NovelToon NovelToon
Balada Cinta Suratih

Balada Cinta Suratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Cinta membuat seorang gadis bernama Suratih, menentang restu ayahnya. Damar, pemuda yang membuat hatinya lebih memilihnya daripada apa yang dikatakan orang tuanya, membuatnya mengambil keputusan yang sebenarnya mengecewakan sang ayah. Apakah Suratih akan bahagia membangun rumah tangga bersama Damar, setelah jalan yang dia tempuh salah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 22

"Abang yakin udah pada tidur, Tih! Lagi juga orang rumah gak akan ada yang bisa ngenalin lu, Tih! Penampilan lu udah kaya anak laki-laki beneran." jelas Damar, melirik Suratih dari kaca spion motornya.

Suratih menyandarkan kepalanya pada punggung Damar, dengan kedua tangannya yang memeluk erat perut Damar.

"Bismillah ya, bang!" gumam Suratih penuh harap.

"Abang beneran gak ada rasa kan sama Laras? Apa Laras bakal godain abang kalo tau Ratih ada di kamar abang?" imbuh Suratih, kembali dengan pikiran gak tenang.

Satu tangan Damar melepas stang motor, lalu menggenggam erat jemari ramping Suratih yang.

"Gak usah dibahas, cuma Ratih satu satunya wanita yang abang cinta. Masa depan abang, ya cuma kamu doang! Gak ada yang lain." jelas Damar tanpa ragu.

"Kalo misal kita beneran udah nikah, terus punya anak. Abang gimana ke Ratih?"

"Makin cinta lah!"

"Kalo Ratih berubah gendut, gak cantik lagi. Apa abang masih mau sama Ratih?"

"Lah ya gak bisa gitu lah. Abang punya duit, buat apa kalo gak bisa digunain dengan baik? Abang bakal usaha buat Ratih bisa merawat diri, buat diri kamu pantas mendampingi abang! Sama kaya abang, berusaha pantas buat dampingin kamu! Masa suaminya ganteng, tinggi, gagah, keren, banyak duit. Bininya penampilan kucel, seperti wanita kekurangan uang gitu! Sekarang aja pembantu pada cantik-cantik!" seru Damar panjang kali lebar.

"Jadi Ratih harus tetap cantik, bang? Jaga penampilan gitu?"

"Iya lah jaga penampilan. Emang kamu gak malu, kalo pergi dampingi abang yang penampilannya keren. Sementara kamu pake kaos dan koloran doang gitu? Mending abang pergi sendiri aja kalo begitu!" celetuk Damar tanpa perasaan.

"Iya juga sih! Tapi kan Ratih gak punya pakaian bagus, bang!"

"Yaelah, nanti kita beli yang banyak. Tapi nanti kalo udah jadi bini abang! Sekarang misi kita jalanin dulu ini rencana. Biar kita bisa nikah, Suratih ku sayang!"

"Iya abang ku sayang!" balas Suratih.

Suratih bisa bernafas lega, dirinya berhasil menyelinap masuk ke dalam kamar Damar tanpa ada yang menyadarinya. Semua penghuni rumah sudah terlelap. Dengan keadaan lampu yang padam.

"Kamu mau mandi duluan apa abang yang mandi duluan, Tih?" tanya Damar, meletakkan tas punggungnya di atas meja kerjanya yang ada di kamar miliknya.

"Ratih duluan deh, bang!"

"Ya udah sana, kamar mandi ada di sana! Handuk juga sudah ada di dalam sana. Kamu nanti pakai baju abang aja. Tar abang yang siapin baju ganti buat kamu, Tih!" jelas Damar, menunjuk di mana kamar mandi berada.

"Sip! Bang, pintu kamar jangan lupa dikunci!" beo Suratih sebelum menghilang di dalam kamar mandi, gak lama suara kran air berbunyi.

"Iya bawel!"

Damar mengunci pintu kamarnya, lalu mengeluarkan 2 potong kaos oversize berwarna putih miliknya, dan 2 celana boxer berwarna hitam miliknya. Gak lupa dengan helai segitiga Suratih yang sebelumnya sudah ia beli, dan miliknya.

"Kaya ada yang kurang, apa lagi ya!" pikir Damar, melirik tempat tidur, di mana ia meletakkan pakaian yang akan mereka berdua kenakan malam ini.

Lagi sibuk dengan pikirannya, Damar dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang disusul dengan suara Sumi dari depan kamarnya.

Tok tok tok.

"Mar, Damar! Lu udah pulang, tong?" tanya Sumi.

Damar menggaruk kepalanya frustasi, "Mampus aku! Aduh pake ibu lagi di depan kamar!"

Kreek.

Damar membuka pintu kamar mandi, pemandangan yang membutakan mata. Jika gak kembali disadarkan dengan suara nyaring Sumi, yang kembali menggema dari depan pintu kamarnya.

