NovelToon NovelToon
Jodohku Adalah Sahabat Dari Mantan Ku

Jodohku Adalah Sahabat Dari Mantan Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agnura

cerita ini aku ambil dari kisah aku sendiri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps # kak Angga menjebak jen

Hari itu matahari masih malu-malu muncul dari balik awan, sinarnya menembus tirai jendela kamarku yang sedikit terbuka. Udara pagi terasa lembut, aroma deterjen dari cucian yang kujemur menyatu dengan wangi sabun dari kamar mandi. Hari ini tanggal merah, artinya aku libur sekolah.

Aku memutuskan untuk tak ke mana-mana, cukup di rumah saja beres-beres, nyapu, nyuci, dan bantu mamah seperti biasanya. Kegiatan sederhana yang rasanya menenangkan. Aku masih memakai baju rumahan dan rambutku diikat seadanya, sementara dari luar jendela terdengar suara anak-anak kecil yang bermain sepeda di depan gang.

Baru saja aku selesai menjemur baju, ponselku bergetar di meja ruang tamu. Nama yang muncul di layar membuatku sedikit tertegun: Kak Angga.

Aku mengernyit heran. Ko dia nge chat aku sepagi ini apa dia gak kerja, Tapi aku tetap membuka pesan dari kak Angga

“Dek, kaka lagi di luar nih. Lagi sama Jen. Kaka mau nelpon kamu, angkat ya nanti.”

Jantungku berdegup tak karuan membaca nama itu Jen. Orang yang dulu pernah begitu aku cintai, tapi juga orang yang membuatku belajar tentang kecewa dan kehilangan. Sudah lama aku berusaha melupakan dia, menutup semua luka yang dia tinggalkan. Tapi kali ini, entah kenapa, hatiku kembali bergetar.

 “Iya ka,” jawabku singkat.

Beberapa detik kemudian, ponselku berdering.

Tringggggggg… tringggggggggg…

Tanganku sedikit gemetar saat menyentuh layar untuk mengangkat panggilan itu. Aku menempelkan ponsel ke telinga.

Awalnya hening. Tak ada suara siapa pun. Hanya terdengar suara kendaraan berlalu-lalang dan obrolan samar dari kejauhan. Aku bisa menebak mereka sedang di luar, mungkin di kafe atau tempat nongkrong biasa.

Dan benar saja, tak lama kemudian, terdengar tawa suara yang dulu sangat aku kenal. Suara Jen.

Nada tawanya masih sama, renyah, agak tinggi, dan terdengar begitu percaya diri. Hatiku terasa nyeri. Bukan karena aku masih mencintainya, tapi karena sakit hati yang belum benar-benar sembuh.

Mereka bercanda seperti dua orang yang sedang asik dalam dunia mereka sendiri. Aku hanya mendengarkan dalam diam, tak ingin bersuara karena takut mereka tahu aku lagi telepon sama kak Angga

Sampai akhirnya, suara Kak Angga terdengar jelas.

“Jen, loe sekarang masih pacaran sama Cila?”

Aku langsung menahan napas. Nama aku di sebut sama kak angga.

Suara Jen menjawab cepat, penuh semangat seperti biasa.

“Udah nggak ah! Udah lama, kami udah putus.”

Jawaban itu menamparku, walau aku sudah tahu jawabannya. Tapi entah kenapa, mendengar langsung dari suaranya membuat hatiku kembali retak.

“Terus loe sekarang sama siapa?” tanya Kak Angga, masih dengan nada santai.

“Gue sekarang lagi sama Mela, Cindy, sama Rumi,” jawab Jen ringan, seolah menyebutkan daftar makanan favorit.

Aku tercekat.

Jadi benar, dia punya banyak perempuan lain? Bahkan diucapkannya dengan nada bangga.

Mungkin dia kira aku tak lagi mendengar kan dia. Mungkin dia pikir percakapan ini hanya antara dia dan Kak Angga.

“Wah, pacar lo banyak banget, Jen. Kasih lah satu buat gue, gue lagi jomblo nih!” kata Kak Angga, mencoba mencairkan suasana dengan tawa.

“Boleh! Mau yang mana?” tanya Jen balik sambil tertawa.

Aku mendengar mereka berdua tertawa keras. Rasanya seperti ada yang menghantam dadaku. Aku mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.

“Aku mau Cila deh. Loe punya nomer Cila nggak?” suara Kak Angga berubah sedikit serius.

“Nggak punya, dia udah ganti nomer,” jawab Jen santai.

“Yah, tadinya mau minta nomer dia,” ujar Kak Angga pura-pura kecewa.

