di sudut sebuah toserba 24 jam yang sepi, seorang pemuda berdiri di balik kasir. Namanya Jin Ray.
Ray bukan pemuda biasa. Di balik seragam toserba berwarna oranye norak yang ia kenakan, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Ada luka sayatan tipis di alis kirinya dan bekas jahitan lama di punggung tangannya. Tatapannya tajam, waspada, seperti seekor serigala yang dipaksa memakai kalung anjing rumahan.
“Tiga ribu lima ratus won,” ucap Ray datar. Suaranya serak, berat, jenis suara yang dulu membuat orang gemetar ketakutan saat ia menagih utang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetangga Baru yang "Beracun"
Pagi itu dimulai dengan buruk bagi Jin Ray.
Langit Seoul cerah, burung berkicau, dan aroma kopi tercium dari kafe-kafe di Gangnam. Namun, di depan toserba tempatnya bekerja, Ray berdiri mematung sambil memegang kotak kardus berisi barang-barang pribadinya: sikat gigi, mug retak, dan sepasang sandal jepit.
“Maafkan aku, Ray,” kata pemilik toserba, Paman Kim, yang tidak berani menatap mata Ray. “Kau tahu aku menyukaimu. Kau rajin, dan sejak kau jaga malam, tidak ada lagi yang berani mencuri. Tapi...”
“Direktur Kang Min-Ho?” tebak Ray datar.
Paman Kim mengangguk lemah. “Seseorang dari Grup Kang menelepon. Mereka bilang akan membeli gedung toserba ini dan meratakannya dengan tanah kalau aku masih mempekerjakanmu. Aku punya anak yang kuliah, Ray. Aku tidak punya pilihan.”
Ray menghela napas panjang. Min-Ho benar-benar picik. Pria itu punya kekayaan untuk membeli pulau, tapi memilih menggunakan kekuasaannya untuk memecat seorang kasir shift malam.
“Tidak apa-apa, Paman. Jaga dirimu.”
Ray berjalan menjauh, menendang kerikil di trotoar. Sekarang dia pengangguran. Tanpa gaji, bagaimana dia bisa melindungi Hana? Dia butuh uang untuk makan, bensin skuter, dan mungkin membeli senjata baru dari Sistem.
TING!
Panel biru muncul, seolah mengejek kemalangannya.
[Status Terkini: Pengangguran & Tunawisma (Sebentar Lagi).]
[Peringatan: Jarak aman dengan Target (Choi Hana) terlalu jauh. Respon darurat akan terlambat 15 menit jika Anda tinggal di atap sewaan lama.]
[Misi Baru: Tetangga Masa Depan.]
[Tujuan: Pindah ke radius 10 meter dari Choi Hana.]
[Hadiah: Membuka Fitur 'Home Base'.]
[Dana Tersedia (Karma): 450 Poin.]
Ray berhenti melangkah. Radius 10 meter? Itu berarti apartemen yang sama. Atau lebih tepatnya, unit di sebelah Hana.
Ray ingat Hana tinggal di unit 704. Unit 705 di sebelahnya selalu kosong. Hana pernah bilang tidak ada yang betah tinggal di sana karena "hawanya berat".
Bagi orang biasa, itu rumah hantu. Bagi Ray, itu peluang diskon.
Kantor Agen Properti Gangnam
“Unit 705?” Agen properti itu, seorang wanita paruh baya dengan kacamata tebal, menatap Ray dengan curiga. “Anak muda, kau yakin? Sewanya memang sangat murah, tanpa deposit. Tapi penyewa terakhir lari di tengah malam sambil berteriak tentang lendir yang hidup di dinding.”
“Saya suka lendir,” jawab Ray asal. “Saya ambil. Kapan bisa masuk?”
“Sekarang juga kalau kau mau. Tanda tangan di sini. Asuransi jiwa tidak termasuk.”
Ray menandatangani kontrak itu. Dia menggunakan sisa tabungan uang tunainya untuk membayar sewa bulan pertama. Dompetnya kini setipis kertas, tapi setidaknya dia punya markas.
Apartemen Unit 705 – Sore Hari
Ray membuka pintu unit barunya. Bau apek langsung menyengat hidung. Ruangan itu gelap meski di siang hari, jendelanya tertutup debu tebal.
Dan benar saja. Ini bukan debu biasa.
Di sudut langit-langit, di balik wastafel dapur, dan di bawah sofa tua yang ditinggalkan pemilik sebelumnya, ada gumpalan-gumpalan berwarna hijau tua yang berdenyut.
[GLITCH TERDETEKSI!]
[Monster: Mold Slime (Lendir Jamur).]
[Level: 5]
[Sifat: Menyerap semangat hidup penghuni sampai mereka depresi.]
“Pantas saja tidak ada yang betah,” gumam Ray. “Tempat ini sarang depresi.”
Seekor Mold Slime menetes dari langit-langit, mendarat di bahu Ray dengan bunyi plok. Cairan lengketnya mulai membakar jaket Ray.
“Hei, jaket ini mahal,” gerutu Ray.
Ia membuka [Toko Item]. Dengan 450 Karma yang dimilikinya, ia harus bijak. Dia tidak butuh pedang besar. Dia butuh alat kebersihan.
[Membeli Item: "Semprotan Pemutih Dosa" (100 Karma)]
[Deskripsi: Efektif membunuh kuman, bakteri, dan monster tipe Lendir/Cair. Wangi Lemon Segar.]
Sebotol semprotan pembersih muncul di tangannya. Ray mengocoknya, lalu menyeringai.
“Waktunya bersih-bersih.”
Ray mulai menyemprotkan cairan itu ke arah Slime di bahunya.
PSSST!
“Kiiiieeek!” Slime itu menjerit dengan suara seperti balon kempes, lalu mendesis dan menguap menjadi asap beraroma lemon.
Pertarungan itu berlangsung selama satu jam. Ray berlarian di apartemen sempit itu, melompati sofa, berguling di lantai, menembaki puluhan gumpalan lendir yang mencoba melahapnya.
Satu Slime besar, induknya, muncul dari lubang toilet. Ray tidak gentar. Dia melemparkan botol semprotan itu ke dalam mulut Slime yang menganga, lalu menendangnya masuk.
BOOM! (Ledakan kecil berbusa).
Toilet itu kini bersih mengkilap, dan induk Slime musnah.
[Unit 705 Telah Dibersihkan!]
[Markas Didirikan.]
[Bonus Tetangga: Anda bisa mendengar suara dari unit sebelah dengan lebih jelas (Fitur Pasif).]
Ray menghempaskan tubuhnya ke lantai yang kini bersih. Napasnya terengah-engah. Apartemen ini kosong melompong, tapi setidaknya aman.
Tiba-tiba, terdengar suara kunci pintu unit sebelah berbunyi. Hana pulang kerja.
Ray bangkit, merapikan rambutnya yang acak-acakan, dan membuka pintu apartemennya tepat saat Hana hendak masuk ke unit 704.
“Selamat sore, tetangga,” sapa Ray, bersandar di kusen pintu dengan gaya sok keren (yang dipaksakan).
Hana melompat kaget, tas kerjanya hampir jatuh. Dia menoleh dan matanya membulat sempurna. “Ray-ssi?! Apa yang kau lakukan di situ? Itu unit hantu!”
“Hantunya sudah diusir. Aku penyewa baru,” kata Ray santai. “Bos memecatku, jadi aku pindah ke tempat yang lebih murah. Kebetulan sekali, ya?”
Wajah Hana berubah dari kaget menjadi cerah. Sangat cerah.
“Kau... tinggal di sini? Tepat di sebelahku?”
TING!
Di atas kepala Hana, angka itu mulai naik lagi.
[Affection: 72 -> 76/100]
[Status: Berdebar Kencang]
Langit di luar jendela tiba-tiba mendung gelap. Suara guruh menggelegar di kejauhan.
[PERINGATAN! Segel Retak!]
[Bahaya: Target terlalu senang karena kedekatan fisik.]
[Tindakan Segera: Matikan suasana romantis ini!]
Ray panik. Gadis ini terlalu mudah jatuh cinta! Baru jadi tetangga saja sudah mau kiamat. Ray harus bertindak cepat. Dia harus menjadi tetangga yang menyebalkan.
“Ya, aku tinggal di sini,” kata Ray, mengubah nada suaranya menjadi datar dan sedikit kasar. “Dan ngomong-ngomong, dinding di sini tipis. Jadi kalau kau menonton drama Korea tengah malam sambil menangis-nangis, tolong volumenya dikecilkan. Aku butuh tidur.”
Senyum Hana sedikit luntur. “Oh... maaf. Aku memang suka nonton drama, tapi...”
“Dan satu lagi,” potong Ray, menunjuk sepatu Hana di depan pintu. “Sepatumu menghalangi jalanku 2 sentimeter. Tolong dirapikan. Aku suka ketertiban.”
Hana mengerjap. “Ray-ssi, kau... cerewet sekali hari ini. Seperti kakek-kakek.”
Ray menahan diri untuk tidak minta maaf. “Ini aturan hidup bertetangga. Jangan berharap aku akan meminjamkan gula atau garam.”
Ray masuk ke apartemennya dan membanting pintu. BLAM!
Dia bersandar di balik pintu, jantungnya berdebar kencang. “Apa itu cukup jahat? Apa dia membenciku?”
Ray mengintip lewat lubang intip pintu.
Di luar, Hana bukannya marah, malah terkikik pelan. “Dasar Ray-ssi. Pura-pura galak padahal wajahnya merah.” Hana merapikan sepatunya sambil bersenandung kecil, lalu masuk ke apartemennya.
TING!
[Affection: 75/100 (Stabil di ambang batas).]
[Analisis: Target menganggap perilaku kasar Anda sebagai "Tsundere" (Dingin di luar, hangat di dalam).]
[Kesimpulan: Gagal Total membuat dia kesal.]
