NovelToon NovelToon
ENCOUNTER

ENCOUNTER

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Laila

pertemuan yang membuat jatuh hati perempuan yang belum pernah mendapatkan restu dari sang ayah dengan pacar-pacar terdahulunya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Laila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Satu minggu setelahnya, di hari minggu, Baskara mengajak Maharani untuk makan siang dan bertemu dengan Mamanya secara langsung. Baskara baru memperkenalkan Maharani via video call di satu waktu dan membuat Mamanya selalu bertanya kapan dia bisa ketemu langsung dengan pacar anak tunggalnya itu.

            “Ma, tamu spesialnya udah dateng ini,” Baskara berjalan beriringan dengan Maharani memasuki rumah setelah menjemput kekasihnya itu.

“Eeeeeeehh udah dateng,” sambut Mama langsung memeluk Maharani hangat.

“Siang, Tante,” Maharani mencium tangan wanita paruh baya yang menyambutnya hangat, “Aku Maharani, boleh panggil Ara aja.”

“Mama. Panggil Mama aja. Nama Mama, Fany.” Ucapnya memberikan kehangatan tersendiri untuk Maharani, “masuk yuk masuk,” ajaknya menggandeng tangan Maharani menuju ruang makan.

“Ini dari Ara, Ma,” kata Baskara membawa box berisikan beberapa pot tanaman. Ada mint, thyme, basil, beberapa jenis succulent.

            “Ya ampuuuuun, pake repot segala. Kamu dateng aja Mama udah seneng, Ara. Terima kasih banyak ya.”

Baskara berjalan lebih dulu meletakkan box itu di teras belakang.

“Sama-sama, Tan.., Ma,” Maharani menggembangkan senyumnya.

“Makan yuk. Mama udah masak soto ayam. Kamu suka gak?”

“Suka, Ma. Aku suka apa aja.”

“Waaaah,” Baskara terkesima meja makan yang penuh dengan makanan. Ada sate ayam, tumis daging, tahu-tempe, dan sambel goreng kentang. “ini kita mau pesta, Ma?” Baskara menarik kursi untuk Mamanya dan Maharani setelah membantu membawakan soto ayam dari dapur.

            “Makan yang banyak ya, Ara.”

“Makasih, Ma,” Maharani langsung mencicipi soto ayam yang ada di hadapannya. Matanya langsung membesar dengan penuh sinar, “enak banget,” ucapnya membuat Mama tersenyum senang.

“Syukur kamu suka. Mama udah degdegan tadi takut rasanya gak cocok.”

“Di kamus aku, cuma ada enak sama enak banget, Ma,” ucap Maharani membuat Mama tertawa.

“Bisa aja kamu.”

            Dari soto ayam, hingga nasi dengan lauk pauk yang terhidang di atas meja, membuat lidah Maharani di manjakan oleh rasa yang begitu lezat sampai dia kalap dan kenyang. Terlebih, Mama Fany itu sendiri yang membuat semua hidangan ini.

“Biar aku bantu, Ma,” Maharani bergegas membantu memindahkan piring-piring kotor ke kitchen sink.

“Dah gak usah. Kita duduk aja di situ yuk. Ini biar Baskara yang kerjain,” Mama menarik Maharani ke ruang tengah. Membuat gadis itu memberikan wajah tak enak pada kekasihnya. Tapi Baskara memberikan gestur mengusirnya dengan senyuman senang di wajahnya.

            Mama mengeluarkan album foto yang ada di rak living room. Menunjukkan satu persatu foto Baskara sejak bayi, dan masa pertumbuhan anaknya pada sang kekasih.

“Ini pas kapan, Ma?” Maharani menunjuk foto Baskara yang terlihat gembul dan memakai kacamata.

“Ini pas SD apa ya kalo gak salah. Gemes ya?” Mama terkikik.

“Duh masa kelam aku,” Baskara bergabung setelah selesai mencuci piring.

“Gemes banget sih, Kak. Pengen aku unyel-unyel rasanya.”

