NovelToon NovelToon
Cinta Datang Setelah Pergi

Cinta Datang Setelah Pergi

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: jannah sakinah

Di balik tirai kemewahan dan kekuasaan, Aruna menyembunyikan luka yang tak terobati, sebuah penderitaan yang membungkam jiwa. Pernikahannya dengan Revan, CEO muda dan kaya, menjadi penjara bagi hatinya, tempat di mana cinta dan harapan perlahan mati. Revan, yang masih terikat pada cinta lama, membiarkannya tenggelam dalam kesepian dan penderitaan, tanpa pernah menyadari bahwa istrinya sedang jatuh ke jurang keputusasaan. Apakah Aruna akan menemukan jalan keluar dari neraka yang ia jalani, ataukah ia akan terus terperangkap dalam cinta yang beracun?

Cerita ini 100% Murni fiksi. Jika ada yang tak suka dengan gaya bahasa, sifat tokoh dan alur ceritanya, silahkan di skip.

🌸Terimakasih:)🌸

IG: Jannah Sakinah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Revan menatapnya dengan lembut. “Aku tahu. Itu tidak mudah. Tapi yang bisa kita lakukan adalah berjalan bersama. Aku tidak ingin kamu merasa terbebani atau terburu-buru. Jika kamu butuh waktu, aku akan menunggumu.”

Aruna menatapnya, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tidak tahu apakah aku pantas untuk bahagia lagi, Revan. Terkadang, aku merasa seperti aku mengkhianati Rio.”

Revan menggelengkan kepala. “Kehilangan itu memang berat, Aruna. Aku tidak akan memaksa kamu untuk melupakan Rio, tapi kamu harus tahu bahwa kamu berhak untuk merasa bahagia, berhak untuk mencintai lagi tanpa rasa bersalah. Cinta itu tidak memiliki batas.”

Aruna menghela napas panjang, mencoba mencerna kata-kata itu. Mungkin, hanya mungkin, ia sudah mulai melangkah ke arah yang benar. Mungkin, sudah saatnya untuk melepaskan masa lalu dan memberi kesempatan pada dirinya sendiri untuk mencintai lagi.

Beberapa hari kemudian, Aruna kembali ke kamar kerjanya. Ia menatap lukisan yang belum selesai di atas kanvas. Seperti biasanya, lukisan itu menggambarkan dirinya sendiri, tetapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada cahaya di matanya, ada kehidupan yang lebih cerah. Ia menyentuh ujung kuas dengan lembut dan melanjutkan lukisan itu.

Ketika Revan masuk ke dalam kamar beberapa saat kemudian, ia terkejut melihat perubahan yang terjadi pada lukisan itu. “Kamu melukis diri sendiri?”

Aruna mengangguk, tersenyum tipis. “Ya, aku melukis diriku sendiri. Tapi kali ini, aku melukis dengan harapan. Harapan bahwa suatu hari aku bisa menemukan kedamaian dalam diriku.”

Revan mendekat dan berdiri di sampingnya, melihat lukisan itu dengan seksama. “Lukisan yang indah, Aruna. Aku senang kamu mulai menemukan kedamaian itu.”

Aruna tersenyum lembut. “Aku rasa, sedikit demi sedikit, aku mulai mengerti apa arti kebahagiaan itu. Aku tidak perlu menunggu untuk menjadi sempurna, aku hanya perlu menerima diriku apa adanya.”

Revan mengangguk, memberikan senyum yang penuh makna. “Dan aku akan selalu ada untuk mendukungmu dalam perjalanan ini.”

Hari-hari yang lewat perlahan-lahan membentuk kehidupan yang baru bagi Aruna dan Revan. Tidak ada lagi perasaan terjebak dalam masa lalu, tidak ada lagi perasaan takut untuk mencintai. Aruna tahu bahwa perasaannya terhadap Revan masih berkembang, dan meskipun ia tidak bisa langsung memberikan segala yang ia miliki, ia tahu bahwa langkah-langkah kecil yang ia ambil sekarang adalah langkah menuju kebahagiaan.

Tidak ada jalan yang sempurna, tetapi dengan Revan di sisinya, Aruna mulai merasa bahwa hidup ini layak untuk dijalani dengan penuh cinta dan harapan.

Pagi itu, angin yang sejuk menerpa wajah Aruna saat ia berdiri di balkon kamar tidur. Ia menatap keluar, melihat pemandangan kota yang tampak tenang di bawahnya. Meskipun dunia luar terasa jauh, Aruna merasakan kedamaian yang baru. Dalam beberapa bulan terakhir, ia telah belajar untuk menerima kenyataan hidupnya dan mulai menapaki jalan yang baru, meskipun tidak selalu mudah.

Revan kini telah menjadi bagian dari hidupnya yang tak terpisahkan, dan meskipun ia belum sepenuhnya bisa melupakan Rio, ia mulai memahami bahwa kehidupan harus terus berjalan. Namun, ada banyak pertanyaan yang mengganggu benaknya. Apakah ia benar-benar siap untuk sepenuhnya membuka hatinya untuk Revan? Atau adakah hal-hal yang masih mengganjal dalam dirinya?