"Masyaallah, Ratih!" gumam Damar dengan jakunnya yang bergulir naik turun, tanpa Suratih sadari.

"Damar! Woy! Lu pulang malam lagi!" Sumi dengan nada yang lebih tinggi.

Suratih menoleh ke arah pintu kamar mandi, saat telinganya ikut mendengar suara Sumi.

"Bang! Itu suara ibu!" cicit Suratih dengan wajah panik, buru buru menutupi aset kembarnya dengan tangannya.

Damar dengan gugup, "I- iya iya abang tau, ka- kamu ja- jangan keluar dulu ya!"

Tanpa menunggu jawaban dari Suratih. Damar langsung menutup pintu kamar mandi.

Batas sabar Sumi lenyap sudah, berganti dengan teriakan dan gedoran di pintu kamar Damar.

Dugh dugh dugh.

"Damar! Budeg lu! Ibu lu ini yang lagi ngomong sama lu! Damar!" teriak Sumi.

Kreeeek.

Bugh.

Damar membuka pintu kamarnya, lalu menutup kembali pintu kamarnya dengan cepat. Saat ia sudah berdiri di depan pintu kamarnya yang kini tertutup rapat.

"Ibu berisik banget dah! Udah tau ini malam! Ibu ngapa teriak teriak sih?"cerocos Damar dengan wajah panik.

Sumi menatap curiga sang anak, "Ada yang lu sembunyiin di kamar? Kenapa buru buru lu tutup?"

"Ada apa bu? Kenapa sama bang Damar?" tanya Laras dengan wajah kantuknya.

Wanita yang biasa berjilbab itu, memperlihatkan rambut pendek sebahunya pada Damar dan Sumi. Dengan balutan setelan baju tidur lengan dan celana pendek. Bak demit yang muncul tanpa diundang.

"Astagfirullah Laras! Aurat kamu itu! Di jaga!" pekik Sumi dengan gelengan gak percaya dengan wanita yang hendak ia jodohkan dengan Damar.

‘Gak ada apa apanya kalo di bandingin dengan Ratih!’ pikir Damar, membuang pandangannya dari Laras yang tampak biasa di matanya.

"Kenapa bu? Toh cepat atau lambat, bang Damar juga bakal jadi suami Laras kan! Gak masalah juga lah kalo bang Damar lihat sekarang! Cuma tangan, rambut sama kaki yang dilihat!" jawab Laras dengan acuh, seakan sudah biasa dengan apa yang ia perlihatkan.

"Damar masuk dulu, bu! Ngantuk! Besok harus berangkat pagi-pagi banget!" beo Damar.

Bugh.

Tanpa menunggu jawaban dari Sumi, Damar langsung menutup pintu kamarnya, dan menguncinya dari dalam.

Damar langsung meraih pakain yang hendak ia kenakan.

"Tih, udah aman!" bisik Damar di depan pintu kamar mandi.

Kreeek.

Dalam balutan handuk, Suratih keluar dari kamar mandi, lalu mempersilahkan sang kekasih untuk gantian mandi.

"Abang gantian mandi!"

"Tunggu abang ya, Tih!" bisik Damar di telinga Suratih, sebelum menghilang masuk ke dalam kamar mandi.

"Ini beneran aku pake ini? Mana sarung gunung kembarnya ini? Jangan bilang bang Damar lupa beli!" pikir Suratih, sudah mengenakan bawahan yang disediakan Damar.

"Bang Damar lama amat mandinya!" keluh Suratih, menoleh ke kamar mandi yang masih tertutup rapat.

Rasa kantuk dan dingin di dalam kamar Damar, memak sa Suratih mengenakan kaos oversize tanpa helaian untuk menutupi aset kembarnya.

"Hoaaam!" Suratih menguap, saat ia membaringkan tubuhnya di sofa yang membuatnya nyaman. Sofa panjang yang terdapat di dalam kamar Damar.

Kreeeek.

***

Bersambung …

1
Jia
saya nonggol thor
Jia
lanjutkan up thor
Shafa Adeena
hadir
Be-Trhee
semangat untuk upgrade
Kinanti Putri
terus kan kak, di tunggu bab berikut nya
Kinanti Putri
semangat ya kak
Ummu Marhamah
bagus untuk karya mu kak, jangan lupa jaga kesehatan biar selalu up
Kiki Fitri
lanjutkan up nya kak
Kiki Fitri
is the best
Dinda Shaza
hadir kak
Amanda
sipppp keren banget thor
Amanda
keren
Alana
semangat terus thor
Nesia
keren banget nih💪💪💪😍
Sonia
💪💪💪💪💪 semangat terus thor
Nona
lanjutkan up nya kak
Ayah Fifi
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Donita
Bagus sih, lanjut
Fida
lanjutkan up nya kak
Jovanca
keren banget nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!