Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pov -Mahardika
Mahardika mengendarai sepeda motor butut miliknya. Sepanjang perjalanan, ia terlihat sangat murung.
Pemuda kuli itu terlihat sangat bimbang akan tawaran juragan Wicaksono. Bayangan akan kekayaan yang belimpah dan didapat hanya dalam sekejap membuatnya harus berfikir dengan matang.
Mungkin ia harus mengikuti sebuah pepatah Melayu Tanjungbalai-Asahan 'Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui'.
"Sepertinya aku akan menerima keputusan dari sang juragan." ia menghentikan sepeda motornya. "Menjadi kaya mendadak itu tidak akan datang kedua kalinya." gumamnya sembari menarik-narik janggutnya.
Saat bersamaan, seorang gadis nan cantik rupawan sedang melintas menaiki sepeda motor yang sangat bagus. Melihat Mahardika melamun ditepi jalan, ia menghampirinya dengan wajah sumringah.
"Kang, ngapain kamu disini melamun? Khayalin aku yang cantik ya." goda gadis itu dengan senyum genitnya.
"Dik Sutini." kamu ngagetin saja," pemuda itu sedikit gelagapan.
"Abisnya akang ngelamun gak jelas, mana dipinggir jalan lagi!" ia terlihat cemberut. "Gimana, Kang. Udah dapat belum uang lamarannya? Atau mungkin bisa pinjam sama juragan, caranya dipotong bulanan," usul sang gadis yang mana orangtuanya meminta uang lamaran sebesar seratus juta jika Mahardika berniat melamar puteri cantik mereka.
Uang sebanyak itu tentu sangat berat bagi pemuda miskin seperti Mahardika, sebab untuk mencari uang sepuluh juta saja ia harus banting tulang dan tulang dibanting, serta peras keringat.
Pemuda itu menoleh kearah kekasihnya. Sepertinya ia ingin mengungkapkan ide cemerlang yang akan ia sampaikan.
"Kemarilah, mendekat. Ada yang ingin akang sampaikan," pemuda itu meminta Sutini mendekatinya.
Gadis cantik molek itu menghampiri kekasihnya, lalu Mahardika membisikkan sesuatu padanya.
"Hah! Gila kamu, Kang!" ujarnya dengan wajah terkejut. Ia menatap kekasihnya penuh kekalutan.
"Dengarkan akang." pria itu menggenggam jemari tangan sang gadis. "Percaya sama akang, dan semuanya akan sesuai rencana kita, kita tetap menikah!" pemuda itu meyakinkan wanitanya.
Mungkin terasa berat bagi Sutini. Akan tetapi, ia harus memikirkan tawaran yang sangat menggiurkan itu, dan mimpi indah akan menjadi nyata.
"Ya sudah, tapi janji jangan tergoda!" ancam Sutini pada prianya.
"Janji! Lagi pula siapa yang mau dengan wanita berpenyakit kulit menjijikkan seperti itu!" Mahardika kembali meyakinkan wanitanya, jika ia tidak akan pernah berpaling hati pada wanita lain, apalagi seorang Dayanti yang memiliki kulit sangat rusak dan membuat mual saat melihatnya.
*****
Dayanti merasa wajahnya bersemu merah tak kala mendengar kabar jika Mahardika sudi menikahinya. Bahkan senyum bahagia tak lekang dari wajahnya, sebab saat hari ini ia duduk dipelaminan bersanding dengan pria idamannya.
Perias handal didatangkan untuk memoles wajahnya dan menutupi kudis yang menempel dikulit wajah serta tubuhnya.
Wanita itu berubah menjadi seseorang yang paling cantik dan memukau meski hanya sehari saja, sebab akan kembali seperti semula setelah riasan itu terhapus.
Tak hanya itu saja, tampak juga Juragan Wicaksono berdiri dipelaminan dengan bahagia, karena tugasnya sebagai seorang ayah yang mampu menikahkan puterinya sudah terlaksana.
Saat malam tiba. Tuan Wicaksono merasakan keluhan yang mana perutnya terasa sakit, dan hal itu membuat seisi rumah merasa panik, termasuk Dayanti yang saat ini sedang berbahagia.
Wanita itu berlari meninggalkan kamar dan menemui sang ayah terlihat sangat sekarat. "Ayah, kita harus ke rumah sakit," ucapnya dengan penuh kekhawatiran.
Pria sepuh itu menatap puterinya dengan iba. "T-tidak perlu, Sayang," ucapnya terbata menahan rasa sakit yang kini membuatnya begitu menderita.