Aruna mengambil napas dalam-dalam, membiarkan udara pagi masuk ke dalam paru-parunya. Setiap hari yang ia jalani semakin terasa seperti langkah kecil menuju suatu perubahan besar. Revan sudah berada di sampingnya selama ini, memberikan dukungan tanpa pernah memaksanya untuk terburu-buru. Namun, meskipun begitu, ia tahu bahwa ia harus membuat keputusan, keputusan untuk sepenuhnya membuka hatinya kepada pria yang telah begitu sabar menunggunya.

Ketika Aruna sedang tenggelam dalam pikirannya, ia mendengar suara pintu yang terbuka. Revan masuk ke dalam kamar, mengenakan setelan jas seperti biasanya. Ia tersenyum saat melihat Aruna berdiri di balkon, tampak begitu tenang.

“Pagi, Aruna,” sapa Revan, melangkah mendekat dan berdiri di sampingnya.

“Pagi, Revan,” jawab Aruna sambil tersenyum. “Ada apa denganmu pagi ini? Terlihat lebih cerah dari biasanya.”

Revan tertawa kecil, kemudian menatap ke luar bersama Aruna. “Hanya merasa sedikit lebih ringan. Tidak ada alasan khusus. Hanya saja, aku merasa hari ini akan menjadi hari yang baik.”

Aruna mengangguk, merasa ada ketulusan dalam kata-kata Revan. Meskipun kehidupan mereka tidak selalu sempurna, ada sesuatu dalam diri Revan yang selalu membuatnya merasa nyaman. Pria itu tidak pernah menuntut lebih, tidak pernah mencoba menggantikan siapa pun dalam hidupnya. Revan hanya ingin menjadi pendamping yang baik, menemani Aruna dalam perjalanan hidup yang tak pasti ini.

Namun, Aruna merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia tahu bahwa ia tidak bisa terus hidup dengan keraguan ini. Ia perlu membuat keputusan, meskipun itu akan sangat sulit. Perlahan, ia menoleh ke arah Revan, melihat matanya yang penuh perhatian.

“Revan…” kata Aruna, suara lembut namun penuh keteguhan. “Aku rasa… aku sudah siap.”

Revan menatapnya dengan penuh perhatian. “Siap untuk apa?”

“Siap untuk memberi kesempatan pada diriku sendiri… dan juga pada kita,” jawab Aruna, mengalihkan pandangannya ke luar, mencoba menenangkan dirinya. “Aku tahu aku belum sepenuhnya bisa melupakan masa lalu, dan aku juga tidak ingin melupakan Rio begitu saja. Tapi aku ingin kamu tahu… aku ingin belajar mencintaimu.”

Revan terdiam sejenak, lalu senyum hangat muncul di wajahnya. “Aruna, aku tidak meminta kamu untuk melupakan apapun. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku di sini, menunggumu, siap menemanimu dalam setiap langkah. Aku tidak akan memaksamu, tapi aku sangat bersyukur mendengar kata-kata itu.”

Aruna menatapnya, sedikit terkejut dengan keheningan yang menyelimuti mereka. Revan benar, dia tidak memaksanya untuk menjadi seseorang yang berbeda. Namun, kali ini, Aruna merasa ada keinginan kuat dalam dirinya untuk melangkah maju, meninggalkan segala keraguan yang selama ini menghalangi dirinya untuk benar-benar terbuka kepada Revan.

Mereka berdua diam sejenak, hanya mendengarkan suara alam di sekitar mereka. Angin pagi masih berhembus lembut, membawa harum bunga-bunga yang baru saja mekar di taman belakang rumah.

Beberapa hari setelah percakapan itu, Aruna mulai merasakan perbedaan dalam dirinya. Ia tidak lagi merasa terbebani oleh masa lalunya, dan meskipun ia tahu itu tidak akan pernah hilang sepenuhnya, ia belajar untuk tidak membiarkan kenangan itu menguasai hidupnya. Ia mulai melihat Revan bukan hanya sebagai suami yang sah, tetapi sebagai teman, sebagai pendamping yang selalu ada di saat ia membutuhkan dukungan.

Revan semakin menunjukkan perhatiannya. Ia mulai melibatkan Aruna dalam berbagai kegiatan yang ia lakukan, bahkan kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Mereka mulai berbicara lebih banyak, berbagi cerita tentang kehidupan mereka masing-masing, tentang impian dan ketakutan mereka.

Meskipun perjalanan mereka baru dimulai, Aruna merasa lebih nyaman dari sebelumnya.

Pernikahan mereka, meskipun tidak sempurna, mulai terasa lebih nyata. Tidak ada lagi rasa terpaksa, tidak ada lagi ketegangan yang tidak diungkapkan.

1
Jannah Sakinah
Terima kasih sudah singgah, dan Terima kasih atas dukungannya❤
cintah_jeno
semangat terus ya kak /Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!