Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 14
Bintang, Farel dan Zo, terdiam. Mereka bertiga sibuk dengan pikirannya masing-masing. Jika ditanya, apakah ketiga remaja ini terkejut dan syok? Tentu saja mereka bertiga terkejut dan syok. Namun, tidak seperti mereka pada umumnya. Keterkejutan mereka bertiga hanya cukup didalam hati saja.
"J-jodohkan? Z-zo Paksa?"
Bintang mencerna semuanya. Dan ya, sejak tadi Bintang baru menyadari kemana Daddy dan Mommy membawanya. Astaga, mengapa Bintang terlambat menyadari.
Dan ruangan ini? Ya, tadi siang dia baru saja dari sini, kan? Berdebat dan merasa dibuat jengkel oleh Zo, dan ternyata dia adalah ... astaga, ternyata. Kenapa dunia novel ini sempit sekali?
"Jadi anak dari teman Daddy adalah ... d-dia?" Bintang menunjuk Zo yang ada diatas brankarrr, dari wajahnya Zo juga terlihat linglung seperti dirinya.
Johan menatap Bintang, dia tersenyum lalu mengangguk. "Ya. Apa kau sudah mengenalnya, Bintang? Dari ekspresimu sepertinya kau sudah mengenalnya," Johan dan Talita bertatapan sejenak, mereka berdua semakin lega jika memang sebelumnya Zo dan Bintang sudah akrab.
Disofa yang berhadapan dengan Bintang. Farel melengos, kedua tangannya terkepal erat, dadanya terlihat naik turun menahan amarah. "Bintang dijodohkan? Dijodohkan dengan cowok bermuka dua itu? Tidak! Itu tidak boleh! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Bintang hanya untukku, hanya milikku!" Farel membatin.
"Hah? Jadi yang ingin Papa jodohkan denganku adalah ... cewek pembawa sial itu? Kok bisa kebetulan seperti ini? Tidak-tidak! Pokoknya aku tidak mau! Pertama bertemu dengan dia saja sudah membuatku terluka, lalu pertemuan kedua ini juga membuatku retak tulang. Dia ini pembawa sial, jika dia benar-benar menjadi istriku pasti aku akan selalu sial. Tidak! Pokoknya aku tidak mau dijodohkan!" Zo membatin dengan menatap Bintang yang terlihat berbeda.
"Tapi ... dia cantik sih kalau dandan." Zo membatin lagi.
Victor dan Sera beradu pandang. Lalu mereka menatap pada Bintang dan Zo bergantian, memperhatikan gerak-gerik mereka berdua. Apa benar mereka berdua sudah saling mengenal sesbelumnya?
Ifan yang tidak mengetahui hubungan Farel dan Bintang sudah berakhir, terkejut. Namun masih bisa menguasai diri untuk terlihat baik-baik saja. Namun, Ifan tidak bisa untuk tidak bertanya pada sang Putra.
"Rel! Bintang adalah pa.carmu, bukan? Apa kau sudah tidak bersamanya lagi?" tanya Ifan berbisik.
Farel meneguk ludah kesusahan. Pertanyaan Daddy membuat hatinya semakin memanas. Farel semakin tidak rela jika hubungannya dengan Bintang telah berakhir berapa hari yang lalu.
"Dad, lamar Bintang untukku. Jangan biarkan perjodohan mereka terlaksana. Aku benar-benar menyukainya. Walau ... aku sempat melakukan kesalahan, dan Bintang telah memutuskan hubungannya denganku," suara Farel terdengar frustasi.
"Memangnya kesalahan apa yang telah kau perbuat?"
Farel menunduk dengan perasaan bersalah dan menyesal. "Aku menjalin hubungan dengan Rima diam-diam, dan Bintang berakhir mengetahuinya."
Ifan menghembus nafas pelan. Dia sangat menyayangkan perbuatan Farel yang berseling.kuh dengan Rima. Gadis itu, tentu saja Ifan mengenalnya karena Papa Rima adalah sekretarisnya dikantor.
"Kau bodoh!"
"Ck, Dad! Sekarang please jangan menyalahkanku. Bantu aku!"
"Sulit jika urusannya sudah mendua. Daddy tidak ingin ikut campur! itu urusan anak muda." putus Ifan, dia sedikit kecewa karena Farel putus dengan Bintang.
Padahal, sejak lama Ifan sudah sangat mendukung hubungan mereka. Ifan berharap perusahaannya bisa semakin meluas jika memiliki besan seperti Johan Armada. Karena Johan Armada terkenal memiliki banyak perusahaan diluar negeri.
