Banyak Typo 🙏🏻 Sedang Proses Revisi. Terima kasih ❤️
"Maafkan aku Mas, jika selama ini aku membuatmu tersiksa dengan pernikahan ini. Selama 2 tahun aku berusaha menjadi istri yang sempurna untukmu, melakukan apa yang aku bisa agar membuatmu bahagia. Tapi ternyata, itu semua sia-sia dan tidak bisa membuatmu mencintaiku, aku menyerah Mas! menyerah untuk segalanya, berbahagialah dengan wanita yang kau cintai. Aku akan pergi dari kehidupanmu, dan semoga takdir tidak akan pernah mempertemukan kita kembali, dengan alasan apapun."
Itulah yang di katakan Rana pada lelaki yang menikahinya 2 tahun silam.
Hatinya hancur, setelah mengetahui jika Seno tidak pernah mencintainya dan menjalani pernikahan dengan penuh tekanan. Hingga akhirnya Mereka memutuskan untuk berpisah.
Setelah 4 tahun berpisah, Takdir kembali mempertemukan mereka.
Banyak cerita dan tragedi yang mengiringi pertemuan mereka kali ini.
🍁🍁🍁
Mohon dukunganny
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan Seno Yang Mengguncang Hati Rana.
Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁
Di saat baru beberapa langkah Seno, menapakkan kakinya menuju tanah lapang. Pandangannya sudah dialihkan dengan dua sosok manusia yang tengah bercengkrama di depan tenda klinik.
Siapa lagi jika bukan Rana, seseorang yang mampu mengalihkan pandangan Seno dari siapapun yang ada di sana. Tapi kali ini pandangan Seno bukan hanya tertuju pada Rana, melainkan pada seorang lelaki yang berada di sebelahnya dan dia adalah dokter Vir.
Seno mematung sejenak, untuk memperhatikan apa yang dua insan itu lakukan, yang bola mata Seno tangkap adalah. Rana sedang berbicara dengan dokter Vir, namun yang jadi fokus dan menarik perhatian Seno adalah! Rana berbicara dengan dokter Vir begitu berbeda di saat bicara dengannya, senyum mengembang terukir di bibirnya, dengan mata yang berbinar menatap dokter Vir, begitu juga Dokter Vir dia yang jauh lebih lekat menatap Rana dan Seno sudah bisa menyimpulkan jika dokter itu menyukai Rana.
Seno tercekik menyaksikan pemandangan yang membuat dadanya sesak, meskipun Rana hanya seseorang dari masa lalunya namun sampai saat ini, Seno belum menghilangkan nama Rana di pikiran dan hatinya.
"Apa yang kau lihat?"tanya Dika seraya menepuk pundak Seno.
"Tidak, ayo kita pergi."Ajak Seno.
"Sepertinya, kau tengah menyaksikan pemandangan romantis antara dokter dan perawat di sana, mereka benar-benar sangat cocok. Sepertinya sainganku sangat berat jika harus melawan dokter yang tampan dan dermawan itu."Ujar Dika.
"Dika, kita mau berangkat, tapi kau masih saja terus membual?"Seno yang kesal.
"Apanya yang membual, aku hanya mengatakan tentang apa yang sedang aku lihat di depan mata, bukankah mereka pasangan yang sangat romantis. Sepertinya aku harus mengalah, karena Rana begitu cocok dengan dokter Vir."
"Dika!"bentak Seno dan langsung membuat lelaki itu bungkam.
"Baiklah kau pergi terlebih dahulu, aku ingin menyapa mereka. Setidaknya mengucapkan perpisahan. Apa kau tidak ingin ikut?"
"Tidak!"sahut Seno cepat.
Namun meskipun dia sudah menolak, Dika tetap memaksanya dengan menarik dan mendorong Seno agar mengikuti langkah kakinya.
"Dika setelah ini, aku akan pastikan kau mendapatkan surat perintah untuk dipindahkan ke antariksa."Ancam Seno.
"Kau ini kaku sekali, aku hanya ingin membantumu untuk berpamitan dengan Rana. Sebenarnya kau inginkan mengucapkan selamat perpisahan kepada mantan istrimu itu kan? jadi seharusnya kau berterima kasih padaku, karena aku menemani dan akan mencairkan suasana kaku di antara kalian berdua nanti."
Kedatangan Dika dan Seno tentu mengejutkan Vir dan Rana yang masih berbincang hangat.
"Pak Seno, pak Dika."Sapa dokter Vir.
"Selamat pagi dokter Vir, maaf kehadiran Saya dan Pak Seno mengganggu suasana antara anda dan Rana, kami disini hanya ingin berpamitan, karena hari ini kami akan kembali ke kota."Ujar Dika, yang lebih dulu memulai pembicaraan karena Seno terlihat sangat enggan bahkan ia menatap lain kepada dokter Vir.
"Benarkah! Saya pikir, kalian masih tetap di sini sampai beberapa hari kedepan?"
"Kantor pusat menarik kami dan menggantinya dengan tim yang lain, untuk beberapa hari ke depan."
"Baiklah, terima kasih atas bantuan tim Anda selama berada di sini. Semoga di lain waktu kita bisa bertemu kembali, saya sangat senang bisa bekerja dengan anda Pak Dika dan Pak Seno."Ujar dokter Vir.
"Iya dok. Saya juga sangat senang berada di sini dan bisa bertemu dengan para tim medis yang sangat luar biasa, terutama teman saya ini. Dia yang paling senang berada di sini, tapi dia juga kesal karena sesuatu."Ujar Dika sambil melirik Seno yang masih terlihat datar tanpa berekspresi apapun selain menatap Rana dan Vir secara bergantian.
