Pernikahan Mentari dan Bayu hanya tinggal dua hari lagi namun secara mengejutkan Mentari memergoki Bayu berselingkuh dengan Purnama, adik kandungnya sendiri.
Tak ingin menorehkan malu di wajah kedua orang tuanya, Mentari terpaksa dinikahkan dengan Senja, saudara sepupu Bayu.
Tanpa Mentari ketahui, Senja adalah lelaki paling aneh yang ia kenal. Apakah rumah tangga Mentari dan Senja akan bertahan meski tak ada cinta di hati Mentari untuk Senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran Adik Kakak
Mentari
Akhirnya Purnama menunjukkan perasaan yang ia sembunyikan selama ini. Rasanya aku ingin marah, bahkan kalau perlu aku akan meneriakinya dan mengatakan betapa busuk penilaiannya selama ini terhadapku. Sayangnya, sebagai seorang kakak yang menyayangi adikku, aku tak bisa melakukan hal itu. Aku tak bisa. Tak sanggup menyakiti hati adikku sendiri.
Aku selalu ingat pesan Bapak saat kami kecil dulu, jika suatu hari nanti Bapak dan Ibu sudah tiada, maka aku yang harus menjaga Purnama. Kami dua bersaudara harus selalu saling sayang, apalagi Purnama sejak kecil sering sekali sakit-sakitan sampai nama panggilannya diganti dari Bulan menjadi Purnama, mana tega aku berbuat jahat padanya?
Sejak dulu, aku selalu membela Purnama karena aku amat menyayanginya. Aku juga membela Purnama jika Bapak memarahinya. Sayangnya, selama ini Purnama malah berpikir kalau aku selalu ingin mencari perhatian Bapak dan menunjukkan betapa penyayangnya diriku.
Sangat disesali, selama ini Purnama sudah salah kaprah. Bapak memang bersikap agak keras padanya. Bapak mau, Purnama bisa menjadi anak yang kuat menghadapi kerasnya dunia, tak lagi menjadi anak yang lemah. Purnama tak tahu betapa sayangnya kami terhadapnya.
Aku tersenyum lalu menatap Purnama dengan lekat. "Seperti itukah penilaianmu terhadapku selama ini? Aku licik serta jahat? Apa hanya itu penilaianmu terhadapku?"
Purnama mengangkat sudut bibirnya. "Memang benar seperti itu, bukan? Mbak Tari selalu memiliki semua yang aku inginkan di dunia ini-"
Sebelum Purnama selesai mengatakan semua isi hatinya, aku sudah memotong ucapannya terlebih dahulu. "Tentu saja, karena kamu memang tak pernah memilikinya, jadi bisa aku miliki. Bisa dikatakan, aku tidak merebut apapun dari siapapun, termasuk dari dirimu, bukan?"
Purnama membuka mulutnya ingin membalasku namun tak kubiarkan itu terjadi. Jika kemarin saat ia menghancurkan pernikahanku, aku diam saja, tidak kali ini. Kalau aku diam, aku hanya membuat adik yang kusayangi semakin hancur. "Sayang sekali ya selama ini kamu sudah salah paham. Asal kamu tau, aku mendapatkan semua itu karena aku usaha, bukan dengan cara yang instan apalagi sampai tega menghianati saudara sendiri demi mencapai apa yang kamu inginkan," balasku dengan pedas.
"Mbak tak pernah mau kalah," balas Purnama.
"Tentu saja. Siapa sih orang yang di dunia ini mau kalah? Tidak ada, Purnama," balasku lagi.
"Mbak mendapatkan kasih sayang Bapak yang sangat berlimpah," balas Purnama lagi.
"Oh ya? Bukankah kamu yang selalu mendapat perhatian Bapak sejak kamu kecil? Siapa yang terlalu sayang sama kamu sampai rela mengganti nama panggilanmu dan mengadakan pengajian besar-besaran agar kamu selalu sehat? Siapa yang sering kali begadang dan kurang tidur karena menjagamu yang sering demam dan terkadang kejang? Bapak, bukan? Apa Bapak pernah melakukan semua hal itu padaku? Tidak pernah! Jadi menurutmu, siapa yang lebih disayang oleh Bapak, aku atau kamu?" balasku tak mau kalah.
"Itu waktu aku kecil, setelah aku besar, Bapak tak peduli lagi padaku!" balas Purnama.
Dari sudut mataku aku melihat Heni sudah selesai menyapu dan ingin mengambil kain pel di kamar mandi. Heni sadar diri, ia mengurungkan niatnya pergi ke dapur setelah melihat aku dan Purnama sedang bertengkar.
"Kamu yakin kalau Bapak tak pernah peduli padamu? Hei, anak yang suka caper, kamu lupa kalau Bapak selalu memperhatikan nilai-nilaimu? Asal kamu tahu, Bapak tak pernah peduli dengan nilaiku karena merasa nilaiku selalu bagus tapi berbeda denganmu, nilaimu turun sedikit saja Bapak perhatikan. Apa itu artinya? Bapak hafal semua nilaimu! Masihkah kamu berpikir kalau Bapak tak peduli padamu?"
