TERIKAT CINTA VAMPIRE TAMPAN

Gelya berdiri di depan pagar rumahnya. Ia tahu tak selamanya ia harus tinggal di rumah dokter Zein. Makanya ia pun kembali ke rumah ini.

7 hari sudah Mila meninggal. Saatnya bagi Gelya untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya.

Garasi tempat mobil bibinya sudah kosong. Kemarin sudah ada orang yang membeli mobil itu. Gelya sungguh trauma setiap kali melihat mobil bibinya.

Semua kunci rumah juga sudah diganti. Ia dan Zein yang kemarin pagi melakukannya. Ternyata Zein juga sangat ahli di bidang pertukangan.

Gelya membuka pintu depan. Membuka pintu itu lebar-lebar, ia juga membuka semua pintu dan dan jendela.

Kemarin juga Gelya sudah menyumbangkan sebagian baju bibi Mila ke pedagang baju bekas. Uang penjualan itu, Gelya kirimkan ke anak bibinya di Singapura.

Kini kamar bibi Mila sudah kosong. Yang tersisa hanya beberapa foto dan meja rias kesayangan sang bibi.

Gelya pun mulai membersihkan kamar itu. Sementara menyapu, gadis itu tak henti-hentinya menangis saat ia mencium harum parfum sang bibi yang tertinggal di kamar itu.

Gelya menemukan fotonya bersama sang bibi saat keduanya liburan ke Malaysia setahun yang lalu bersama anak sang bibi. Tangis Gelya semakin dalam. Ia duduk di atas lantai kamar sambil mendekap foto itu ke dadanya.

"Bibi, maafkan aku. Karena keberadaan diriku, bibi harus mati dengan cara seperti itu.

Terlalu lelah, Gelya akhirnya tertidur di lantai.

***********

Mila baru tiba dari luar kota. Ia tak menemukan keberadaan ponakannya. Ia berpikir mungkin saja Gelya masih bersama Zoran.

Setelah menurunkan barang-barangnya dari mobil, Mila pun membawa masuk semua barangnya ke dalam rumah.

Namun, Mila ingat masih ada satu barang yang belum diturunkannya. Sekeranjang buah yang diberikan oleh temannya. Ada di tempat duduk penumpang.

Ia kembali ke luar rumah untuk mengambil buah tersebut. Saat ia membuka pintu, ia terkejut melihat Zoran.

"Zoran? Di mana Gelya?" tanya Mila.

"Gelya masih ada di tempat temannya. Dia menyuruh saya ke sini untuk mengambil kotak kayu itu."

"Kotak kayu? Gelya meminta kamu untuk mengambilnya? Memangnya untuk apa? Lagi pula kunci kotak kayu itu belum ditemukan."

"Saya tidak tahu!"

Mila mengerutkan dahinya sebentar. Sejak kapan Zoran berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa Inggris?

"Zoran?" Mila menatap pacar ponakannya itu dengan heran. Ia merasa heran melihat mata Zoran yang merah.

"Berikan saja kotaknya." Zoran terlihat tak sabar.

"Aku tak tahu dimana Gelya menyimpannya."

"Bohong!" Zoran terlihat emosi.

"Who are you?" Mila jadi takut. Ia segera berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Mila bermaksud akan pergi namun ia tak menyadari saat mengangkat barang tadi, kunci mobilnya jatuh dari kantong celananya.

Tangan Mila gemetar saat mengunci pintu mobilnya. Ia sangat ketakutan. Namun lelaki berwajah Zoran itu menarik pintu mobil dengan begitu mudahnya. Ia menancapkan kukunya yang panjang ke dada Mila membuat perempuan itu berteriak kesakitan. Ia tertawa, mengeluarkan taringnya yang panjang dan tajam lalu saat ia mengisap darah Mila, barulah bentuk tubuhnya berubah. Bukan Zoran tapi seperti mahluk yang mencekik Gelya saat ia pulang dari tempat kerja.

"Ah.......!" Gelya tersentak bangun. Tubuhnya basah dengan keringat. "Mimpi itu...., mahluk yang menyerang bibi, bukan Zoran?"

Perlahan Gelya bangun dari lantai. Mimpi itu telah memberi gambaran yang nyata tentang kematian bibinya.

Gelya segera ke dapur dan menghabiskan segelas air untuk menenangkan hatinya. Namun hatinya tak tenang. Ada dorongan dalam dirinya untuk menemui Zoran. Namun Gelya enggan untuk melakukannya.