Dika mengulurkan tangannya di hadapan Rana dan ia pun mengucapkan terima kasih dan perpisahan pada wanita itu.
Rana menyambutnya dengan Ramah.
"Iya, hati-hati di jalan."Ujar rana yang tak ingin banyak berbicara.
"Ayo Seno cepat berpamitan kepada Rana dan dokter Vir."Kata Dika.
Dengan menetralkan rasa yang tidak karuan di dalam hatinya, Seno mengulurkan tangan kepada Rana.
"Berhati-hatilah selama berada di sini."Hanya itu yang Seno katakan. Tapi kata-kata itu mampu membuat hati Vir sedikit terguncang, karena dari kata-kata Seno mengandung makna yang dalam.
Rana pun menyambut uluran tangan Seno.
"Iya, terima kasih."
Seno tidak langsung melepas jabatan tangannya dengan Rana, ia malah menatap mata wanita itu, dan Rana segera membuang wajahnya karena tidak nyaman jika Seno memperhatikannya seperti itu, apalagi di depan Vir. Dia juga menarik paksa tangannya agar lepas dari tangan Seno.
Setelah berjabat tangan dengan Rana, Seno beralih kepada dokter Vir, tapi ekspresi wajahnya kali ini sangat berbeda. Ia seperti berhadapan dengan pesaingnya, dan menjabat tangan dokter Vir begitu kuat sampai membuat dokter itu mengerutkan alisnya tapi tidak berani bersuara.
Dokter Vir hanya menanggapinya dengan senyum dan berkata.
"Anda memiliki tenaga yang kuat sekali Pak Seno, pantas saja Anda selalu bisa diandalkan sebagai ketua tim."
Seno senyum, tapi senyum yang sangat dipaksa atau senyum tidak ikhlas.
"Terima kasih atas pujiannya dokter Vir, Anda juga sungguh sangat luar biasa sehingga Anda selalu disebut sebagai dokter malaikat."
Mereka sama-sama tersenyum, tapi senyum yang sangat hambar.
Dan mata Kedua lelaki itu pun saling pandang, entah apa yang mereka pikirkan.
"Sudah-sudah. Kenapa suasananya jadi aneh seperti ini."Ujar Dika yang menangkap sinyal buruk dari mata Seno.
Setelah sekali lagi menggenggam kuat tangan dokter Vir, seno melepaskannya.
"Saya permisi dokter. Semoga di lain waktu kita bisa bertemu kembali."Ujar Seno.
Dokter Vir, mengangguk.
"Saya pun berharap begitu, Pak Seno."
Setelah melakukan perpisahan penuh drama dengan dokter Vir dan Rana, Seno dan Dika pun menuju ke tanah lapang dan siap untuk berangkat.
Tapi sebelum Seno, benar-benar menjauh. Dia membisikan sesuatu pada Rana.
"Sepertinya, kau melupakan sesuatu. Apa kau pernah menerima akte cerai kita?"
Deg.
Seketika jantung Rana seperti di hantam batu besar. Ya, dia belum pernah menerima dan melihat akte cerainya secara langsung.
"Tidak, kak Sarah bilang, jika akte cerai itu sudah keluar. Tapi kenapa Mas Seno bicara seperti ini." Batin Rana.
Setelah melayangkan gugatan cerai, Rana mengalami keterpurukan. Bahkan ia tidak pernah menghadiri persidangan. Semua di urus oleh Sarah dan Bima. Tapi Sarah mengatakan jika Seno tidak mempersulit dan semua berjalan lancar. Bahkan kakaknya itu mengatakan jika akte cerai mereka sudah keluar, tapi saat itu Rana tidak mau melihat berkas tersebut, karena itu akan semakin membuatnya terluka. Dan sampai saat ini, akte itu Rana yakini masih di tangan Sarah. Entah apa yang di lakukan Sarah dan Bima 4 Tahun lalu. Apakah dia membohongi Rana? Atau Seno yang saat ini tengah membual?
Hanya tuhan yang tahu.
Rana menatap setiap langkah kaki Seno yang menjauh dengan perasaan yang campur aduk, karena perkataan terakhir lelaki itu.
Sebenarnya Rana sangat senang, karena lelaki itu terlebih dahulu meninggalkan tempat ini. Jadi sudah tidak ada lagi yang mengganggu pikirannya. Tapi kepergian lelaki itu justru semakin membuat Rana berpikir keras. Dan entah kenapa hati Rana. Berbanding terbalik dengan keinginan dan jiwanya yang berbahagia karena Seno sudah meninggalkan tempat itu, karena Rana pastikan mereka tidak akan bertemu lagi. Tapi bagaimana dengan kata-kata yang Seno ucapkan tadi?
"Kau baik-baik saja?"Tanya Dokter Vir.
"Aku baik, tidak ada alasan untukku tidak baik-baik saja."Rana, mencoba tenang.
"Aku senang mendengarnya, Rana aku hanya mengingatkanmu, untuk selalu menatap masa depan."
Ranah mendongak menatap dokter Vir, mencerna maksud dari perkataan pria itu.
Namun ia tidak mau memperdulikan itu, karena saat ini pikirannya di penuhi dengan ucapan Seno tadi.
Dan Rana juga, tidak mau membahas soal Seno kepada dokter Vir, hingga ia memilih diam.
"Sinyal di sini sudah kembali pulih, kau bisa menghubungi Ibu dan kakakmu."Kata dokter Vir, mencairkan suasana, karena ia melihat ketegangan di wajah Rana.
Rana mengangguk dan ia beranjak Pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.
Ia harus meminta penjelasan dari Sarah dan Bima.
Bersambung..
🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️