TERJEBAK DI HALAMAN CINTA

"Ibu.. Ibu.. kau dari mana saja, ? aku sudah lama menunggu mu, " ujar Ular kecil berwarna putih.

"Ibu... siapa yang dia panggil Ibu Chip, ?" tanya Mei len.

"Yang Ular putih kecil maksud, adalah anda Tuan, " jawab Chip.

"Apa!!!??" ujar Mei len kaget.

"Yah, anda yang dia panggil Ibu, " ujar Chip.

"Tidak Chip, itu tidak mungkin, " ujar Mei len tak percaya.

"Ibu, aku ingin Ibu, " ujar Ular putih berjalan secara berkelok-kelok menuju ke arah Mei len.

"Hey.. aku bukan Ibu mu, " seru Mei len merasa geli melihat bergerak anak ular itu.

"Ibu.. hiks kau jahat sekali, hiks.. kakak Rubah, kakak Harimau, lihatlah Ibu tak. mau mengakui ku, " ujar Ular putih dramatis.

"Dia memang bukan Ibu mu, tapi dia adalah Tuan kita, " ujar Rubah putih bijaksana.

"Maksud mu apa kakak Rubah, ?" tanya Ular putih bingung.

"Dia adalah Tuan kita, dan dia juga telah menyelamatkan kita, aku pikir kau telah tiada karna seseorang menggoreng mu, tapi ternyata Tuan juga telah menyelamatkan mu, jadi jangan kau panggil dia Ibu.. panggil lah dia Tuan, karna dia telah menyelamatkan kita bertiga, " ujar Rubah putih panjang lebar.

"Jadi begitu, lalu di mana Ibu kita, ?" tanya Ular putih sambil celingukan mencari keberadaan sang Ibu.

"Ibu kita telah tiada, karna masa mereka telah selesai, kini hanya ada kita yang menggantikan nya, dan kita harus terus berada di sisi Tuan, " jawab Rubah putih.

"Ternyata seperti itu.. maafkan saya Tuan, karna tak mengenali mu, dan malah menggapmu sebagai Ibu ku, " ujar Ular putih seraya mengepalkan kedua tangan nya di depan dada sebagai tanda memohon maaf dari Mei len.

"Sudah sudah, jangan berlebihan seprti itu, maafkan aku juga karna menghindari mu, jujur aku agak geli dengan bentuk mu, " ujar Mei len.

"Terimakasih Tuan atas kebaikan anda, kami semua terselamatkan, " ujar Ular putih.

"Tidak masalah, selama kalian mengikuti semua kata-kata ku, maka aku akan selalu memberikan tempat untuk kalian, tapi kenapa aku jadi mengumpulkan hewan putih semua,? " ujar Mei len heran dengan warna hewan-hewan spiritual itu.

"Putih melambangkan kesucian Tuan, dan mereka adalah hewan-hewan spiritual yang memiliki hati yang berpikiran bersih, mereka juga tak kan berkhianat kepada Tuan, " ujar Chip.

"Seperti itu ternyata, " ujar Mei len

"Tuan, sebaiknya anda segera kembali ke alam nyata, karna saya yakin Jeng dan Jing pasti sudah menunggu anda, " ujar Chip.

"Astaga.. hampir saja aku melupakan mereka, ya sudah, Rubah putih, Harimau putih dan kau Ular putih, tetap lah berada di ruang ajaib ini, kalian bebas melakukan apa saja, asal jangan menimbulkan kerusakan, apalagi pada tanaman-tanaman ku, dan untuk kolam air ajaib kalian boleh menggunakan nya sesuka hati, tapi jangan sampai mengotori nya, " ujar Mei len memberikan arahan pada hewan-hewan spiritual itu.

"Baik Tuan, " jawab mereka serentak.

"Keluar, " ujar Mei len.

"Nyonya... Nyonya.. anda di sebelah mana, ?" teriakan Jing terdengar oleh Mei len.

"Ternyata benar katamu Chip, mereka telah mencari ku, " ujar Mei len.

"Dari tadi mereka mencari anda Tuan, " jawab Chip.

"Aku sebelah sini, di arah kanan dari arah kalian, " teriak Mei len menjawab panggilan Jeng dan Jing.

"Ternyata anda di sebelah sini Nyonya, " ujang Jeng setelah bertemu dengan Mei len.

"Kenapa kalian terlihat khawatir seperti itu, ?" tanya Mei len melihat wajah mereka seperti sedang panik.

"Kami khawatir Nyonya tersesat, karna di dalam hutan di gunung ini masih banyak hewan buas nya, " ujar Jeng, di antara mereka berdua Jing jarang berbicara.

"Itu tidak akan terjadi, " ujar Mei len percaya diri.

"Lalu dimana tanaman yang aku minta kalian petik, ?" tanya Mei len lagi.

"Di tempat kita awal masuk Nyonya, dan kita juga menangkap beberapa hewan kecil, yang bisa anda masak, " ujar Jeng berharap Mei len memasak seperti yang mereka hirup aromanya dulu.

"Wah itu bagus sekali, ayo lebih baik kita sekarang kembali, karna matahari juga mulai tenggelam, aku yakin Bibi Chi lan pasti mulai khawatir padaku, " ujar Mei len.

"Baik Nyonya, " jawab mereka serentak.

"Ohh yah, mulai sekarang kalian jangan tinggal di atas pohon lagi, ikutlah dengan ku untuk tinggal di gubuk Bibi Chi lan, untuk sementara kalian bangun lah tenda, karna beberapa hari lagi setelah aku mendapatkan banyak uang, aku akan membangun gubuk Bibi Chi lan menjadi besar, " ujar Mei len.

" Apa tidak masalah, ?" tanya Jeng.

"kalian melapor saja pada kepala desa Chu, dan katakan kalian adalah pengawal ku, tunjukan saja plakan resmi kalian, pasti kepala desa Chu akan mengijinkan, " jawab Mei len.

"Baik Nyonya, " jawab Jeng

Mereka pun segera pulang, di area hutan itu sudah sangat sepi, para warga yang biasa nya berburu juga sudah pulang, karna hari memang sudah menuju malam, jadi jalanan juga sudah mulai sepi tanpa orang.

...................

"Perempuan pembawa sial itu ternyata hidup nya menjadi enak, aku tak mau dia merasakan hal itu, seperti nya aku harus menyusun rencana baru, " ujar nenek tua Mo yang selalu memperhatikan setiap pergerakan Chi lan.

Nenek tua Mo sangat serakah, dia selalu menginginkan apa yang di miliki Chi lan, dia tak akan merasa segan untuk merebut paksa apa yang di miliki Chi lan, dan demi keserakahan nya itu, dia pun rela mengorbankan cucu nya sendiri, untuk nenek tua Mo kekayaan adalah segala nya, jadi dia tak kan menghiraukan hal lain selain kekayaan yang akan dia raih.

"Dan untuk wanita muda itu.. yah aku harus segera mencari orang besar itu, " gumam nenek tua Mo yang terus menyusun rencana jahat dalam benak nya.

……………………………

"Tuan besar di depan ada Tuan muda, dia telah kembali dan ingin menemui anda, " ujar Ang.

"Biarkan dia masuk, " ujar Jenderal Max.

"Salam hormat untuk Ayah, " ujar Sam setelah berada di ruangan jenderal Max.

"Salam mu ku terima, bagaimana kabar mu putra ku, ?" ujar jenderal Max bertanya tentang kabar Sam.

"Aku baik-baik saja Ayah, lalu bagaiman kabar Ayah, ? " ujar Sam.

"Seperti yang kau lihat, " ujar jenderal Max.

"Seperti nya Ayah tak baik-baik saja, " ujar Sam sambil menatap wajah sang Ayah yang terlihat muram.

"Kau memang anak ku, " ujar jenderal Max terkekeh mendengar ucapan putra nya itu.

"Jangan menyembunyikan sesuatu dari ku Ayah, maka ceritakan lah apa yang membuat mu gelisah, " ujar Sam.

"Adik mu, dia.. tak ada di kediaman ini, " ujar jenderal Max.

"Adik yang mana Ayah, karna setauku ke dua adik perempuan ku itu sama sekali tak pernah ada yang meninggal kan kediaman ini, kecuali Mei ling yang sesekali akan keluar bersama teman-temannya, " ujar Sam.

Meski jarang berinteraksi dengan Mei len dan Mei ling, Sam selalu memperhatikan mereka, bahkan sifat-sifat kecil mereka pun Sam mengetahui nya, dan jika boleh jujur Sam lebih menyukai sifat Mei len, karna dia tak banyak tingkah, Mei len lebih patuh dari pada Mei ling.

"Adik mu hanya satu Sam, " ujar jenderal Max tak terima Sam menganggap Mei ling adik nya juga.

"Apa maksud Ayah, ?" tanya Sam.

"Bukan apa-apa, " jawab jenderal Max sadar bahwa Sam belum mengetahui yang sebenarnya.

"Ayah...

UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU LAGI DI BAB SELANJUTNYA.