Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 Hari
Hari ini adalah hari ke 3 aku bekerja, walau baru 3 hari tapi aku sudah sangat rindu pada Riri. Maklum karena sebelum aku bekerja kantoran hampir setiap hari kami bertemu.
Tapi kami saling mengerti dengan kesibukan masing-masing dan menahan rindu ini, toh di akhir pekan kami bisa menghabiskan waktu bersama.
Sesampainya di kantor tiba-tiba aku teringat perkataan para seniorku kemarin, bahwa hari ini Bu Sinta tengah tugas keluar kota 3 hari dan seingatku 3 hari ini mereka akan mengerjaiku habis-habisan.
"Gw harus tahan...Gw harus tahan." Aku berucap pada diriku sendiri.
Waktu sudah menunjukan pukul 11.00 siang kala itu, dan tak satupun dari mereka yang mengerjaiku, mungkin karena dari pagi mereka hanya asik mengobrol karena mengetahui bahwa sang kepala HRD sedang tidak berada di tempat, hingga akhirnya..
"Woy anak baru bikinin sirup dong buat kita semua, haus nih ngobrol terus."
Tanpa banyak bicara aku pun menuju pantry dan hendak membuatkan pesanan mereka.
"Sudah dimulai Dit?" Tanya Wahyu.
"Iya nih Yu, sirup di mana ya?"
"Ingin rasanya aku pukul wajah mereka semua Dit, jadi orang kok ya jahat banget toh."
"Udah gak apa-apa Yu hadapi semua dengan senyuman aja."
"Salut aku sama kamu Dit bisa sabar kaya gitu."
"Siapa dulu yu...Adiiiit."
Selesai membuatkan minum kemudian aku berhati-hati melangkah ke ruangan itu kalau-kalau mereka menjegalku seperti waktu terakhir kali.
Tapi ternyata mereka tidak melakukannya dan masih saja asik mengobrol, setelah kuberikan minuman itu kepada mereka aku kembali ke mejaku dan hendak melanjutkan pekerjaanku.
Selang berapa lama mengetik aku baru tersadar bahwa ponselku tidak berada di tempatnya, seingatku aku menaruhnya di samping laptop dan kini sudah raib.
"Mana Handphone gw?" Aku berkata pada mereka, akan tetapi mereka mengacuhkanku dan terus saja mengobrol.
Hingga akhirnya aku terpancing emosi dan aku memukul meja sambil berteriak kepada mereka.
"Gw tanya sekali lagi, mana handphone gw!!!"
Sontak mereka semua kaget dan menoleh kearahku.
"Apa-apaan tuh gebrak meja segala, berani sama kita?" Kata salah satu dari mereka.
"Pukul aja nih kalo berani, biar sekalian di pecat lo." Sambung teman di sebelahnya.
Aku mengepalkan tanganku, ingin rasanya kupukul wajah mereka semua satu per satu, bagaimana tidak kesal, karena itu adalah ponsel berharga pemberian Riri yang belum sempat aku ganti.
Aku berjalan perlahan menghampiri mereka hingga salah satu dari mereka menggengam kerah bajuku.
"Jangan sombong deh lu anak baru, mau karir lu tamat cuma sampai di sini?"
Aku melepaskan genggaman tangannya dari kerah bajuku, kuremas tangannya dengan keras hingga dia pun kesakitan.
"Mana handphone gw?"
Melihat temannya kesakitan akhirnya mereka semua mendekatiku dan seperti ingin menyerangku, tapi sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi tiba-tiba saja.
"Adiiiiiit makan bareng yuk." Riri datang dan langsung masuk ke ruangan itu.
Sontak kami semua menoleh ke arah Riri yang baru saja masuk melalui pintu itu.
"Iiiiih pacar aku baru 3 hari kerja udah akrab aja sama karyawan yang lain." Kelihatannya Riri salah kira dengan situasi yang di lihatnya.
Kemudian kulihat wajah mereka semua berubah mendengar Riri menyebutkan bahwa aku adalah pacarnya, sepertinya mereka mengenali Riri adalah anak pemilik perusahaan ini.
"Lho kok kamu di sini?" Tanyaku pada Riri.
"Biasa lagi nggak ada kelas, yuk kita makan di luar, sebentar lagi kan jam istirahat kantor."
