Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22 ONS
Sepanjang perjalanan Delia terus saja mengomel, sedangkan Aryan hanya diam mendengarkan.
"Aku ingin kembali ke hotel itu, aku harus melanjutkan pernikahanku dengan Danu."
"Apa kau tidak kasihan pada Om Irwan? Sekarang keadaannya pasti sedang tidak baik-baik saja. Antarkan aku kembali ke sana, aku mohon." Delia memelas, dia terus saja memikirkan tentang kondisi kesehatan Irwan.
Aryan menghentikan laju mobilnya, kemudian dia membuka kunci pintu kendaraan tersebut. Hal itu membuat Delia sumringah, dia pikir dirinya sudah terbebas dari Aryan. Delia tidak melihat ke sekeliling, saat dirinya hendak pergi, suara Aryan menghentikan langkahnya.
"Kau mau kemana?"
"Tentu saja kembali ke hotel."
Aryan mendekati Delia, tanpa berkata apapun lagi, dia langsung menarik tangan wanita itu untuk masuk bersamanya ke dalam sebuah gedung yang sangat mewah.
"Lepaskan aku! Kau mau bawa aku kemana? Tempat apa ini?"Berontak Delia.
Setelah sampai di dalam, Aryan melepaskan genggaman tangannya. Dia tersenyum pada seseorang yang saat ini berada di depannya.
"Apa ini mempelai wanitanya?" Tanya pria tua itu, dan dijawab anggukan oleh Aryan.
"Mempelai?" Delia baru menyadari sesuatu. "Tidak! Aku tidak mau menikah dengan pria kurang ajar sepertimu." tolaknya.
"Kau tidak punya pilihan lain, Delia. Duduklah! Dan kita selesaikan pernikahan ini." Aryan menarik tangan Delia hingga membuat wanita itu spontan duduk di sebelahnya.
Janji suci pernikahan pun mulai di ucapkan.
"Sekarang kalian berdua sudah sah menjadi suami-istri."
'Semudah itu dia menghancurkan segalanya. Pertama, masa depan dan karierku, kedua, dia merenggut kebahagiaan yang baru saja ingin ku bina bersama dengan Danu. Aku sangat membencimu, Aryan Syah.' batin Delia menahan emosi yang ingin meledak.
Aryan membawa Delia pulang ke rumahnya. Mereka berdua masuk ke dalam dan disambut bahagia oleh Naima. Wanita berusia empat puluh tahun itu tersenyum ramah ke arah Delia.
"Selamat datang, adik iparku." ujar Naima memeluk Delia yang hanya diam saja seperti patung. Delia merasa dunianya sudah hancur, dan dia hanya akan fokus pada calon anaknya saja. Tidak ingin memikirkan bagaimana pergi dari Aryan, atau lainnya.
"Hei, tersenyumlah. Kau kelihatan jelek karena cemberut seperti itu." gurau Naima, mencoba mencairkan suasana.
"Kak, aku mandi dulu. Nanti tolong bawa Delia ke kamarku." Aryan pergi meninggalkan keduanya.
"Ayo, duduklah!" Naima membawa Delia ke sofa. "Kau yang bernama Delia kan?" tanyanya berusaha mengakrabkan diri dengan Delia. Pertanyaan itu hanya di jawab anggukan kecil.
"Kau sangat cantik. Delia, aku mohon tolong maafkan kesalahan adikku. Dia sudah menceritakan semuanya padaku, dan akulah yang memintanya untuk melakukan semua ini. Jika harus menunggu persetujuan darimu, maka semua ini pasti tidak akan pernah terjadi."
'Kau memang benar! Sejujurnya, sampai mati pun aku tidak pernah berpikir untuk menikah dengan pria seperti adikmu itu.' Delia menjawab dalam hati.
"Aku tau, kau pasti marah padaku saat ini. Aku hanya ingin calon keponakan ku nanti bisa hidup bersama dengan kedua orangtua kandungnya."
"Maksudmu, hidup bersama dengan orangtua sambung itu tidak baik, begitu?"
"Tidak! Bukan, bukan seperti itu. Tapi, alangkah baiknya jika anak itu kalian besarkan bersama-sama."
"Tapi tidak harus dengan cara seperti ini."
Naima terdiam, dia melihat raut kemarahan yang ada di wajah Delia. Dirinya mengaku salah, tapi dia akan terus mencoba untuk membujuk Delia agar mau membuka pintu maafnya untuk Aryan.
"Baiklah, kau sepertinya kelelahan. Ayo, aku antar ke kamar. Istirahatlah, setelah itu besok kita bisa membicarakan hal ini lagi." Naima pun mengambil jalan untuk mendinginkan isi pikiran Delia.
Naima menutup pintu setelah dia mengantarkan Delia ke kamar Aryan. Sementara Delia, kini dia menatap ke seluruh penjuru ruangan mewah dan besar itu. Beberapa Minggu yang lalu, dia tidak terlalu memperhatikan setiap sudut kamar tersebut. Tapi sekarang, mau tidak mau dia harus membiasakan diri berada disana.
Pintu kamar mandi terbuka, dan Aryan keluar dengan memakai kaos berwarna putih dipadukan dengan celana pendek berwarna hitam. Rambutnya yang masih basah membuatnya terlihat sangat keren. Bahkan, di usianya yang sudah menginjak tiga puluh enam tahun ini, dia masih terlihat seperti umur dua puluh delapan tahunan.
"Apa kau akan tetap berdiri disana?"
"Jika itu memungkinkan, maka aku akan terus berdiri disini!" sahut Delia dengan nada jengkel.
"Bersihkan dirimu! Kamar ini bisa jadi bau karena aroma keringat dari tubuhmu."
Delia melongo, dia mengepalkan kedua tangannya, rahangnya pun ikut mengeras.
"Kenapa hanya diam saja? Apa perlu aku memaksamu?"
"Kau ini! Benar-benar tidak waras." gumam Delia sambil berjalan menuju ke kamar mandi. Dia membanting pintu dengan keras.
"Jika aku terlalu lama berada disini, maka aku pasti akan cepat tua." gerutu Delia sambil memantau dirinya di depan cermin.
*****
BERSAMBUNG
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai