Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 22 diserang atau menyerang...!
Sementara itu, jauh dari pelabuhan, Kael menerima laporan dari orang suruhannya.
Target masih di kota… tapi mereka terlihat siap.
Gadis itu mulai belajar menggunakan senjata api,dan ilmu bela diri....."
Kael menyeringai tipis. "Bagus… biar saja mereka bersiap.
Karena ketika waktunya tiba tak akan ada tempat untuk mereka bersembunyi."
Dan tanpa mereka sadari, pertarungan besar semakin dekat.
Malam itu langit Kota Selara mendung berat.
Angin laut berhembus kencang, mengaduk debu dan serpihan kayu dari pelabuhan tua.
Kael dan Damar berdiri di atas atap kapal kargo yang telah lama ditinggalkan, mengawasi gudang tua persembunyian yang mereka yakini sebagai sarang Gilhan dan Flo
Kael menyalakan sebatang rokok, lalu menghembuskan asapnya ke udara,matanya menyipit menembus kegelapan.
"Malam ini, mereka nggak akan sempat kabur," gumamnya pelan tapi tajam.
Damar mengangguk, rahangnya mengeras. "Aku akan pastikan Gilhan akan bertekuk lutut malam ini."
Di belakang mereka, puluhan anak buah bersenjata lengkap siap bergerak.
Mereka sudah menyusun rencana matang, masuk dari tiga arah depan, samping kanan, dan atap gudang.
Tapi satu hal yang mereka tidak tahu…Gilhan sudah lebih dulu membaca semua langkah mereka.
Beberapa jam sebelumnya, Gilhan dan Flo duduk di ruang tengah gudang dengan peta lusuh di atas meja kayu.
Gilhan menunjuk tiga titik merah di sekeliling bangunan.
"Mereka akan datang dari sini. Damar bukan tipe orang yang nekat menyerang dari satu sisi."
Flo memperhatikan dengan seksama, matanya menyipit penuh konsentrasi. "Jadi… kita serang balik..?
Gilhan tersenyum tipis. "Bukan sekadar menyerang balik… "kita jebak mereka."
Flo mengangguk mantap. Ia sudah tak lagi seperti dulu tubuh ramping nya gesit, tangannya luwes menggenggam senjata, dan pikirannya tajam.
Malam itu mereka berdua memasang jebakan senyap, ranjau kejut dan kawat baja, serta menyiapkan jalur tembak dari tempat tersembunyi.
Dan penyerangan pun dimulai
Tepat pukul 02.15 dini hari, Kael mengangkat tangannya.
"Sekarang.!!!"
Tiga tim penyerang terlatih menyelinap mendekati gudang dari berbagai sisi.
Salah satu orang membuka pintu samping perlahan…
"klik" suara kecil itu terlambat mereka sadari.
Dalam sekejap ledakan kecil menyala terang dari sisi kanan gudang.
Dua orang langsung tersungkur. Panik melanda, tapi sebelum mereka sempat mundur…
"TTAK… TTAK!"
Tembakan senyap dari arah atap mengenai dua orang lagi dengan presisi mematikan.
Flo,dengan posisi bidik sempurna menembak tanpa ragu.
Sementara Gilhan di sisi lain bergerak cepat di lantai bawah, menyerang dari arah belakang para penyerbu yang kebingungan.
"Selamat datang di perang ku,!" bisik Reno dingin di telinga salah satu anak buah Damar sebelum menjatuhkannya dengan satu pukulan keras.
Damar mengumpat keras saat menyadari mereka bukan sedang menyerang tapi diserang balik.
"Sialan… dia menjebak kita!"
Damar melompat ke dalam gudang dengan parang besar di tangannya.
Matanya membara saat bertemu pandang dengan Gilhan di tengah ruangan berasap.
"Akhirnya kita bertemu lagi…" suara Damar serak, penuh dendam.
Gilhan berdiri tegak, senjata di tangan, tapi matanya awas dan tajam. "Kau pikir aku bakal lari lagi?"ucap Gilhan tersenyum menyeringai.
Pertempuran jarak dekat pun meledak.
Damar kembali bertarung melawan Gilhan,sementara di luar Flo dan anak buah Damar baku tembak beberapa jebakan yang masih aktif, menjadi keberpihakan kepada Gilhan dan Flo..
Sementara Gilhan dan Damar bertarung sengit di dalam gudang, suara benturan besi dan peluru beradu dengan suara napas keras mereka, saling bersahutan..
Flo menggerakkan tubuhnya cepat, melompat dari satu tumpukan peti ke peti lain, menjatuhkan satu per satu anak buah Damar dengan tembakan dan tendangan yang terlatih. "Kalian datang ke tempat yang salah," gumamnya.......