"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Pulang
"Bereskan barangmu, kita langsung ke Jakarta!" perintah Papa.
Aku yang masih terkejut dengan semua yang terjadi, membereskan semua barang-barangku dengan cepat. Papa terlihat sangat marah. Dia menanti dengan tidak sabar.
Kemudian segera menyambar koperku. Bram ternyata menunggu di depan pintu. Pria itu ingin mencegah kepergianku.
"Berikan saya kesempatan, Pa. Kami hendak memperbaiki hubungan kami. Tolong, Pa. Saya sangat mencintai, Cassie," ucap Bram mencoba meyakinkan Papa.
"Kalau kamu memang mencintai Cassie. Kamu tidak akan berselingkuh! Saya sudah mengetahui semua rahasia rumah tangga kalian. Bagaimana kamu memperlakukan anakku selama ini. Bagaimana kamu menghadirkan wanita lain dalam hidupnya. Kurasa, itu sudah menjelaskan semua hal," tukas Papa.
"Hubunganku dengan wanita itu sudah berakhir, Pa. Tolong berikan aku kesempatan," balas Bram.
"Kamu tidak pernah mengakhiri hubungan kita, Bram!" Tiba-tiba seorang wanita datang dengan angkuhnya.
Cassie menatap tajam wanita itu, dia dapat menduga kalau perempuan itu adalah Raina. Perempuan yang menjadi duri dalam daging dalam pernikahannya. Perempuan yang membuatnya selalu menjadi nomor dua di hati Bram.
Cassie menatap Bram yang terkejut dengan kedatangan Raina. Bram tampak takut kalau Cassie terpengaruh dengan kedatangan Raina.
"Bram harus bertanggung jawab pada janin yang ada dalam kandunganku. Kamu harus menikahiku!" tuntut Raina dengan senyum yang tidak lepas dari wajahnya.
Cassie menunggu reaksi Bram. Raut wajah Bram berubah menjadi merah. Menahan emosi yang keluar dalam dirinya. Tangannya mengepal.
Di sisi lain, Gunawan yang telah mengetahui rumor bahwa Bram menghamili Raina menatap tajam menantunya itu.
"Kau ingin aku memberikan kesempatan bukan? Buktikan kalau wanita jal4ng itu tidak mengandung benihmu. Bila kau dapat membuktikan hal tersebut. Aku akan mempertimbangkannya!" ujar Gunawan menarik tangan Cassie.
"Tunggu!"
Cegah Bram dengan memegang tangan Cassie. Pria itu menatap dalam pada bola mata sang istri. Berharap tidak ada keraguan dalam hatinya yang merubah keputusan Cassie untuk tetap bersama.
"Kamu percaya padaku, kan? Aku akan membuktikan kalau itu bukan janinku. Tolong percaya padaku," ucap Bram.
Cassie menatap lurus Bram. "Kalau begitu buktikan dan bawa aku kembali, Bram. Hanya itu yang dapat aku katakan," balas Cassie dingin.
Raina menatap Cassie dengan pandangan merendahkan. Sedari dulu, dia sudah menang dari nona muda manja di hadapannya. Sekarang, dia akan mempergunakan apa pun untuk mendapatkan yang dia inginkan. Termasuk menyingkirkan, Cassie selamanya dari hidup Bram.
"Aku akan membuktikannya, Cassie. Aku akan membuktikan kalau anak ini bukan anakku!" tukas Bram.
"Bram! Ini anakmu!" bantah Raina.
Tanpa menoleh lagi, Cassie mengikuti Gunawan untuk pergi dari hadapan Bram. Cassie masih tidak mempercayai semua hal yang dikatakan Raina. Namun, hal itu membuatnya cukup shock.
Bahkan, Cassie tidak menyadari dia sudah berada di Indonesia. Pikirannya melayang entah ke mana ketika dia melakukan penerbangan menuju Jakarta.