“Dulu jaman ini tuh, aku suka di ceng-cengin sama temen-temen dulu,” kata Baskara.

“Loh kenapa? Gemes gini.”

            “Karena aku culun.”

“Mereka gak punya mata berarti,” kata Maharani santai membalik-balik album foto itu. Melihat tumbuh kembang kekasihnya yang terlihat semakin menawan seiring bertambahnya usia.

“Dulu Baskara gak punya temen pas SD,” kata Mama membuat Maharani memberikan atensinya. “dia ini pemalu dulu. Terus temen-temennya pada nakal. Ya udah deh. Mama sama Papanya Baskara sampe pindah sekolah karena udah gak kondusif. Di laporin ke sekolah juga gak ada efeknya.”

“Mereka kalo ketemu kamu lagi pasti bakalan malu banget. Anak yang mereka olok-olok culun sekarang udah jadi cowok idaman sejuta perempuan,” kata Maharani dengan nada dan wajah penuh bangga. “Kak Baskara dulu nakal gak, Ma?”

            “Duuuh boro-boro. Mama tuh ya malah nyuruh Baskara buat bolos sekolah atau apa gitu. Biar Mama juga ngerasain dipanggil ke sekolah. Tapi nih anak lempeng banget.”

Maharani tertawa, “Mama ih ada-ada aja.”

Maharani dengan semangat mendengarkan cerita-cerita tentang masa kecil Baskara. Berbagi tawa dan ikut memojokkan sang kekasih bersama Mama Fany saat menceritakan masa lalu anaknya. Bahkan kisah Baskara yang selalu berteriak heboh sampai bersembunyi karena lihat tokek atau kecoa terbang.

            “Kak, aku boleh tanya?” tanya Maharani saat perjalanannya pulang dari rumah Baskara. Dirinya sangat senang hari itu. Menghabiskan waktu bersama Ibu dari kekasihnya, mendengar kisah tentang sang kekasih sejak dia kecil, dan menikmati makanan yang super lezat.

“Shoot,” kata Baskara kembali menjalankan mobil setelah lampu hijau menyala.

“Papanya kamu kemana? I mean, I didn’t see him in the recent photo nor hear you talk about him,” ujarnya penuh dengan kehati-hatian sembari memperhatikan raut wajah sang kekasih.

“Papa gak ada, Babe,” ucapnya dengan tenang.

Maharani merasa bersalah sudah menanyakan hal itu dan memegang tangan Baskara, berkata, “I’m so sorry, Kak. Aku gak tau kalo-,”

“No no no,” Baskara membantah cepat dengan kekehan ringan, “bukan itu. Maksud aku, Papa masih hidup. But he’s not in our picture anymore. He left us years ago,” jawabnya menatap lembut Maharani dan memberikan senyuman tipis.

            “Sorry, Kak.”

“I’m fine now. It’s been long ago,” katanya mengusap punggung tangan sang kekasih.

“Said so, but you face said otherwise, Kak.”

“Kamu mau denger ceritanya?”

“Only if you’re okay, Kak.”

“Papa dulu kerja ke luar negeri pas aku SMP. Dulu aku gak tau kalo ternyata Mama sama Papa ada masalah dan berujung cerai. Aku baru tau orang tua aku udah gak lengkap lagi pas aku udah lulus kuliah,” Maharani tak lepas memegangi tangan Baskara dengan kedua tangannya.

            “Kamu ke Papa kamu gimana, Kak?”

“Sejak aku tau, aku gak pernah anggep Papa ada. Ada yang bikin aku gak terima kepergiannya. Maybe this sound so bad to you, but I have my own reason. I’m sorry you must heard this bad side of me. But it’s really hard for me to forgive him and what he did to Mama, to us.”

“No, Kak. It’s okay. Aku gak mikir gimana-gimana. Makasih ya udah mau ceritain ini ke aku. It’s must be hard for you.”

...♥...

1
Shion Fujino
Menarik perhatian.
Winifred
Aduh, gak sabar pengen baca kelanjutannya!
luhax
Bagus banget deh, bikin nagih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!