Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
Pagi itu toko kue Sweet&Sugar Cake milik Selena terlihat sedikit lebih ramai dari biasanya. Bel pintu terus berbunyi tiap beberapa menit, menandakan pelanggan yang masuk untuk membeli roti hanya untuk sekedar sarapan pagi.
Diarea meja kasir sudah dipenuhi banyak struk pembelian, dan aroma butter dari oven yang baru menyala membuat ruangan itu terasa hangat.
Sedangkan, Selena juga sudah sibuk dipantry. Ia menggulung lengan bajunya dan memeriksa adonan yang belum selesai ia bentuk. Tangannya bergerak dengan cekatan, meski pikirannya sibuk ke sana kemari.
Dan, Lily juga sudah kirim pesan sejak pagi buta, ia mengatakan kalau pelanggan mulai menanyakan pastry yang kemarin laris itu. Dan toko kue sendiri juga punya antrean pesanan yang tidak sedikit.
“Bu, pesanan pengantaran jam sembilan sudah saya susun semua. Tinggal dicek ulang,” ucap Dina tiba-tiba melangkah masuk dari pintu pantry, membawa clipboard seperti biasanya.
Selena mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari adonan. “Oke, nanti aku lihat. Kita harus pastikan semuanya pas ya, Din. Hari ini bakal ramai.”
“Ramai terus, Bu.”Jawab Dina sambil tertawa kecil. “Kalau Ibu kerja di dapur gini, staf di luar aja ikut semangat.”
Selena tersenyum tipis. “Aku cuma bantu sedikit. Sudah lama nggak turun tangan, jadi kangen.”Ujarnya seraya menepuk tepung dari tangannya dan beranjak menuju rak bahan, mengambil butter tambahan. Tapi sebelum ia kembali ke meja adonan, ponselnya yang ia simpan di saku apron berdering.
Selena berhenti sejenak. Merogoh saku apron dan melihat siapa yang menghubunginya.
Nama 'Ibu Ratna - Lawyer', terpampang jelas dilayar ponselnya.
“Din, aku angkat dulu ya,” ucap Selena pelan mendongak menatap kearah Dina.
Dina menganggukkan kepalanya lalu melangkah keluar, ia menutup pintu pantry pelan agar mengganggu pembicaraan Selena dan penelpon.
Begitu Dina pergi, Selena segera menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ditelinga kirinya. “Halo, Bu Ratna.”sapa nya lebih dulu
“Selena, selamat pagi. Maaf menghubungi mu di jam sibuk seperti ini, tapi ada kabar yang harus kamu tahu.”Kata Ibu Ratna dari seberang telepon
Selena memegang ujung meja dengan satu tangan nya. “Tentang sidang ya Bu?”
“Ya Sel. Jadwalnya sudah keluar.”
Selena diam sepersekian detik seraya melipat bibirnya kedalam. Dapur yang semula hangat tiba-tiba terasa lebih sempit.
“Kapan, Bu?”Tanya Selena lirih tapi masih bisa terdengar dengan jelas.
“Jumat depan, jam sembilan pagi. Sidang pertama, pembacaan gugatan.”Jawab Bu Ratna
Seketika saja, tubuh Selena menegang ditempat, udara dipantry semakin terasa menyesakkan dada. Tanpa sadar, air matanya tiba-tiba jatuh dari pelupuk matanya tapi dengan cepat Selena langsung menghapusnya. Ia berdehem pelan lalu mengangguk. “Baik, Bu. Saya hadir.”
“Nanti sore saya kirimkan surat panggilan sidangnya ya, supaya kamu bisa cek waktunya.”
“Iya, terima kasih.”
Setelah itu, sambungan telepon pun berakhir. Bahu Selena seketika langsung melemas seiring dengan hembusan nafas panjangnya, ia perpegangan pada tepian meja menatap kembali layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya sendiri, bukan lagi menampilkan foto pernikahannya bersama Erlan.
"Kuat Sel.. Kamu harus kuat. Setelah semua ini selesai, kamu harus bisa menjalani hari-hari mu seperti sedia kala... " Ucap Selena lirih seolah tengah memberi semangat untuk dirinya sendiri.
Setelah itu, Selena kembali menyimpan ponselnya kedalam saku apron. Kemudian, ia kembali fokus pada adonannya.
Ruang pantry kembali terasa sunyi selain hanya suara dari oven. Sunyi yang membuat Selena punya waktu sebentar untuk menenangkan diri.
Namun, tiba-tiba saja Dina muncul lagi dari balik pintu sambil membawa tablet.
“Bu… ini ada orderan masuk. Kayaknya urgent banget.”kata Dina berjalan mendekat
Selena mengangkat wajahnya menoleh sekilas kearah Dina. “Orderan apa?”
