Sandrina nekad tidur dengan pria yang dijodohkan dengan kakaknya, Bastian Helford. Lantaran kakaknya telah tidur dengan tunangannya.
Semua miliknya direnggut, dan Sandrina berjuang untuk mendapatkan kembali yang menjadi miliknya
"Dia satu-satunya milikku yang kurebut kembali"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farhati fara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami lebih baik dari kakak ipar
"Apa tebakanku benar? Melihat dari ekspresimu, itu semua sepertinya benar. Sebenarnya tidak sulit untuk mengetahuinya ketika kamu merayu pria kakakmu dan menyeretnya ke tempat tidur" Bastian terus berucap tanpa peduli dengan Sandrina yang terdiam. Tetapi jika dijabarkan, Bastian akan berkata, apa yang Sandrina lakukan malam itu tidaklah patut dikatakan sebagai merayu karena gadis itu terlihat buruk dengan pekerjaan itu
"Jangan munafik. Mari kita buat kesepakatan. Aku akan menyelamatkanmu dari keluargamu dan Nona Sandrina harus menjadi istri yang patuh," lanjut Bastian lagi yang kini tangannya bergerak menggapai dagu Sandrina dan mengangkatnya. Mata mereka bertemu dalam jarak yang begitu dekat
"yah, bukankah suami lebih baik daripada kakak ipar?" tanya Bastian kemudian dengan senyum kecil tergambarkan di wajah tampannya
"Sebenarnya kenapa kau melakukan ini?" tanya Sandrina akhirnya dengan suara yang hampir tidak terdengar
"Kau yang membuatku seperti ini. Atau harus kukatakan kalau malam yang kita habiskan saat itu begitu panas dan memuaskan," ucap Bastian yang kini dengan lancangnya mengusap dagu Sandrina. Nada vulgar yang pria itu ucapkan membuat wajah Sandrina memerah seketika, tenggelam dalam rasa malu ketika pikirannya teringat pada apa yang telah mereka lewati di malam itu
"k-kau benar-benar gila," sembur Sandrina sembari menghempas tangan Bastian di dagunya, membuat tangan sang pria melayang ke belakang
Alih- alih marah, Bastian malah semakin tersenyum lebar melihat reaksi yang diberikan oleh gadis itu
"Aku anggap itu sebagai pujian" ucap Bastian yang tidak lagi mau memperpanjang bahasannya dan mengajak Sandrina untuk keluar karena orang tua mereka mungkin sedang menunggu.
"Kau pasti tahu kalau aku datang kesini, kan?" tanya Sandrina dengan langkah yang bergerak beriringan dengan Bastian
"Yah, tidak begitu sulit untuk menemukan satu orang. Apalagi jika itu adalah wanita yang melarikan diri dari tempat tidurku" jawab Bastian dengan tenang. Jawaban pria itu membuat bibir Sandrina membeku, tidak lagi mampu untuk kembali berbicara hingga sunyi menjadi latar ketika akhirnya mereka pulang dengan keluarga masing-masing.
Ditengah perjalanan pulang, Odette bersikeras menyuruh sang ayah untuk menurunkan Sandrina karena wanita itu tidak mau se mobil dengan Sandrina. Kemarahan Odette masihlah memenuhi dada hingga Sandrina pun mengerti dan menyuruh sang ayah untuk menurunkannya, lagian pun dia butuh waktu untuk merenungi semua apa yang Bastian ucapkan sebelum ini.
Sandrina melangkah pelan ditengah jalan dimana mobil yang ditumpangi keluarganya sudah melaju meninggalkannya sendirian meniti langkah untuk pulang, tapi Sandrina menikmatinya. Dia jadi bisa menikmati saat-saat matanya tidak perlu melihat pada keluarga busuknya.
Ketika hari menjelang sore, akhirnya Sandrina sampai ke rumahnya. Pertanyaannya kenapa Sandrina masih mau kembali ke rumah itu saat dirinya punya kesempatan untuk bebas? Jawabannya karena rumah itu adalah satu-satunya tempat dimana penuh dengan kenangan ibunya, dan rumah itu adalah miliknya. Sandrina tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Tidak, sampai dirinya punya alasan bagus untuk meninggalkan rumah yang dipenuhi iblis di dalamnya
Wajahnya terlihat lelah walau tidak begitu kentara karena Sandrina tidak terburu-buru dalam mengejar langkahnya. Dia hanya berjalan pelan sembari memikirkan apa langkah yang harus diambilnya setelah ini. Haruskah dirinya menerima ajakan menikah yang Bastian tawarkan padanya?
Kepala Sandrina dipenuhi oleh berbagai kalimat yang sebelumnya Bastian ucapkan tentang bagaimana dirinya yang merayu pria itu padahal tahu kalau Bastian adalah pria kakaknya, dan tentang tawaran sang pria dengan kalimat kalau suami lebih baik daripada kakak ipar
'Pria itu, apa aku bisa mengatasi apa yang akan terjadi setelah memilih pria itu' pikirnya yang masih dipenuhi keraguan. Sejujurnya, Sandrina merasa tidak percaya diri. Dia hanya mengambil satu hal dari Odette namun sudah membuatnya se gelisah ini. Semua karena hal itu adalah Bastian, sesuatu yang lebih berharga dari apapun bagi Odette.
Kembali perkataan Bastian terlintas di benaknya
"Bagaimanapun, bukankah pernikahan ini tidak masalah bagi siapapun yang merupakan putri dari Nyonya Angela Harper?" itulah kata pria itu yang terus membayang di kepala Sandrina.
Tangan Sandrina terkepal erat saat menyadari kalau pra syarat pernikahan ini adalah putri dari ibunya dan itu sudah jelas. Sejak awal posisi istri Bastian bukanlah milik Odette, tapi miliknya.
"Huu..." Sandrina menghembuskan nafasnya kasar sembari mulai membuka pintu depan rumahnya untuk masuk. Namun, baru saja kakinya melangkah masuk telinganya sudah berdenging dengan suara yang tak asing
"HEY!" teriakan itu bergema disertai dengan rambut Sandrina yang ditarik secara tiba-tiba, bahkan sebelum Sandrina tersadar dengan apa yang terjadi
"Dasar wanita gila!" pekik Odette yang terlihat jelas begitu marah sembari menarik kuat rambut Sandrina yang sama sekali belum bersiap untuk serangan tiba-tiba ini
"Ah...!" Sandrina juga berteriak kesakitan. Kulit kepalanya terasa panas akibat jambakan Odette yang tak kira-kira
"Apa kau gila? Dasar wanita murahan!" Odette terus saja memaki mengatai Sandrina, sedang gadis yang saat ini menjadi korban berusaha melepaskan rambutnya dari jambakan Odette hingga akhirnya Sandrina dengan kekuatan entah dari mana berhasil membalik keadaan. Dia meraih rambut Odette dan balas menariknya kuat
"Aku hanya melakukan hal yang sama seperti yang kakak lakukan, apa salahnya?" ujar Sandrina dengan rambut yang sudah acak-acakan. Sedang Odette kini malah berusaha untuk melepaskan tangan sang adik yang menjambak rambutnya balik.
"Dasar ja lang! Memangnya Bastian sama Tommy itu sama?" sahut Odette di tengah kesakitan kepalanya yang rambutnya ditarik. Oh, asal Odette tahu. Mereka sama, sama-sama lelaki. Bagaimana bisa Bastian dan Tommy tidak disamakan. Buktinya mereka berdua sama-sama tergoda dengan wanita yang bukan tunangannya. Pada dasarnya semua lelaki sama, persis seperti perempuan yang ketika bertengkar, rambut menjadi kelemahan dan menjambak rambut lawan adalah senjata andalan, seperti yang saat ini kalian lakukan!
"Kakak yang duluan merayu tunanganku. Kakak yang jahat, Tommy adalah tunanganku!" seru Sandrina tidak terima dengan apa yang diterimanya. Selama ini dia selalu mengalah, tapi lihat! Sandrina baru mengambil satu hal dari Odette tapi kakaknya itu sudah menggila
"Kau dan aku itu sama saja!" Odette juga berteriak tidak mau kalah. Sandrina tetap tidak melepaskan rambut Odette ketika dengan tiba-tiba hantaman keras mengenai pipinya. Sandrina tersungkur, dan dalam keadaannya yang kacau Sandrina dapat melihat siapa pelaku yang memukul pipinya.
"Jangan berani-beraninya tangan kotormu menyentuh putriku yang berharga," ya, itu adalah suara Meisha dan pelakunya itu adalah Meisha. Wajah wanita yang menjadi ibu tirinya Sandrina itu juga terlihat begitu marah, seakan akan membunuh siapapun yang menghalanginya
"Ah sial! Rambutku," ucap Odette seraya membenarkan rambutnya yang terasa kusut berantakan. Dua orang itu yang terasa seperti lintah dalam hidupnya Sandrina saling bekerja sama untuk menunggunya saat ini dan memukulnya hanya karena Sandrina mencoba mendapatkan kembali semua haknya.
.
.
.
untung ada si basbas yg masih peduli sama sandrina
kamu terima aja pernikahan sama basbas pasti kamu akan jauh lebih baik nanti
dan buat hancur keluarga setan itu
tdk sabar pen lihat kehancuran si tua bangka dan kluarga setan@
good bg babas👍