NovelToon NovelToon
Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Seharusnya Aluna tahu kalau semesta tak akan sudi membiarkan kebahagiaan singgah bahkan jika kebahagiaan terakhirnya adalah m*ti di bawah derasnya air hujan. la malah diberikan kesempatan untuk hidup kembali sebagai seorang gadis bangsawan yang akan di pe*ggal kep*lanya esok hari.
Sungguh lelucon konyol yang sangat ia benci.
Aluna sudah terbiasa dibenci. Sudah kesehariannya dimaki-maki. la sudah terlanjur m*ti rasa. Tapi, jika dipermainkan seperti ini untuk kesekian kali, memang manusia mana yang akan tahan?!
Lepaskan kemanusiaan dan akal sehat yang tersisa. Ini saatnya kita hancurkan para manusia kurang ajar dan takdir memuakkan yang tertoreh untuknya. Sudikah kamu mengikuti kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3

Leander mengenal Agatha karena dia tunangan dari rivalnya, Alexander. Kesan pertamanya tentang gadis itu, dia seperti gadis bangsawan pada umumnya yang memiliki ego tinggi dan kesombongan. Tapi, saat pertama kali melihat interaksinya dengan Duke Blanche, Leander menyadari kalau mereka sama-sama sebuah boneka dari belenggu berkedok keluarga.

"Lean, a-aku tidak tahu kau akan berkunjung kesini. Kenapa tidak mengabariku lebih dulu?" Gadis yang selalu mengangkat dagunya tinggi bahkan berbicara terbata-bata. Dia mencoba tersenyum seperti biasa namun senyumnya terlihat kaku saat itu.

"Maaf, aku tidak sempat mengabarimu dulu." Mereka memang sering bertemu di perjamuan atau di istana Alex. Tapi, mereka tidak sedekat itu hingga saling bertukar surat.

"Agatha, ajak Leander berkeliling mansion ya." Duke Blanche mengelus rambut putrinya sembari tersenyum ramah. Agatha tersentak kaget sebelum turun dari kursi dan mengajak Leander berkeliling.

"Lean, ayo ikut aku." Jemari kecilnya menggenggam tangan Lean. Mereka keluar dari ruangan yang terasa mencekik itu dan berkeliling hingga ke taman.

Agatha sudah melepas cekalan tangannya saat menjauh dari pandangan para pelayan di sekitar mereka. Gadis itu kembali ke sikap angkuhnya dan berjalan di depan Leander tanpa niat mengobrol. Dia hanya akan berisik di depan Alexander saja.

"Apa kau takut dengan Ayahmu, Agatha?" tanya Leander. Agatha berhenti berjalan lalu menoleh dengan tatapan tajam. Kentara sekali dia tidak ingin membahas masalah ini lebih jauh.

"Bilang apa kau? Mana mungkin aku takut dengan Ayahku. Dia sangat baik kok padaku." Andai Leander tidak merasakan tangan gadis itu gemetaran saat menariknya keluar, dia pasti akan bisa percaya kebohongan ini.

"Benarkah?" tanya Leander sekali lagi.

"Tentu saja, Tuan Muda Lucarion. Lain kali jaga ucapanmu itu. Sangat keterlaluan tahu." Agatha berkacak pinggang lalu membuang muka. Leander baru tahu gadis sombong ini juga bisa terlihat sedikit menggemaskan. Ingat, sedikit.

"Kalau begitu, saat bertemu lagi dengan Ayahmu coba peluk dia dan ajak dia main." Agatha memucat seketika. Memori beberapa hari lalu kembali berputar di kepalanya. Tubuhnya langsung bergetar hebat. Bau darah seakan mencekik gadis itu lagi.

Leander terheran melihat Agatha terdiam. Gadis itu sampai tidak sadar kukunya telah melukai tangannya sendiri. Pemuda itu mendekat lalu menepuk bahu Agatha. Mencoba menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

"Kyaaaaa!! Berhenti! Jangan menyentuhku!" Agatha berteriak nyaring dan terjatuh di rerumputan. Air mata mulai merembes dari pelupuk matanya.

"Agatha. Hey, apa yang terjadi padamu?" Leander terkejut. Dia berusaha menyadarkan gadis itu lagi namun hasilnya percuma.

Agatha mulai mencakar tubuhnya dan mengacak-acak rambutnya hingga sangat berantakan. Dia terus meracau kata-kata aneh yang hanya samar terdengar oleh Lean.

"D-darah, bibi, semua salahku, harusnya aku tidak begitu!" Pelayan mulai berdatangan ke taman. Mereka mencoba menenangkan Agatha tapi gadis itu masih tidak berhenti melukai dirinya sendiri.

Sampai akhirnya, salah satu pelayan memukul tengkuknya hingga gadis itu pingsan. Leander masih membeku melihat Agatha. Sebenarnya, apa yang telah terjadi pada gadis itu?

•••

"Hey, malah melamun. Duke Lucarion, kalau kau di sini hanya untuk mengajakku kabur lebih baik menyerah saja. Pergi sana," usir Aluna tanpa rasa bersalah. Leander akhirnya tersadar telah menatap gadis itu terlalu lama.

"Kau sungguhan tidak mau bantuanku?" tanya Leander lagi. Aluna lama kelamaan mulai jengah. Bukankah sudah dia tolak sejak tadi? Dia ini punya pendirian. Tidak mungkin akan berubah pikiran secepat itu.

"Tidak, kecuali-" Aluna mengelus perutnya yang berbunyi sejak tadi. "Kecuali kalau bantuanmu itu makanan."

Leander mengerjapkan mata beberapa kali. Makanan katanya? Urat malu Aluna sudah hilang kok. Hanya saja telinganya tidak bisa di tahan untuk tidak memerah.

"Maksudnya aku lapar, Bodoh!" teriaknya. Dia akan mati nanti sore.

Tidak perlu menjaga sikap karena ini pertemuan pertama sekaligus terakhir mereka. Lagipula, yang bangsawan itu Agatha bukan Aluna.

Ini pertama kali seorang gadis mengumpatinya seperti itu. Leander hampir melongo mendengar keanehan gadis itu yang semakin menjadi. Rupanya selain otaknya menjadi berfungsi, penjara juga merusak kewarasan otak malang milik gadis itu.

[Kau sungguh meminta makan darinya? Dia ini penjahat kesayanganku! Jangan seenaknya manusia!]

Sistem itu kembali berisik. Baru juga penjahat. Dia bahkan belum bertemu kedua tokoh utama di novel ini. Aluna tidak bisa membayangkan nasib telinganya mendengar ocehan sistem menyebalkan itu.

"Aku tidak membawa makanan."

Leander tidak kepikiran membawa makanan sama sekali. Tujuan awalnya menyelamatkan orang dari penjara dan bukan menyelamatkan perut orang di penjara.

"Ah, payah. Kalau begitu pergi sana," usir Aluna sekali lagi.

Lihat, gadis ini mengumpat lagi. Harga diri Leander seolah tidak lebih berharga dari makanan. Seumur hidupnya baru pernah dia diremehkan seperti ini.

"Aku akan mengambilkanmu makanan. Kau tunggu disini sebentar," kata Leander lalu berbalik dan keluar dari penjara.

Aluna mengamatinya diam-diam. Sedikit tidak menyangka pemuda itu akan benar-benar pergi membawakannya makanan.

[Kau sudah akan di pe-nggal tapi malah menyusahkan tokoh penjahat favoritku!! Kau ini hanya jiwa beruntung yang tidak sengaja aku ambil! Jangan bertingkah seenaknya kepada tokoh-tokoh penting disini!] Sistem misuh lagi. Layar itu mengitari Aluna beberapa kali.

"Di pe-nggal juga butuh tenaga! Beraninya kau menyebutku jiwa beruntung setelah apa yang kau lakukan padaku!" Bukannya beruntung, inimah buntung namanya. Akan enak mati malah dihidupkan kembali.

[Tentu saja beruntung! Banyak orang di dunia ini yang mau hidup lagi! Kau saja yang aneh malah ingin mati!]

"Bagaimana tidak ingin mati jika duniaku sendiri adalah neraka?!"

Seketika sunyi. Mereka terdiam setelah Aluna berteriak marah. Sistem itu tidak membalas lagi. Dia memilih menghilang dan meninggalkan gadis itu sendirian di penjara.

Aluna masih ingat neraka macam apa yang ia hadapi sejak kecil. Dingin dan gelapnya kesendirian tanpa satupun orang yang mau mengulurkan tangan. Hanya dirinya sendiri yang bisa memeluk tubuhnya untuk mengusir dingin. Seperti sekarang.

Aluna memeluk lututnya lalu membenamkan wajahnya di lipatan kaki. Sebentar lagi. Ini tidak akan lama sampai dia mati. Kesendirian tidak akan menggangunya lagi.

"Aku tidak tahu makanan apa yang kau inginkan. Karena aku mencoba kembali kesini secepat mungkin, yang aku temukan hanya roti hangat dari toko seorang rakyat biasa."

Kepala Aluna terangkat. Dia menatap roti hangat yang disodorkan kepadanya dengan rumit. Air matanya tiba-tiba meleleh. Sial, dia lemah sekali.

"Kenapa kau malah menangis? Kau tidak suka roti yang aku bawa?" Leander kebingungan. Entah kenapa dia tidak suka melihat gadis itu menangis.

"Tidak, aku suka." Aluna menerima roti hangat itu. Dia sebisa mungkin menghapus air matanya. Gadis itu bisa merasakan hangatnya roti menyebar ke seluruh tubuhnya. Ini tidak lagi dingin seperti tadi.

Leander bisa bernafas lega setelah Aluna mulai memakan roti yang dia bawa. Sayangnya, dia tidak bisa tinggal disini lebih lama. Penjaga akan mulai berpatroli lagi dan bisa menyadari keberadaannya disini.

"Aku akan pergi dulu. Saat hukuman itu dijatuhkan kepadamu nanti sore, aku akan ikut menyaksikannya juga. Aku harap kau tidak menyesal sudah menolak bantuanku," pamit Leander. Pemuda itu tahu ini terakhir kalinya mereka bisa mengobrol seperti ini. Tangannya mengepal kuat. Semua ini salah rivalnya dan gadis menyebalkan itu.

Leander berbalik. Dia tidak mengharapkan balasan apapun dari Aluna. Leander hanya berharap gadis itu akan berhenti menangis. Dia benci melihat air mata turun dari pelupuk mata gadis itu.

"Leander," panggil Aluna. Lean berbalik.

Aluna melukis senyum terbaiknya untuk pemuda itu. Saat semua orang di sekitar Agatha bahkan keluarganya tidak lagi peduli, hanya Lean yang mau membantu.

"Terima kasih banyak." Leander tertegun. Itu senyuman paling indah yang pernah ia lihat.

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr
Putri Ana
thor kok belum ada lanjutannya
Putri Ana: yaahhh usahakan yaah kak🤭
total 2 replies
Cindy
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly
jangan lupa bintangnya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!