Dina menyodorkan tablet itu pada Selena.“Orderan dari rumah sakit Mentari Medika.”
Deg!
Sontak saja, Selena langsung menghentikan aktivitas nya, ia melirik menoleh kearah Dina. Tanpa diberitahu, Selena sudah tau tempat itu. ltu adalah tempat Erlan dulu bekerja. Tempat yang tidak pernah ia rencanakan untuk berhubungan lagi, bahkan lewat hal sekecil orderan kue sekalipun.
“Banyak?” tanya Selena datar sambil menerima table itu dari tangan Dina.
“Banyak, Bu. Untuk acara internal besok siang. Jumlahnya lumayan besar.”Jawab Dina
Selena diam sejenak. Matanya membaca detail orderan itu satu per satu, sementara jantungnya berdetak melambat, seperti merasakan sesuatu yang mengganjal menggerogoti perasaannya.
Melihat keterdiaman Selena, Dina ragu-ragu untuk bertanya. "Bagaimana Bu Sel? Apa kita sanggup ambil orderannya?"
Selena menutup tablet itu pelan. “Sanggup. Kita ambil saja orderannya,Din". Jawabnya seraya menyerahkan kembali tablet itu pada Dina.
Mendengar itu, Dina mengangguk lega. “Baik, Bu. Nanti saya koordinasikan.”
"Hmm..." sahut Selena hanya berdehem
Setelah itu, Dina lekas keluar dari pantry sambil mengetik sesuatu di tabletnya, meninggalkan Selena yang kembali berdiri di depan adonan. Namun, setelah pintu tertutup, tangan Selena tidak langsung bergerak lagi. Ia hanya menatap adonan yang setengah jadi itu, seolah kehilangan minat beberapa detik.
Orderan dari tempat itu.
Tempat yang ingin ia lupakan.
Tempat yang rasanya ikut berdiri sebagai saksi ketika rumah tangganya runtuh.
Selena menarik napas pelan, mencoba mengusir rasa sesak yang kembali merayap tanpa permisi. “Kerja, Sel… kerja,” gumamnya lirih, memaksa dirinya untuk bergerak.
Tangannya akhirnya kembali menyentuh adonan, membentuknya perlahan. Gerakannya lebih pelan dari tadi, tapi tetap teratur. Setiap kali menguleni, pikirannya mencoba menepis bayangan-bayangan lama yang muncul seperti asap dari oven.
Tidak lama, pintu pantry diketuk dua kali sebelum terbuka pelan da Pak Ardi muncul, rambutnya sudah tertutup topi koki dan tangan kiri nya membawa loyang kosong sedangkan tangan kanan masih memakai sarung oven tebal.
“Bu Sel,”panggil Pak Ardi“oven kedua sudah warming up. Kalau mau batch tambahan, tinggal kasih kode.”Ujarnya seraya meletakkan loyang kosong disamping Selena
“Saya lanjut cek chiller, ya.” Tanpa menunggu sahutan dari Selena, pak Ardi langsung berlalu begitu saja keluar dari pantry.
Tapi, baru saja pintu pantry tertutup. Terdengar lagi suara ketukan dari luar nya dan pelakunya adalah Dina.
“Bu Sel, maaf… saya ganggu lagi,” ucap Dina masuk pelan sambil membawa catatan baru.
“Saya sudah konfirmasi ke rumah sakit. Mereka minta beberapa menu khusus untuk acara besok. Dan, bagian konsumsi bilang mereka minta semua rotinya dari toko kita saja, Bu.”Imbuhnya
Selena mengerjapkan mata, sedikit terkejut. “Semua?”
Dina mengangguk. “Iya Bu. Katanya mereka sudah coba beberapa roti ditempat lain, tapi yang paling cocok cuma produk kita.”
Selena terdiam sejenak, mencoba menimbang-nimbang ucapan Dina.
" Ya sudah tulis saja semua permintaan mereka, Din,”ujar Selena pada akhirnya sambil menepuk tangannya untuk menghilangkan sisa tepung yang menempel. “Kita siapkan. Jangan sampai ada yang kurang.”
“Baik Bu, berarti hari ini kita bakalan kerja ekstra ya Bu... Capek!" keluh Dina bergurau
"Gak akan kerasa capeknya, Din kalo dapat tambahan bonus". Ucap Selena seraya melepas apron yang menempel ditubuhnya.
Mendengar kata 'bonus', seketika wajah Dina menjadi berbinar. Ia menatap Selena dengan penuh harap.
"Bu Sel mau kasih tambahan bonus yaa ?" ujar nya dengan hat-hati dan langsung diangguki oleh Selena.
"Iya, aku bakal kasih bonus tambahan buat semuanya". Sahut Selena seraya mengulas senyum cantik nya.
"Yess... terimakasih Bu Selena cantik!"
.
.
.
Jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih 🌹🎀
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang