Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Di Kamar Hotel
Elmo menghentikan mobil tepat di depan pintu sebuah club malam, satu-satunya club eksekutif di kota itu. Tamu-tamu yang datang adalah dari kalangan atas. Jamuannya pun di dalam tidak main-main berkelasnya, termasuk wanita-wanita yang siap menghibur sudah dijamin kebersihan dan servisnya.
"Anda yakin masuk sendiri, Tuan?," tanya Elmo melirik dari spion depan.
"Kamu tunggu saja di mobil. Aku tidak lama di dalam lalu kita akan lanjut ke suatu tempat," jawab Maheswara merapikan kaos hitam ketatnya. Kaos itu sangat ngepas di tubuhnya sehingga otot-otot lengannya begitu jelas terlihat, ditambah perutnya yang tak berlemak sama sekali, datar dan kotak-kotak, membuat penampilannya kali ini berbeda dengan kesehariannya yang identik dengan setelan jas. Di luar urusan penyakitnya itu, Maheswara adalah sosok pria idaman para wanita.
"Baik, Tuan,"
Seseorang membuka pintu mobil, mungkin dia bagian dari pengamanan pintu masuk club atau mungkin juga perantara.
"Selamat datang, Tuan," sapanya.
Maheswara mengangguk. Dia keluar dari mobil dan masuk ditemani pria tadi. Seperti itulah mereka memperlakukan tamu besar seperti Maheswara yang sudah begitu dikenal namanya di kota itu.
Begitu tiba di dalam, suasananya begitu beda. Penerangannya kurang. Hanya lampu sorot dan beam yang berputar-putar menambah semarak, serta DJ yang sudah mulai memainkan musik-musik andalannya.
Pria tadi mempersilakan Maheswara duduk di sebuah sofa yang sudah direservasi Elmo sebelumnya.
Di atas meja sudah ada beberapa botol minuman bermerek.
Maheswara meraih botol Azul, membuka dan menuangnya sedikit ke gelasnya. Dia meneguknya sedikit.
Tak lama, pria tadi kembali membawa seorang wanita bertubuh langsing, menggunakan mini dress hitam blink-blink dipadukan sepatu high heels hitam. Rambut panjangnya digerai oval dengan warna brown yang menyala. Dandanan nya hingga warna kukunya sangat stunning. Di tambah dengan alkohol, pastinya tidak ada pria yang mampu menolak wanita itu.
"Tuan, ini, namanya Leidy," ujar si pria.
Maheswara merogoh koceknya, mengeluarkan segepok uang dan menyerahkannya pada pria itu tanpa berkata apa-apa.
"Terima kasih, Tuan. Selamat bersenang-senang," pria itu pun pergi dengan senyuman yang sumringah.
Leidy mendekat dan duduk di samping Maheswara. Maheswara hanya meliriknya sebentar.
Leidy hendak menuangkan lagi minuman ke gelas Maheswara,
"Hentikan. Kita tidak akan lama di sini. Ayo pergi," ujar Maheswara menyentuh tangan Leidy.
"Anda orangnya memang to the point, Tuan,"
puji Leidy dengan gaya sensual.
Maheswara langsung beranjak sambil menelpon diikuti Leidy.
Mobil yang dikendarai Elmo sudah berada tepat di depan club.
Tuan dengan seorang ladies? Wow, menarik. (Elmo).
Maheswara membukakan pintu untuk Leidy.
"Ke hotel Four Point," perintah Maheswara pada Elmo. Elmo sebenarnya bukan supir yang harus mengantarkan Maheswara ke mana-mana, tetapi sejak mendapat penyakit itu, Maheswara benar-benar menutup diri dari sosial. Di sekelilingnya dia hanya ingin bertatap muka langsung dengan ibunya dan Elmo, sekretaris nya. Dulu ada Anggita, tunangannya, tetapi sejak putus dengan Anggita, kehidupan Maheswara menjadi sempit. Hanya ada ibunya dan Elmo. Bahkan dia tidak ingin menggunakan supir. Maka jadilah Elmo sekarang yang bertambah tugas menjadi driver pribadinya.
Leidy menggeser tubuhnya agar merapat ke Maheswara. Maheswara diam saja sambil memandang keluar jendela. Pelan-pelan tangan Leidy mulai berpetualang di area paha Maheswara.
Biasanya, Leidy akan mendapati reaksi dari tamunya ketika tangannya sudah mulai bermain. Tapi Maheswara beda. Dia diam saja.
Hmmm..permainan tuan ini pasti sangat menarik. Apalagi tubuhnya yang atletis. Pasti dia tahan lama. (Leidy).
Sepanjang perjalanan hanya Leidy yang membuat gerakan tambahan. Sedangkan Elmo fokus menyetir, Maheswara diam seribu bahasa.
Hotel yang dimaksud sudah di depan mata. Kamar Junior suite sudah terbooking atas nama Maheswara sendiri. Tidak berapa lama, kamar itu pun diisi oleh Maheswara dan Leidy.
"Kita mau langsung, Tuan? Atau Anda butuh pemanasan?," tanya Leidy dengan nada genit seraya merapatkan tubuhnya ke Maheswara.
"Langsung saja," jawab Maheswara menatap lekat pada Leidy.
Hmmmm..time to party. (Leidy).
Leidy mulai mengalungkan tangannya di leher Maheswara. Dia sedikit berjinjit dan mulai memainkan lidahnya di seputaran leher hingga bibir Maheswara.
Kenapa tidak terjadi apa-apa di bawah sana. (Maheswara).
Maheswara menarik pinggang Leidy agar tubuh Leidy semakin tak berjarak dengan tubuhnya. Dia berharap sedikit gesekan di bawah sana dapat membangunkan juniornya. Maheswara juga membuat gerakan tangan di sekitar pinggul Leidy.
Sepertinya memang tidak bisa. (Maheswara).
Tiba-tiba Maheswara mendorong tubuh Leidy. Leidy terkejut.
"Ada yang salah, Tuan?," tanya Leidy terperanjat.
"Permainan mu payah. Aku tidak tertarik lagi," ujar Maheswara sambil mengelap dengan tisu bekas lipstik Leidy di bibirnya.
Leidy menatapnya bingung. Bahkan mereka baru saja di awal.
"Apa Anda mau permainan yang lebih ekstrim?," tanya Leidy yang sudah mulai mengangkat ujung bawah dress-nya. Siap menyingkap sesuatu yang sangat disukai lelaki.
"Tidak perlu. Turunkan lagi dressmu,"
Maheswara merogoh sakunya, mengeluarkan segepok uang dan menaruhnya di meja.
"Ini bayaranmu. Aku tetap bayar full,"
Lalu dia menambah lagi beberapa lembar uang,
"Ini untuk makan malam mu, beli lah martabak atau apa pun yang kamu suka,"
Maheswara berjalan ke arah pintu dan keluar.
Leidy berdiri dalam kebingungan,
"Martabak?," Leidy memandang uang-uang itu dengan raut wajah pias.
**
"Cepat sekali Tuan, belum ada 15 menit," ujar Elmo seraya menjalankan mobilnya begitu Maheswara masuk ke dalam mobil.
"Aku pikir aku sudah sembuh ternyata belum," gumam Maheswara.
"Sudah sembuh, maksud Anda...,"
"Kau tahu Elmo, saat di klinik aku tidak sengaja menabrak seorang wanita, kami bersentuhan, dan aku merasakan dia berdiri dan menegang,"
Elmo terkejut. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresinya.
"Anda serius, Tuan?,"
"Padahal kau tahu, wanita itu berhijab dan menggunakan pakaian sangat tertutup. Tapi anehnya, punyaku bereaksi. Sedangkan tadi di depan ladies itu tidak terjadi reaksi sama sekali," keluh Maheswara.
Elmo berpikir sejenak.
"Ohh itu maksud Tuan supaya aku mencari tahu tentang wanita itu?,"
"Hhmmm. Cari tahu sedetail-detailnya. Lebih cepat lebih baik,"
psikologi mix religi💪