Adrian adalah pemuda biasa yang berasal dari kampung. berkat kehebatan dan kejeniusannya, dia berhasil bangkit dan menjadi pemuda yang paling di takuti di dunia bawah tanah Eropa. bahkan negara-negara di benua Eropa maupun di luar Eropa, sangat menghargai Adrian berkat kejeniusan dan latar belakangnya sebagai raja bawah tanah Eropa.
Namun Adrian meninggalkan semua status dan gelarnya yang telah dibangunnya itu demi baktinya kepada bibinya. Namun, sebuah hal buruk terjadi pada kekasih dan keluarganya. dengan terpaksa, dia menggunakan kekuatan dan pengaruhnya lagi demi melindungi kekasih dan keluarga tercintanya.
Untuk kisah lengkapnya, silahkan lanjutkan membacanya di karya baru saya ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elang Malam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 : Jiwa Petarung
Mendengar kata-kata Zhao Lee, orang-orang tersebut termakan juga dengan bujuk rayu Zhao Lee. Orang-orang itu sadar, bahwa jumlah mereka lebih banyak, sedangkan Adrian hanya seorang diri. Mereka pun langsung mengesampingkan pemikiran mereka di awal.
“Mari serang bersama!”
Lebih dari 20 orang itu langsung menerjang ke arah Adrian, dengan masing-masing dari mereka berlari sambil menenteng pipa baja.
Namun, begitu mereka menerjang ke arah Adrian. Adrian juga tidak tinggal diam, dia menerjang juga ke arah orang-orang itu dengan melayangkan pukulan.
“Adrian melayangkan tinju yang telah diperkuatnya dengan tenaga dalam, langsung mengarah ke bagian wajah orang-orang yang paling depan.
“Bang,,!!”
Dalam sekali pukulan, 4 orang langsung jatuh tersungkur ke jalan secara bersamaan dengan bersimbah darah.
“Bang,,!!”
Adrian melayangkan pukulannya sekali lagi. Terlihat beberapa orang, ada 6 sampai 7 orang terhempas ke dinding bangunan, hingga akhirnya mereka semua ambruk ke jalan secara bersamaan. Bahkan beberapa orang itu langsung pingsan begitu mendarat di jalanan gang buntu.
Saat ini, setengah dari 20 gangster itu telah terkapar dan berserakan di jalanan gang buntu. Sedangkan dengan sisa para gangster yang lainnya, masih terlihat jelas semangat juang Di mata mereka. Dua orang gangster yang berdiri dekat dengan Adrian langsung mengangkat pipa bajanya. Dengan ganas, kedua orang itu melayangkan pipa baja itu ke arah kepala Adrian.
“wus,,!!”
Adrian melambaikan tangan, lalu menghempaskannya dengan keras ke arah dada mereka, bagaikan seekor naga yang sedang menukik.
“Krak,,!!”
Terdengar suara tulang patah dari kedua gangster tersebut dan mereka pun langsung ambruk. Serangan Adrian barusan langsung menghancurkan tulang dada kedua gangster itu, dan tubuh mereka pun ambruk sambil menyemburkan darah.
“Sial,,!!”
Dari arah belakang, Adrian tiba-tiba merasakan suara angin kencang yang mengarah ke belakang kepalanya. Dia membalikkan tubuhnya dan langsung menghindar sambil melayangkan tinjunya dengan kecepatan kilat.
“Krak,,!!”
Ternyata suara angin yang Adrian rasakan itu adalah berasal gerakan pipa baja yang memecah udara, yang diarahkan oleh seorang gangster ke bagian belakang kepala Adrian.
Sedangkan dengan gangster yang menyerang Adrian secara diam-diam itu, dia mematung sesaat sebelum akhirnya melolong kesakitan sambil menyemburkan darah beserta gigi-gigi patah dari mulutnya.
Baru saat itulah dia menyadari rahangnya telah hancur total, diakibatkan pukulan Adrian yang secepat kilat.
“Uhuk,,!!”
Gangster itu menyemburkan darah sekali lagi dari mulutnya. Setelah itu, dia pun langsung terkapar dan tidak sadarkan diri. Apakah gangster itu masih hidup atau sudah mati, tidak ada yang tahu.
“Bunuh, bunuh, bunuh mereka!”
Tiba-tiba, Adrian merasakan niat membunuh yang mengerikan muncul dari lubuk hatinya. Dengan suara keras, dia menjatuhkan seorang gangster lagi. Matanya langsung berubah menjadi merah, Semerah darah.
“Ini tidak bagus…!”, Adrian menggertakkan giginya erat-erat, akan tetapi ekspresi wajahnya menjadi semakin ganas. Pada saat itu, dia dapat merasakan bahwa dirinya yang lain tengah bergegas keluar dari dirinya.
“Bang! Bang! Bang!”
Dalam sekejap mata, jalanan itu sudah di penuhi oleh tubuh gangster yang berserakan di mana-mana. Setelah menjatuhkan beberapa orang gangster itu, Adrian terengah-engah beberapa kali, nyaris tak bisa menahan hasrat membunuh dari jiwa petarung yang dia miliki yang terus bergejolak di dalam dada.
Tanpa Adrian sadari, jiwa petarung yang dia kembangkan beberapa tahun belakangan di Eropa, muncul kembali secara tiba-tiba, dikarenakan serangan diam-diam yang dialaminya.
Padahal sekembalinya dari Eropa, dia telah berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa dia tidak akan menggunakan jiwa petarung itu untuk berurusan dengan orang-orang sebangsa dan senegaranya. Adrian tahu betul, jika dia bertarung menggunakan jiwa petarungnya. Alhasil musuh-musuhnya itu akan mati menggemaskan dengan tak berbentuk.
“Bang! Bang! Bang!”
Adrian menjatuhkan seorang gangster lagi, sebelum akhirnya dia mengambil napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, untuk menenangkan dirinya.
Sedangkan dengan sisa gangster yang tersisa, mereka semua langsung melarikan diri sambil terkencing di celana setelah menyaksikan keganasan Adrian.
…
Di sisi lainnya
“Bocah ini terlalu jago berkelahi!”, Zhao Lee yang berada di belakang Zaky bergumam dalam hati. Dia merasa situasinya telah berbalik arah. Dengan secara diam-diam dia bergegas masuk kedalam mobil.
Pada saat ini, Adrian yang telah berhasil menenangkan dirinya, tiba-tiba terdengar suara mobil dinyalakan. Dia mendongak dan langsung melihat Zhao Lee gemetar saat menyalakan mobil, bersiap untuk melarikan diri.
Saat mobil itu mulai melaju, Zhao Lee menghela nafas dengan lega. “bocah ini jelas bukan manusia!. Lebih dari 20 orang gangster, bukanlah tandingannya”. Namun, itu tidak masalah bagi Zhao Lee, selama dia dapat kabur, masih banyak kesempatan di lain hari untuk mengalahkan Adrian. Di dunia ini banyak petarung yang hebat, selama dia menghabiskan banyak uang, pasti akan dapat membunuh Adrian.
Setelah memikirkan semua itu, Zhao Lee langsung menginjak pedal gas mobilnya dengan keras. Mobil itu pun melesat keluar dari gang sempit menuju ke pusat kota dengan kencang.
Di sisi lainnya, Zaky dengan bodohnya memperhatikan mobil itu melaju keluar dari gang sempit. Setelah mobil itu benar-benar menghilang dari gang sempit, barulah dia menyadari, bahwa dia telah ditinggalkan oleh Zhao Lee.
“Sialan…!!”
Zaky pun tidak tahan untuk tidak mengumpat Zhao Lee.
Pada saat itu, Zaky merasakan lehernya di cengkram dan di angkat ke udara. Tanpa sadar dia berbalik dan melihat wajah Adrian yang acuh tak acuh, dengan sorot mata yang samar-samar memancarkan warna merah. Zaky merasakan tubuhnya menggigil, dan dan dibarengi celananya yang mulai basah oleh air kencingnya sendiri.
Adrian mencengkeram leher Zhao Lee, lalu melemparnya pada tumpukan tubuh Anak buah Toni yang bergelimpangan di jalan. Adrian berjalan menuju Zhao Lee selangkah demi selangkah, dan setiap langkahnya membuat Tony menggigil semakin ketakutan dengan Adrian.
“Gedebuk!”
Zaky tiba-tiba berlutut di hadapan Adrian dan membenturkan kepalanya dengan keras ke aspal, “Kakak, tidak, tuan, saya seharusnya tidak memprovokasi tuan. Saya mohon ampuni nyawa saya. Saya berjanji tidak akan pernah memprovokasi tuan lagi”, ucapnya dengan gemetar memohon ampunan dari Adrian.
“gedebuk,,!!”
Zaky memohon dan bersujud sambil menghempaskan kening ke aspal yang keras itu beberapa kali. Dalam sekejap mata, keningnya langsung berlumuran oleh darah.
Zaky tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan agar mendapat pengampunan Adrian. Dia memiliki firasat, jika dia tidak melakukan itu, maka Adrian benar-benar akan membunuhnya tanpa ragu.
Melihat wajah Zaky yang berlumuran darah, membuat hati Adrian tergugah. Adrian bukanlah orang yang kejam, yang akan memakan orang-orang sebangsa dan senegaranya sendiri. Dari awal dia tidak ada niatnya untuk membunuh orang-orang itu. Melainkan tindakannya itu hanyalah sebatas menakuti-nakuti dan memberi sedikit pelajaran saja. Setelah itu, Adrian meninggalkan gang sempit selangkah demi selangkah.