Riri menarik tanganku karena hendak mengajakku keluar dari ruangan itu dan kemudian salah satu dari karyawan itu memanggilku.
"Mas Adit tunggu, ini sepertinya mas tadi tidak sengaja menjatuhkan ponselnya." Dia memberikan ponselku dengan wajah yang tertunduk tidak berani menatapku.
"Oooh ok, makasih ya."
Kemudian kami berdua pergi meninggalkan ruangan itu untuk pergi makan siang bersama .
Dan hari-hari setelah kejadian itu akhirnya mereka menjadi ramah padaku, mungkin karena mengetahui bahwa aku berpacaran dengan anak direktur utama di perusahaan itu.
Hari itu adalah hari sabtu, seharusnya ini adalah hari liburku, karena di perusahan itu menetapkan hari Sabtu dan Minggu adalah sebagai hari libur karyawan, namun sayangnya aku mendapat jatah lembur di hari itu.
Sesampainya di kantor sudah ada Bu Sinta yang datang lebih dahulu di ruangannya, dia sudah pulang dari pekerjaannya di luar kota.
Namun kami berdua tidak mengobrol dan serius dengan pekerjaan kami masing-masing.
Tak terasa waktu sudah larut dan menunjukan pukul 22.00 malam.
"Huuuuft kelar juga akhirnya, sekarang waktunya pulang dan telpon Riri, Yuhuuuu."
Sebelum pulang aku menyempatkan diri untuk pamit keruangan Bu Sinta.
"Permisi Bu, aku sudah selesai dan mau izin untuk pulang duluan."
"Oh iya Dit aku juga sudah selesai, sebentar lagi aku pulang, kamu duluan aja."
Apa aku tidak salah dengar? Sungguh momen langka Bu Sinta menjawabku dengan satu kalimat yang panjang, biasanya jika tidak diam dia hanya menjawab orang dengan seperlunya saja, mungkin hatinya sedang senang, kataku dalam hati.
"Oh ya sudah, jika begitu aku duluan ya bu."
Lalu Bu Sinta pun mengangguk.
Sesampainya di halte aku menunggu bus dengan rute menuju kontrakan ku, namun setelah beberapa lama menunggu bus itu pun tak kunjung datang.
Hingga tak berapa lama kulihat ada sebuah mobil berhenti tak jauh dari halte karena ban nya pecah, aku hendak menolongnya tapi sebelum aku sampai di dekat mobil itu ada dua orang pria yang mendahuluiku.
Kukira kedua pria itu hendak menolong mobil tersebut, tapi sebelum aku berbalik menuju halte tiba-tiba saja kedua pria itu menggedor kaca mobil.
"Buka nggak, kalo nggak gw pecahin nih kaca."
Ternyata kedua pria itu bukan hendak menolong melainkan merampok sang pemilik mobil.
Melihat itu lalu aku berlari kearah mobil dan tanpa banyak kata-kata akupun menghajar kedua pria itu hingga akhirnya mereka pergi.
"Bapak, Ibu, Mas atau Mbak sudah aman ayo keluar biar kubantu mengganti bannya." Kataku sambil mengetuk kaca, aku tak tahu sang pengemudi apakah pria atau wanita, karena memang kaca mobilnya terlihat sangat gelap dari luar.
Dan setelah pemilik mobil membuka pintu ternyata mobil itu adalah milik Bu Sinta, dia kemudian memelukku sambil menangis dan ketakutan, badannya gemetaran.
"Makasih Dit aku takut sekali." Katanya.
"Sudah tenang Bu sudah aman ada Aku di sini, sekarang Ibu duduk dulu biar aku bantu mengganti ban mobilnya, Ibu ada dongkrak?"
Setelah selesai mengganti ban kulihat keadaan Bu Sinta yang ternyata masih shock karena kejadian tersebut.
"Ibu nggak apa-apa?"
"Aku takut sekali Dit."
"Ibu bisa pulang sendiri? Kalau ibu izinkan biar saya yang antar ibu pulang."
Karena kulihat keadaan Bu Sinta yang masih shock aku menawarkan diriku untuk mengantarnya, dia pun tidak menjawab dan hanya mengangguk kepadaku.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu