Mahdi mengunjungi Ishwar tua yang tengah sakit. Ishwar mengenali siapa orang itu. Tamu dari masa lalu.
Tapi ada perlu apa Mahdi kembali menemui Ishwar setelah puluhan tahun berlalu?
Perjalanan Mahdi berkeliling waktu demi mewujudkan kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jin Timur Tengah
Diantara puluhan orang-orang yang tengah berkumpul,
Ada seorang peserta reuni haji yang tampak mencurigakan bagi Mahdi.
Mahdi mendekati orang itu,
“Assalamualaikum”,
“Maadza taf’alu?”,
(Apa yang sedang kamu lakukan?)
Mahdi mengejutkan orang itu. Lebih tepatnya jin Arab itu.
Jin timur tengah itu kemudian tersenyum penuh kesombongan. Meremehkan kedatangan Mahdi.
“Apa yang sedang aku lakukan bukan lah urusanmu wahai manusia”, kata Jin timur tengah itu yang sudah fasih berbahasa Indonesia.
Jin setan itu kemudian menyerang Mahdi.
Mahdi sengaja tidak menghindar untuk mengukur seberapa hebat kemampuan jin setan yang berasal dari jazirah arab tersebut.
Satu pukulan telak bersarang di dada Mahdi. Mahdi sempat goyah dan kehilangan keseimbangan.
Serangan jin setan itu benar-benar kuat. Tapi Mahdi masih bisa bertahan.
Menurut sumber informasi yang akurat, petarung-petarung dalam negeri yang sebelumnya dikirim untuk berhadapan dengan jin setan ini langsung tumbang ketika dihajar oleh satu pukulan pertama. Mereka sampai kritis bahkan ada yang langsung mati di tempat.
Tapi Mahdi berbeda. Ilmu dan jam terbang Mahdi sudah sangat tinggi.
Setelah menyerang Mahdi jin setan penyusup itu segera pergi. Jin itu berpikir dia sudah melumpuhkan Mahdi.
Namun yang tidak diketahui oleh jin Arab itu adalah bahwa Mahdi masih mengejarnya.
Jin setan timur tengah itu memang sangat kuat. Dia meninggalkan acara reuni haji dengan menutup wujudnya dari pandangan mata manusia biasa. Hanya mata batin yang super yang mampu melacaknya.
Makhluk tak kasat mata yang lainnya pun seketika memilih untuk menjauh pergi ketika jin setan Arab itu menunjukkan kehadirannya. Tidak ada yang berani.
Tapi Mahdi masih bisa dengan jelas melihat dan mengikutinya. Mahdi sama sekali tidak takut.
“Maadza taf’alu?”,
(Apa yang sedang kamu lakukan?)
Jin setan itu sekali lagi terkejut saat Mahdi kembali muncul dan mendekatinya.
“Akhirnya di negeri ini ada yang bisa untuk aku ajak bertarung”,
“Bagaimana mungkin kamu selamat dari pukulan ku?”,
“Kamu pasti lebih kuat dari pada yang lain”,
Jin timur tengah itu tetap saja bersikap angkuh. Karena sebelum-sebelumnya tidak ada prajurit yang tersedia dari dalam negeri ini yang sanggup untuk menahan serangannya.
Jin setan itu tetap tidak mau untuk diajak berunding. Mahdi pun terpaksa menyerangnya.
Mahdi melaju hendak melayangkan sebuah pukulan balasan. Mahdi menyembunyikan kepalan tangan kanan di balik badan.
Jin timur tengah itu bergeming, tidak bergerak sedikit pun. Dia sengaja ingin merasakan seperti apa kekuatan serangan dari petarung gaib tanah air.
Jin setan Arab itu benar-benar meremehkan Mahdi.
Mahdi sendiri sedikit dendam dengan pukulan yang diterimanya beberapa saat yang lalu.
Kepalan tangan di balik tubuh Mahdi. Tangan kanan Mahdi berselimut api yang berpendar cahaya terang.
“Hook”,
Dengan sangat cepat pukulan Mahdi mengenai telak dada jin timur tengah.
Jin setan itu tercengang, matanya sampai melotot seperti mau keluar karena saking tidak percayanya.
Ternyata ada petarung hebat di negeri ini yang mampu untuk melukainya.
Pukulan kilat Mahdi itu membuat jin setan dari timur tengah kalah telak.
Lebih dari sekedar melukainya, tinju Mahdi menembus tubuh jin timur tengah. Dada jin setan itu dibuat berlubang oleh kekuatan serangan Mahdi.
“Bagaimana mungkin ada petarung dari tanah air yang bisa mengalahkan jin setan penyusup yang kuat itu?”,
Jin setan itu pun terbunuh di tangan Mahdi.
Jin setan itu tidak tahu kalau lawannya kali ini yang bernama Mahdi juga berasal dari tempat yang sama.
Mahdi berasal dari Timur Tengah.
*
Dalam perjalanan pulang dari acara reuni haji,
Ishwar terlihat begitu lesu. Mahdi mencoba mengajak Ishwar bicara untuk menghibur kawan lamanya itu.
“Bagaimana Ishwar?”,
“Apa tadi kamu bertemu dengan janda yang kamu suka?”,
“Langsung pinang saja dengan bismillah”,
“Sudah sama-sama punya anak dan cucu”, kata Mahdi.
Ishwar menghela nafas panjang dan membuangnya sebelum menanggapi perkataan kawannya yang datang dari jauh,
“Terlambat Mahdi”,
“Aku sudah terlambat”,
“Sekarang orang yang aku suka itu sudah kawin”,
“Sudah menikah dengan jamaah haji yang lain”, kata Ishwar begitu pahit.
Ishwar tua pun patah hati di umur yang sudah tidak muda lagi.
Apakah masih bisa merasakan sakit hati di usia yang sudah lebih dari separuh abad dan lebih dekat kepada angka seratus tahun?
Mahdi percaya Ishwar hanya kelelahan saja. Yang ia butuhkan adalah makan vitamin dan banyak istirahat di rumah.
Dan mungkin penggalan syair mantra cinta yang sudah tertulis lama sejak zaman dahulu kala. Sebagai obat untuk pelipur lara.
Mahdi membacakannya untuk Ishwar;
“Cinta dan kasih sayang itu tidak akan pernah tertukar”,
“Seperti sejatinya rindu yang tidak akan pernah keliru”,