Air mata Purnama mulai menetes namun ia hapus dengan cepat. "Mbak juga mengambil Mas Bayu dari sisiku! Aku mencintai Mas Bayu, jauh lebih dalam dari cinta Mbak pada Mas Bayu!"
Kali ini aku tertawa, lucu sekali Purnama ini. "Oh ya? Yang pertama mengenal Mas Bayu itu siapa ya? Aku... atau kamu? Lalu siapa ya yang pertama berpacaran dengan Mas Bayu? Aku... atau kamu? Hmm... jadi sebenarnya siapa yang mengambil siapa sih?"
"Tapi aku sangat mencintai Mas Bayu, Mbak, aku bahkan rela memberikan kesucianku untuknya," kata Purnama dengan penuh emosi.
Wajahku mengeras menahan emosi. Tak ada lagi senyum di wajahku. "Lantas menurutmu aku tidak mencintai Mas Bayu hanya karena aku tidak memberikan kesucianku, gitu? Aku mencintainya tapi aku tak bodoh. Aku wanita yang punya harga diri mahal. Hanya pada suamiku, kuberikan mahkotaku, itu baru namanya cinta. Aku sangat mencintai Mas Bayu, kalau aku tidak mencintainya, aku tidak akan mau diajak menikah olehnya. Aku tidak akan mau menghabiskan hidupku untuk laki-laki yang hanya ingin bermain-main saja. Karena mencintainya, aku rela menunggu lama dan dipermalukan di hari dimana seharusnya pernikahan kami dilaksanakan. Kenapa? Karena aku memiliki harapan besar agar Mas Bayu dapat bersikap gentle dan bertanggung jawab, walau pada akhirnya aku tahu kalau Mas Bayu takkan pernah datang."
Purnama sibuk menghapus air mata yang terus menetes di wajahnya. Kuputuskan mengatakan semua isi hatiku yang selama ini terasa menyesakkan. "Apa kamu pernah berada di posisiku? Ditinggalkan oleh orang yang kamu cintai dan dipermalukan di hadapan banyak orang? Kamu tak pernah, Dik. Aku dan Bapak selalu melindungimu. Setelah apa yang aku dan Bapak perbuat untukmu, kau malah tega memberikan semua luka itu pada kami. Apa itu balas budi terbaik yang bisa kau lakukan pada kami?"
Purnama menangis sesegukan. Sudah tidak membantah ucapanku lagi. Kulanjutkan lagi apa yang ingin kukatakan. "Apa aku pernah memarahimu selama ini? Apa aku pernah membencimu? Memakimu? Menghinamu? Tak pernah, Dik. Jujur, aku sangat kecewa dengan apa yang kamu lakukan padaku, bukan begitu caranya. Kalau kamu memang mencintai Mas Bayu, silahkan, bilang padaku baik-baik, maka akan kuikhlaskan Mas Bayu. Buat dia mencintaimu namun bukan dengan mengorbankan harga diri seperti yang kamu lakukan!"
Air mataku perlahan mulai membasahi wajah. Meski puas bisa mengatakan semua isi hatiku, namun rasa sakit itu masih membekas. Nyeri sekali. "Aku sedih... sedih sekali, kenapa adikku yang amat kusayangi malah melakukan hal ini? Apa kasih sayang yang selama ini kuberikan padanya masih kurang? Apa dia benar-benar tak ingin melihatku bahagia?"
Purnama menggelengkan kepalanya. Ia menghapus air matanya lalu berlari pergi melewatiku begitu saja. Purnama masuk ke dalam kamar, tanpa maaf, tanpa kata penyesalan.
Huft... apa salahku, Dik?
Aku menunduk dan membiarkan air mataku tumpah ruah. Sebesar itukah rasa iri merenggut adik kesayanganku?
Ya Allah... kenapa Engkau memisahkanku dan adikku hanya karena seorang lelaki? Kenapa Engkau membutakan hatinya yang tak bisa melihat siapa yang sungguh menyayanginya?
Di tengah isak tangis, kurasakan tubuhku ada yang menarik. Aku terkejut namun sebuah pelukan hangat dan belaian lembut di rambutku membuat aku kembali menemukan tempat mencurahkan isi hatiku.
"Kamu kuat, Mentari. Tak apa jika ingin menangis... menangislah!"
Air mataku semakin deras. Kukeluarkan semua kemarahan dan rasa sakit yang selama ini aku pendam. Huaaa....
Entah sudah berapa lama aku menangis sampai....
"Yah... bajuku penuh ingus lagi deh!"
****
perempuan memang aneh, banyak maunya, kadang juga ngeselin
begitulah
samatu kayak Mentari
ngapain juga pake acara sembunyiin status
padahal kan posisi mereka 'aman'
kerja di perusahaan sendiri, tempat tempat sendiri pulak
sembunyi dari apa? sembunyi dari siapa?
biar apasi, nambah2in beban pikiran aja 😏
☝️mode emak2 kumur2 pake air comberan😬😅