“Kok lo bisa putus sama Cila? Dia kan cantik,” tanya Kak Angga lagi, kali ini nadanya agak serius.

Hening sejenak sebelum Jen menjawab dengan tawa kecil.

“Dia emang cantik, tapi badannya berisi, agak gemoy gitu, nggak ada pinggangnya. Gue nggak suka. Mending pacar gue yang sekarang, mereka langsing-langsing semua.”

Aku terdiam. Dunia serasa berhenti.

Kalimat itu terdengar ringan di telingaku, tapi menusuk begitu dalam.

Tubuhku gemetar. Aku menatap pantulan diriku di cermin yng ada di kamar aku, ya, aku memang tak selangsing pacar-pacar barunya. Tapi aku tak pernah menyangka, hal itu yang membuatnya membenciku.

“Udah gitu, gue juga nggak tahu rumah dia di mana. Cuma pernah denger kalau bokapnya kaya, punya mobil beberapa. Tapi anaknya pake motor itu-itu aja. Mungkin dia miskin,” tambah Jen lagi, sambil tertawa kecil.

Rasanya ingin menutup telinga, tapi aku tetap mendengarkan.

Setiap kata seperti duri yang menusuk pelan tapi pasti.

Kak Angga diam sesaat. Nada suaranya berubah, terdengar tidak senang.

“Oh gitu alasan lo putus sama dia?”

“Iya lah, lagian pacar gue masih banyak kok,” jawab Jen enteng.

Ada jeda panjang. Lalu suara Kak Angga terdengar lagi, kali ini lebih pelan tapi tegas.

“Kalau Cila buat gue, boleh nggak?”

Aku tertegun.

Jantungku berdetak lebih cepat, entah karena terkejut atau karena bingung harus merasa apa.

Jen menjawab santai, seperti tak peduli.

“Boleh, asal lo cari sendiri nomernya. Dia mungkin udah ganti, soalnya udah putus sama gue.”

Setelah itu, tawa mereka kembali pecah, dan panggilan pun terputus.

 

Aku menatap layar ponselku yang kini gelap. Hening.

Suara mereka masih terngiang di kepalaku.

Lidahku kelu, dada sesak, mata terasa panas. Air mata akhirnya jatuh juga, menetes tanpa bisa kutahan.

“Begitu ya, Jen…” gumamku pelan.

Orang yang dulu aku bela, yang dulu aku percaya, ternyata bisa berkata sekejam itu.

Aku duduk di kursi sudut kamarku sambil memandangi langit yang mulai mendung.

Hujan turun pelan-pelan, seperti ikut merasakan perih yang ada di dadaku.

Aku memeluk lututku, mencoba menenangkan diri.

Tapi di sela-sela tangisku, aku justru teringat pada nada suara Kak Angga.

Ada sesuatu yang berbeda tadi. Nada bicaranya saat membelaku, saat ia berkata, “Kok lo bisa putus sama Cila? Dia kan cantik,” terdengar seperti sungguh-sungguh.

Dan saat ia berkata, “Kalau Cila buat gue boleh nggak?” entah kenapa aku merasa… ada sesuatu di sana. Sesuatu yang belum bisa kujelaskan.

Malamnya, sebelum tidur, aku membuka pesan dari Kak Angga.

Tak ada apa pun.

Tapi beberapa menit kemudian, ponselku bergetar lagi.

“Dek, maaf ya soal tadi. Kaka sengaja nelpon pas lagi sama jen.biar kamu tau sifat aslinya dia, Tapi jujur, abis denger dia ngomong gitu, kaka malah kesel. dek kamu nggak pantas dibahas kayak gitu. Kamu tuh baik, dan cantik apa adanya.”

Aku menatap pesan itu lama. Dadaku hangat, tapi juga bingung.

Aku gak membalasnya pesen dari ka Angga

“Nggak apa-apa ka, aku udah biasa. Udah lewat kok semua itu.” aku bilang cuma dalam hati

Namun Kak Angga kirim pesan lagi.

“ dek Kenapa gak balas pesan dari Kaka?

Dia menelepon hingaa 6 kali tapi gak aku angkat

Dan terus mengirim aku pesan gak aku bales hingga aku ketiduran.

Tiba-tiba pas pagi aku bangun lagi siap-siap mau berangkat ke sekolah..

1
Sterling
Asik banget ceritanya!
Agnura 🍑: terimakasih ka
total 1 replies
Agnura 🍑
pokoknya tunggu episode selanjutnya 🙏
Android 17
Wah, ga terasa udah kelar aja. Makasih thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!