Di sepanjang perjalanan menuju Jakarta, suasana di dalam mobil terasa menyesakkan. Cassie hanya bisa duduk diam, tangannya terkepal di pangkuan. Sementara sang ayah, Gunawan, menyetir dengan rahang mengeras dan napas berat menahan amarah.
Sesekali ia melirik Cassie lewat kaca spion, tapi tidak berkata apa-apa. Diamnya jauh lebih menakutkan daripada teriakan.
Begitu sampai di rumah keluarga mereka, Gunawan membanting pintu mobil dan langsung menghadap Clarissa yang menunggu di teras. Jessie sudah ada di sana, wajahnya cemas, matanya menatap Cassie yang tertunduk saat turun dari mobil.
“Kamu tahu anak kita itu tinggal di mana? Di apartemen Bram! Seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa!” pekik Gunawan, membuat Clarissa menegang. “Apa dia sudah kehilangan harga diri?! Sudah tahu seperti apa laki-laki itu, masih juga kembali!”
Cassie mengepalkan tangannya, menahan tangis yang hampir pecah. “Papa, cukup. Aku tahu apa yang aku lakukan.”
“Kamu tidak tahu apa-apa, Cassandra!” bentak Gunawan. “Kamu cuma gadis keras kepala yang lebih memilih dihancurkan dua kali oleh orang yang sama daripada mendengarkan keluargamu!”
***
Sementara itu, di apartemennya yang kini terasa hampa, Bram menatap pintu yang baru saja ditutup paksa oleh Gunawan. Tangannya mengepal. Ia tidak bisa membiarkan ini terjadi. Tidak setelah Cassie akhirnya mempercayainya lagi.
Ketika ia hendak mengejar Cassie, suara yang sangat ia benci kembali terdengar—Raina, berdiri di ambang pintu dengan jaket di tangan.
“Kamu serius mau pergi menyusul dia?” Raina menatapnya sinis. “Padahal kamu belum mengurus tanggung jawabmu.”
Bram hanya melirik perempuan itu dingin. “Aku nggak pernah punya tanggung jawab apapun ke kamu, Raina. Ayo kita ke rumah sakit!"
"Apa maumu Bram?" tanya Raina.
"Kenapa? Kamu ingin aku bertanggung jawab, bukan? Ayo kita ke rumah sakit!" balas Bram menatap Raina yang mendadak gelisah.
Tanpa menunggu lagi, Bram memegang tangan Raina, mengambil kunci mobilnya, dan memaksanya untuk ikut bersamanya.
Pria itu harus bersabar dan membuktikan bila dirinya bukan pria brengsek yang menghamili Raina. Dia tahu ini saatnya menunjukkan pada keluarga perempuan itu bahwa dia bukan pria yang sama seperti dulu.
Dan dia akan melakukan apa pun untuk kembali bersama Cassie., meski dengan seluruh dunia menolaknya.
"Apa yang kamu inginkan, Bram?"
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Halo, maaf aku update bolong-bolong ya. Doakan semoga konsisten. Hehe. Aku ada sedikit dana kaget [dikit bgt nih jumlahnya, maaf ya]. Scan barcode di bawah ini ya.
Tetap dukung novel ini, dengan like dan komentar. Jangan lupa rating bintang 5 ya. Heee
Dan juga keluarga Adrian kenapa tdk menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi Rania yg licik?? dan membiarkan Bram menyelesaikannya sendiri?? 🤔😇😇
Untuk mendapatkan hati & kepercayaannya lagi sangat sulitkan?? banyak hal yg harus kau perjuangan kan?
Apalagi kamu harus menghadapi Rania perempuan licik yg berhati ular, yang selama ini selalu kau banggakan dalam menyakiti hati cassie isteri sahmu,??
Semoga saja kau bisa mendapatkan bukti kelicikan Rania ??
dan juga kamu bisa menggapai hati Cassie 😢🤔😇😇
🙏👍❤🌹🤭
😭🙏🌹❤👍