Mendengar jawaban Daddy, Farel meradang. Kepalan tangannya semakin kuat. "Bintang, ikut aku,"
"Eh!" Semua orang terkejut ketika Farel menarik Bintang keluar ruangan begitu saja.
...----------------...
Bintang mengibas genggaman Farel begitu sampai dibilik toilet. Kedua matanya menyorot penuh amarah dan kekesalan.
"Apa maumu, hah!"
"Jangan terima Perjodohan itu, Bin. Please!"
Bintang tersenyum miring. "Kau ini siapa, hah? berani mengatur-ngaturku,"
Farel menghela dia kembali disadarkan bahwa dirinya memang bukan siapa-siapa Bintang lagi. Tapi Farel masih mencintai Bintang.
"Bintang, aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Aku menyesal dan aku ingin mengulang semuanya dari awal. Please, Bin. Beri aku kesempatan. Aku berjanji akan setia,"
Bintang terdiam dan menatap Farel dengan serius. Bintang tengah mencari ketulusan dari ucapan Farel. Matanya, ekspresinya terlihat serius dan seperti sungguhan. Namun, hati Bintang sudah tertutup untuk seorang Farel.
Sudah move on? Mungkin sudah, tapi belum sepenuhnya. Kenyataannya melupakan dan menghapus semua kenangan saat bersama orang yang penting dalam hidup kita itu tidaklah mudah. Butuh waktu, butuh proses dan, terbiasa.
"Bin, kau mau kan memaafkan aku? dan kita kembali bersama?" Farel menggenggam kedua telapak tangan Bintang dengan lembut. Wajahnya mendekat ingin lebih jelas melihat wajah cantik Bintang yang berbeda dari biasanya. "Malam ini kau sangat cantik," lirih dan penuh makna. Perlahan wajah Farel semakin mendekat, mengikis jarak.
...----------------...
Rencananya sedikit berantakan dan tak sesuai dengan rencana awal. Hanya saja masih bisa dilanjutkan dengan sedikit hal yang berbeda. Kini diruang Mawar hening setelah Farel membawa Bintang keluar.
"Jo!" Victor memecah keheningan, dia bingung dalam situasi ini. "Farel dan Bintang..."
"Mereka pernah menjalin hubungan, dulu." Johan menjawab. Perasaan tidak suka pada sosok Farel semakin bertambah. Tanpa disengaja sosok Farel telah membuat rencana yang seharusnya mulus, sedikit berkoreng.
"Maafkan putraku. Aku akan menemuinya. Permisi," Ifan merasa tidak enak hati karena Farel bertindak tanpa pikir panjang. Ifan beranjak dan keluar ruangan untuk menemui Farel. Begitu diluar ruang, Ifan mengambil ponsel dan mencari nomor Farel, menghubunginya.
...----------------...
Drttttt....drttttt....
Getar ponsel didalam saku membuat Bintang menarik wajahnya menjauh dari wajah Farel yang hanya berjarak satu inci saja.
Farel mendesah pelan, mengambil ponsel dan menerima panggilan yang ternyata dari daddy. "Hm,"
"Daddy cukup malu dengan tindakanmu! Daddy tunggu diparkiran." Panggilan itu berakhir sebelum Farel mengucapkan apapun.
Farel meremat ponselnya, ingin melemparkannya kemana saja. Namun, lagi-lagi teringat jika ponselnya adalah kado dari Bintang saat ulang tahun kemarin. Tak jadi melempar, Farel justru tersenyum dan mengecup layar ponselnya dan memasukannya kedalam saku.
Begitu mengedarkan pandangan Farel terkejut, Bintang sudah tidak ada. Bintang sudah keluar dari bilik toilet ini. Emosi yang barusaja mereda kembali menyerang. Farel meninju dinding dan meninggalkan bilik.
"Tidak kusangka. Bintang akan sesulit ini untuk kugapai kembali. Aku minta maaf, Bin. Aku benar-benar bod0h! Aku benar-benar menyesal." Farel hanya bisa membatin dengan perasaan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.
...----------------...
Bintang kembali masuk kedalam ruang Mawar. Begitu masuk kedalam tatapan semua orang seakan mencekiknya. Terutama tatapan Daddy dan Mommy.
"Maa..."
"Tidak papa. Kau dan Farel hanya masalalu." ~ Victor.
,, beldelai beldelai ail matanieee...