Sedangkan Mahardika berdiri memandangi pria sepuh itu tanpa ekspresi juga tindakan.
"Tidak, Yah.Yanti dapat menyetir dan membawa ayah ke rumah sakit." Dayanti mencoba mengangkat sang ayah untuk ia pindahkan ke dalam mobil yang sudah standby didepan rumah.
Namun nafas sang juragan semakin terlihat berat. Perlahan ia menarik lengan puterinya untuk membisikkan sesuatu.
"Jaga dirimu, Sayang. Ayah mencintaimu, maafkan ayah," bisiknya. Lalu perlahan diam tak bergeming.
Hari yang seharusnya membahagiakan bagi Dayanti, kini berubah menjadi duka, dan nerakanya kini harus dimulai.
"Ayah, ayaaaaah, jangan tinggalkan Yanti," isaknya dengan suara yang penuh kepiluan. Ia mendekap pria sepuh itu dengan hati yang lara.
Bulir bening jatuh disudut matanya dan membasahi kedua pipinya yang mana belum sempat membersihkan make upnya.
Mahardika menatap dengan pandangan misterius dan ia terlihat tak acuh akan peristiwa ini.
"Kang, tolong bantu saya membawa ayah ke ruang tengah," pinta Dayanti pada suami yang baru saja menikahinya pagi tadi.
Bahkan pesta pernikahan mereka begitu sangat meriah dengan tamu undangan yang sangat penting dan juga masyarakt yang ikut turut berbahagia dengan pernikahan tersebuat sebab jamuan gratis dengan aneka masakan yang mewah.
Bahkan pertunjukan artis yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara pernikahan tersebut menambah kemeriahan pesta. Namun siapa sangka jika akan berakhir duka.
Mahardika mengulas senyum datar, lalu mengangkat tubuh sepuh itu ke ruang tengah seperti permintaan Dayanti barusan.
Orang-orang yang masih berkumpul terpaksa harus melayat dihari nan bahagia.
Kabar tersiar cepat, dan prosesi pemakaman dilaksanakan malam itu juga, agar lebih menyegerakan fardhu kifayah untuk sang juragan.
Dayanti harus merelakan kepergian sang ayah. Kini tiada lagi tempat mengadu, dan ia berharap jima Mahardika benar tulus mencintainya dan dapat menjadi rumah baginya dimana tempat ia bersandar dan juga berlindung.
Hampir tengah malam, akhirnya sang juragan selesai dimakamkan. Kini tinggal Dayanti yang masih bersedih atas kepergian sang ayah yang begitu membuatnya berduka. Ia duduk diatas ranjang dengan kedua mata yang sembab.
Tak berselang lama, pintu kamar terbuka. Disana berdiri Mahardika dengan tatapan yang berbeda dan berjalan memasuki kamar, lalu mengunci pintu dengan cepat.
Dayanti mengusap bulir bening yang membasahi pipinya. Ia melihat tatapan sang pria seperti bukan suatu cinta, entah apa.
Pria itu membuka pakaiannya. Kemudian berjalan menuju kearah Dayanti yang masih berduka.
"A-apa yang akan kau lakukan?" tanyanya dengan nada yang penuh ketakutan.
Ia mencintai pria itu, ya. Itu adalah impiannya. Nakun sikap pria itu membuatnya sangat takut.
"Tentu saja memberikan apapun yang kau inginkan. Bukankah kau bermimpi untuk merasakan rudal milikku? Setidaknya dengan menitipkan benih dirahimmu, dan jika perlu mendapatkan anak lelaki, maka warisan yang ku dapatkan akan semakin berlipat." pria itu mengulas senyum licik.
Seketika Dayanti tersentak kaget. Kini ia menyadari jika pernikahan.ini bukan karena sebuah cinta, tetapi sebab harta dan ini adalah keputusan yang salah.
"Tidak, jangan dekati aku." Dayanti beringsut mundur dan hal itu membuat pakaiannya terangkat.
"Jangan munafik! Tidak ada pria yang ingin menikahimu, sebab kau hanyalah wanita buruk rupa dengan penyakit kulit menjijikkan. Maka jika aku ingin memyentuhmu, itu adalah bonus yang kau dapatkan!" pria itu tersenyum dengan tatapan yang menjijikkan, bahkan lebih menjijikkan dari kudis yang tumbuh dikulit sang wanita.
Maaf fotonya dikebun kelapa. Udah dijelasin ke Ai pohon kelapa sawit tapi digambar juga background pohon kelapa, mungkin AI gak kenal kelapa sawit.