NovelToon NovelToon
Salah Baca Mantra

Salah Baca Mantra

Status: tamat
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Menikah dengan Musuhku / Preman / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:90.9k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dyah Galuh Pitaloka yang sering dipanggil Galuh, tanpa sengaja menemukan sebuah buku mantra kuno di perpustakaan sekolah. Dia dan kedua temannya yang bernama Rian dan Dewa mengamalkan bacaan mantra itu untuk memikat hati orang yang mereka sukai dan tolak bala untuk orang yang mereka benci.

Namun, kejadian tak terduga dilakukan oleh Galuh, dia malah membaca mantra cinta pemikat hati kepada Ageng Bagja Wisesa, tetangga sekaligus rivalnya sejak kecil. Siapa sangka malam harinya Bagja datang melamar dan diterima baik oleh keluarga Galuh.

Apakah mantra itu benaran manjur dan bertahan lama? Bagaimana kisah rumah tangga guru olahraga yang dikenal preman kampung bersama dokter yang kalem?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

Suasana rumah panggung sederhana milik keluarga Dewa mendadak riuh pagi itu. Lantainya berderit setiap kali kaki melangkah, menandakan betapa rumah itu sudah cukup lama berdiri. Udara hangat bercampur aroma kayu tua memenuhi ruang tamu ketika Pak Dhika, Mama Euis, Galuh, dan Bagja datang berkunjung. Bagi keluarga Dewa, kedatangan keluarga Pak Dhika bukanlah hal sepele—itu pertanda akan ada pembicaraan serius.

Dewa berdiri dengan wajah tegang. Bajunya sederhana, kemeja kotak-kotak yang sudah agak pudar warnanya, namun tetap rapi. Peluh di keningnya sesekali diseka dengan punggung tangan. Ia menunduk, lalu kembali mengangkat wajah saat pertanyaan penting akhirnya terlontar.

"Iya, Pak. Aku ingin meminang Aisyah menjadi istriku," jawabnya lirih namun penuh keteguhan.

Suara Dewa menggema di ruang tamu yang sunyi. Semua mata memandangnya, termasuk ibunya, Dahlia, yang duduk di sudut dengan wajah penuh harap.

Pak Dhika menyilangkan tangan di dada, menatap tajam seakan ingin memastikan kebenaran niat Dewa. "Apa Aisyah juga suka sama kamu?" tanyanya tiba-tiba.

Pertanyaan itu membuat dada Dewa bergemuruh. Ia terdiam, menunduk, bibirnya bergetar. "E, itu …." Suaranya tertahan. Ia memang belum pernah benar-benar menanyakan langsung perasaan Aisyah. Selama ini, ia hanya berasumsi berdasarkan senyum lembut Aisyah setiap kali mereka bertemu di pengajian atau ketika saling sapa di jalan.

Galuh, yang sejak tadi tak betah diam, sontak menyahut. "Bapak, kok tanya begitu? Dulu waktu Bagja tiba-tiba melamar, aku nggak ditanya, tahu-tahu sudah diterima lamarannya dan dibilang kita akan menikah tiga bulan lagi," ucapnya penuh protes.

Suasana tegang seketika mencair karena ulah Galuh. Mama Euis menunduk sambil menahan senyum, lalu membisikkan sesuatu di telinga anak perempuannya. "Karena hanya dia yang bisa ngimbangin keliaran kamu."

Galuh langsung menyipitkan mata. "Kata siapa? Max juga bisa—" Ucapannya terhenti seketika.

Tubuh Galuh menegang saat merasakan tatapan panas dari sisi kiri. Bagja, suaminya, menatap tajam penuh ancaman. Seolah cukup dengan tatapan itu, Galuh tahu kalau ia baru saja menyebut nama yang seharusnya tidak keluar dari bibirnya.

Galuh buru-buru mengerling manja ke arah Bagja, berusaha mengalihkan suasana. Namun, jelas sekali suaminya sudah kesal.

Pak Dhika kembali membuka suara, kali ini dengan nada lebih tenang. "Kalau begitu, coba kamu tanya dahulu sama Aisyah. Jika dia mau menikah sama kamu, maka Bapak akan lamarkan dia untuk kamu."

Dewa menelan ludah. Rasanya ia semakin kecil di hadapan mereka semua. Namun, semangat yang terpancar dari mata Pak Dhika juga memberinya sedikit keberanian.

Mama Euis, sebelum Dahlia sempat berbicara, langsung menambahkan, "Kalian tidak perlu memikirkan uang pengikat dan seserahan. Itu biar kita yang urus."

Dahlia—mamanya Dewa—spontan menunduk, kedua matanya berkaca-kaca. Ia meraih tangan Mama Euis, menggenggamnya erat dengan perasaan terharu.

"Aden—Mama Euis—makasih. Aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikan Aden dan Agan—Pak Dhika." Suaranya bergetar, tangis menahan haru hampir pecah.

Mama Euis tersenyum lembut, menepuk punggung tangan Dahlia. "Kita kan keluarga, Dahlia. Jangan dipikirkan begitu."

Suasana yang tadinya tegang perlahan berubah jadi hangat. Namun di dalam hati Dewa, perasaan gugup bercampur semangat semakin kuat. Satu langkah besar sudah diambil, namun langkah berikutnya—mengutarakan perasaan pada Aisyah—masih menunggu keberaniannya.

Keluarga Galuh pulang menjelang magrib, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Angin yang biasanya membawa kesejukan dari sawah seolah hanya menambah keheningan di antara Bagja dan Galuh. Biasanya, di perjalanan pulang, Bagja akan melontarkan candaan atau komentar jahil. Namun kali ini, wajahnya datar dan suaranya hilang entah ke mana.

Galuh duduk di jok belakang motor, merasakan aura dingin dari punggung suaminya. Sesekali ia menggigit bibir, bingung harus berkata apa. Sesampainya di rumah mereka sendiri, keheningan itu tetap berlanjut. Rencana menginap di rumah orang tua Galuh batal begitu saja.

Di ruang tengah, Galuh akhirnya memberanikan diri. Ia duduk di samping Bagja yang masih sibuk melepas sepatunya. "Aa, marah, ya?" tanyanya dengan nada manja, mencoba merayu.

Bagja hanya menoleh sekilas, lalu menjawab singkat, "Sudah tahu nanya."

Jawaban ketus itu membuat Galuh manyun, tetapi ia cepat-cepat mencari cara lain. "Ish, suamiku kalau lagi jutek begini, kelihatan seperti Nobita," katanya sambil menyeringai lebar.

Mendengar itu, Bagja sontak melotot. Ia paling tidak suka dibandingkan dengan Nobita—karakter yang menurutnya bodoh dan ceroboh. "Dasar Jayen!" balasnya, tak mau kalah.

Galuh justru bangga. "Jayen itu kuat," ujarnya sambil mengangkat dagu.

"Iya, tapi tukang bully dan suara jelek," balas Bagja cepat.

"Jayen itu sayang adiknya, nurut sama mamanya," jawab Galuh dengan nada penuh pembelaan.

Adu mulut itu berlanjut, tak ada yang mau mengalah. Suasana rumah berubah jadi arena kecil pertengkaran kocak, meski di dalam hati masing-masing, mereka sama-sama menahan gengsi untuk meminta maaf.

Malam pun tiba. Lampu kamar dinyalakan redup. Galuh sudah meringkuk di kasur, membelakangi Bagja. Sementara Bagja berbaring kaku, matanya menatap langit-langit. Biasanya, tidur mereka selalu diawali dengan pelukan erat. Namun kali ini, jarak terasa membentang di antara mereka.

Bagja menghela napas panjang. "Kenapa sih aku nggak bisa tidur kalau nggak meluk dia," batinnya. Ia menoleh, memperhatikan Galuh yang tampak sudah terlelap. Pelan-pelan, ia membalikkan badan, lalu menggerakkan tangannya sedikit demi sedikit ke arah tubuh istrinya.

"Yes, dia sudah tidur," batin Bagja bersorak senang. Ia pun merapatkan tubuhnya, mencoba menyusupkan pelukan.

Namun tiba-tiba, Galuh membuka suara. "Jangan peluk aku sebelum kamu minta maaf!" ucapnya sambil menepis tangan Bagja.

Bagja terkejut, tapi buru-buru merengek, "Aku nggak bisa tidur. Jangan pelit! Biarkan aku peluk."

"Ti-dak ma-u." Galuh mengucapkannya pelan, tapi penuh ketegasan. "Minta maaf dulu."

Bagja memalingkan wajah. Dalam hatinya, ia merasa harusnya Galuh yang minta maaf karena sudah menyebut nama Max. "Bukannya kamu yang seharusnya meminta maaf sama aku," gerutunya.

Galuh tetap tak bergeming. "Ya sudah, kalau kamu nggak ingin memeluk aku," katanya datar, padahal dalam hati ia pun ingin.

Bagja mendengus. "Dosa, loh, tidak mengizinkan suami buat peluk," ucapnya setengah serius.

Kalimat itu membuat Galuh refleks menoleh, lalu dengan cepat memeluk Bagja. "Tuh, sudah aku peluk!" katanya penuh kemenangan.

Bagja terkekeh, tapi masih bersikeras. "Yang aku mau tidur seperti biasa, kita berpelukan."

"Kamu minta maaf dulu sama aku!" Galuh kembali keras kepala.

Bagja terdiam sejenak, lalu akhirnya mengalah. "Iya. Aku minta maaf," katanya lirih.

Dalam hati Bagja bergumam, "Pria waras harus mengalah dan meminta maaf, walau sebenarnya tidak berbuat salah."

Pelukan pun kembali terjalin. Hangat tubuh keduanya menghapus dingin malam itu. Perlahan, mata mereka mulai terpejam, kali ini dengan senyum kecil yang tak bisa disembunyikan.

"Aduh, perutku sakit!" Galuh meringis.

1
Nar Sih
kmu mesti bersyukur pinya suami seperti bagja ya galuh yg pinter msk kaya dan tampan☺️
🌸Santi Suki🌸: 👍👍👍👍👍
total 1 replies
Nar Sih
galuh teryata msih mlu ,tenang galuh bnr kta suami mu
🌸Santi Suki🌸: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nar Sih
jdi inggat sabrina dan akang zidan nih kak,galuh dan bagja punya pagilan sendiri nih ,yg bikin ngskak😂😂
🌸Santi Suki🌸: 😅😅😅😅😅
total 1 replies
Nar Sih
bnr,,psngan yg luar biasa kocak ,waah gimana nanti klau mereka punya ank pasti lucu juga😂
🌸Santi Suki🌸: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
ms. S
awalnya ga terlalu tertarik tapi malah jadi sng buat baca karena ceritanya real bgt dgn kehidupan kita tanpa ada ceo CEO an yg kdg ga masuk akal. suasan desa dan cita2 meraih hidup lebih baik yg bisa kita dapat disini. good job Thor
Nar Sih
psngn pengantin yg bnr,,kocak 😂
Sugiharti Rusli
bahagia itu memang sederhana, bisa berkumpul bersama orang yang kita sayangi dengan tulus, terkadang bukan sekandung tapi hubungannya bisa sangat erat yah
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang mereka sudah jadi sahabat rasa saudara kan,,,
Sugiharti Rusli
semoga persahabatan mereka tetap terjalin sampai nanti mereka punya anak keturunan yah,,,
Sugiharti Rusli
baguslah pada akhirnya mereka sudah punya jodohnya masing" yah sekarang,,,
Sugiharti Rusli
oh ternyata panggilan anaknya Bagja dan Galuh jadi Agung yah😆😆😆
🌸Santi Suki🌸: 😁 Ya. Semua ambil nama tengah untuk panggilan sehari-hari
total 1 replies
Sugiharti Rusli
anak pertamannya laki" ternyata yah, semoga jadi anak yang sholeh, nama panggilannya Muhammad apa Agung tuh jadinya si bayik😁😁😁
Sugiharti Rusli
wah tanggal kelahiran putra pertama Bagja dan Galuh pada akhirnya sama dengan tanggal pernikahan Ryan dan Meylin nih
Sugiharti Rusli
semoga saja segera bisa menghalalkan neng Aisyah juga secepatnya yah Wa, mana tahu tiba" ada rejeki tak terduga kan,,,
Sugiharti Rusli
waduh Dewa kamu sepertinya tinggal menunggu giliran sambil menunggu tabungan cukup yah🤔🤔🤔
Sugiharti Rusli
apalagi walo tidak mewah tapi pernikahan mereka penuh khidmad dan rasa bahagia dari Ryan dan Meylin
Sugiharti Rusli
wah akhirnya si Ryan dan Meylin sudah halal juga dia yah💞💞💞
Sugiharti Rusli
apalagi sekarang ada Bagja yang jadi suami Galuh dan juga berteman dengan mereka sejak kecil,,,
Sugiharti Rusli
kalo Dewa sepertinya sudah menganggap Galuh saudara sendiri karena dia sudah dianggap anak oleh kedua ortu Galuh
Sugiharti Rusli
kalo Ryan dari dulu memang sukanya sa si Meylin kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!