Ray merosot ke lantai, menutupi wajahnya dengan tangan. “Sial. Kenapa dia malah suka tipe tsundere? Aku harus bagaimana lagi? Membuang sampahnya sembarangan?”
Malam harinya.
Ray duduk di lantai apartemennya yang kosong, memakan mi instan cup sebagai makan malam. Dia belum punya furnitur, hanya kasur lipat dan kotak kardus sebagai meja.
Tok tok tok.
Pintu diketuk.
Ray membuka pintu. Hana berdiri di sana, mengenakan pakaian rumah yang santai, membawa sebuah piring tertutup. Aroma sedap menguar dari piring itu.
“Aku masak Japchae (bihun goreng korea) terlalu banyak,” kata Hana, menyodorkan piring itu. “Sebagai syukuran pindah rumah. Dan... aku janji akan mengecilkan suara TV.”
Ray menatap Japchae itu. Perutnya berbunyi. Dia sangat lapar. Tapi dia ingat misinya: Jangan biarkan dia terlalu jatuh cinta.
Menerima makanan buatan tangan adalah bendera romansa yang besar.
Ray mengambil piring itu. “Terima kasih,” katanya dingin. Dia mengambil sumpit, mencicipi sedikit di depan Hana.
Rasanya enak sekali. Gurih, manis, sempurna. Masakan rumah yang sudah bertahun-tahun tidak Ray rasakan. Dia ingin menangis saking enaknya.
Tapi Ray harus berbohong.
Dia meletakkan sumpit dengan kasar. “Terlalu asin,” komentar Ray, memasang wajah jijik (dengan susah payah). “Dan wortelnya kurang matang. Kau yakin ini Japchae? Rasanya seperti karet gelang berbumbu.”
Senyum Hana menghilang. Matanya menyiratkan rasa terluka. “Ah... benarkah? Padahal aku sudah mencicipinya tadi...”
“Lidahmu mungkin bermasalah,” tambah Ray kejam. “Tapi karena aku tidak mau buang makanan, aku akan habiskan. Lain kali, beli saja.”
Hana menunduk, memainkan ujung bajunya. “Maaf kalau tidak enak. Selamat malam, Ray-ssi.”
Hana berbalik dan masuk ke unitnya dengan bahu merosot.
TING!
[Affection: 73/100 (Sedikit Kecewa).]
[Segel: Aman.]
[Karma Didapat: +10 (Poin Pengorbanan Perasaan).]
Ray menutup pintu, mengunci ganda. Segera setelah pintu tertutup, dia menyambar piring Japchae itu dan memakannya dengan lahap seperti orang kelaparan.
“Maafkan aku, Hana,” gumam Ray dengan mulut penuh bihun. “Ini enak sekali. Sumpah, ini enak sekali.”
Saat Ray sedang menghabiskan sisa makanan sambil merasa bersalah, jendela apartemennya—yang berada di lantai 7—diketuk dari luar.
Ray tersedak. Lantai 7. Siapa yang mengetuk jendela?
Ray perlahan mendekati jendela, menyibakkan tirai debu.
Di luar sana, melayang di udara, adalah sebuah Drone canggih berwarna hitam dengan logo emas kecil: KANG Group.
Drone itu memancarkan sinar merah, memindai wajah Ray, lalu memproyeksikan sebuah hologram kecil di kaca jendela. Wajah Kang Min-Ho muncul, tersenyum miring.
“Menikmati makan malam barumu, Tetangga?” suara Min-Ho terdengar dari speaker drone. “Langkah yang cerdik, pindah ke sebelahnya. Tapi kau lupa satu hal, Ray.”
“Apa maumu?” tanya Ray pada kaca jendela.
“Apartemen itu murah bukan cuma karena hantu,” kata Min-Ho. “Gedung itu milik anak perusahaanku. Dan besok pagi, kami akan mematikan air dan listrik untuk unit 705 dengan alasan... perbaikan pipa tak terbatas.”
Min-Ho tertawa pelan. “Selamat menikmati hidup dalam gelap dan bau, Pahlawan. Mari kita lihat berapa lama Hana akan betah punya pacar yang tidak mandi.”
Hologram mati. Drone itu terbang menjauh ke langit malam.
Ray menatap kegelapan kota Seoul. Dia baru saja menang melawan monster lendir dan perasaannya sendiri, tapi sekarang dia harus melawan birokrasi dan utilitas gedung.
“Sistem,” panggil Ray.
[Ya, Host?]
“Apakah ada item di toko yang bisa membajak listrik dan air ilegal?”
[Ada. 'Kit Bertahan Hidup Pemukiman Kumuh'. Harga: 200 Karma.]
[Tapi saran saya: Mulailah mencari uang sungguhan. Pacaran butuh modal.]
Ray tersenyum getir. Perang ini makin konyol. Tapi demi Japchae yang enak ini (dan keselamatan dunia), Ray tidak akan menyerah.
“Baiklah, Min-Ho. Kau matikan lampuku, aku akan bersinar dalam gelap.”