Ia menatap ponselnya. Ia kemudian membuka blokir yang ia berikan pada nomor Zoran. Masuk begitu banyak pesan dan panggilan telepon. Zoran mengungkapkan tentang perasaannya yang sedih saat Gelya meninggalkannya.

Gadis itu menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 6 sore lewat 15 menit. Ia pun memutuskan untuk menemui Zoran. Kakinya berlari menuju ke rumah Zoran yang memang letaknya tak jauh dari rumahnya. Saat ia tiba di sana, pak Tarno baru saja akan pergi dengan motornya.

"Pak, Zoran ada?" tanya Gelya.

"Tuan semalam pergi. Belum kembali. Tapi kalau nona mau menunggunya, lebih baik di dalam saja. Rumah tuan tak bisa dimasuki orang lain selain tuan, tuan Jave dan nona."

"Nanti aku balik lagi, pak." Gelya terlihat kecewa.

"Masuk saja, nona. Saya yakin tuan akan pulang malam ini karena tuan belum makan sejak kemarin."

Gelya pun melangkah masuk. Pagar rumah itu tertutup sendiri. Gelya segera masuk ke dalam. Ia terkejut melihat foto pernikahannya dengan Zoran sudah di pajang di ruang tamu rumah itu.

Hati Gelya bergetar saat menyadari bahwa Zoran memang mencintainya.

"Zoran....where are you?" ucap Gelya pelan lalu duduk di sofa coklat itu. Sofa yang selalu ia mimpikan. Sofa tempat dirinya memadu kasih dengan Zoran.

Gelya menunggu. Ia ingin berjumpa dengan Zoran. Sudah 4 hari ini Zoran tak menemuinya. Dan Gelya merasa ada sesuatu yang hilang.

Pukul 10 malam, Zoran tiba di rumahnya. Dari luar ia sudah merasakan keberadaan Gelya si rumahnya.

Saat ia membuka pintu, dilihatnya Gelya sedang duduk sambil memainkan ponselnya.

Begitu menyadari keberadaan Zoran, Gelya segera mengangkat wajahnya. Ia langsung melepaskan ponselnya, dan berlari ke arah Zoran. Ia memeluk laki-laki itu dengan sangat erat, seolah ingin menyalurkan seluruh rasa rindunya.

"Maafkan aku....! Aku sudah tahu bukan kamu yang membunuh bibiku. Tapi mahluk dracula itu yang menyerupai wajahmu." Gelya melepaskan pelukannya. Ia menatap Zoran dengan penuh rasa cinta.

Zoran tersenyum bahagia. Ia menghapus air mata di pipi Gelya. Dengan sekali angkat, dia memeluk Gelya ala koala. Gelya langsung melingkarkan tangannya di leher Zoran. Dan tanpa diminta, keduanya langsung berciuman dengan penuh kerinduan, hasrat dan gairah.

************

Di sebuah rumah kosong di kursi kota itu,Tirgel, sang dracula sekaligus juga manusia serigala baru saja mencapai kepuasaannya setelah bercinta dengan Zera. Sang Ratu Vampire.

"Bagaimana kalau suamimu tahu jika kamu selingkuh denganku?" tanya Tirgel sambil memeluk tubuh Zera yang polos.

"Dia tak akan tahu. Karena sekarang dia sedang mengurus masalah dengan para vampire di Amerika."

Tirgel terkekeh. "Aku tak menyangka kalau kamu sekitar itu."

Zera menampakan taringnya. "Aku ingin kamu membantuku, sayang. Aku ingin melenyapkan Gelya."

"Kamu cemburu padanya?"

"Aku menginginkan Zoran dan gadis itu menghalanginya."

"Kamu terobsesi pada Zoran? Aku justru suka dengan Gelya. Ah, aku tak sabar untuk tidur dengannya. Dan mendapatkan darah perawan nya."

"Laura sudah melukai Zoran. Kekuatannya pasti sudah jauh berkurang. Aku hanya ingin sekali saja bercinta dengannya. Dia sangat manja dan tampan. Dia perkasa dan terlihat seksi."

Tirgel meraih dagu Zera. "Jangan memuji lelaki lain saat kamu bersamaku."

"Sayang....!" Zera mengecup bibir Tirgel dan menggigitnya lembut. "Mari kita bercinta kembali dan melupakan mereka sesaat. Saat bulan purnama, kita akan menangkap Gelya. Bukankah saat bulan purnama kamu tidak terkalahkan?"

Tirgel mengangguk. Ia kembali menggoda Zera agar tenggelam lagi bersamanya dalam permainan panas ini.

********

Pakaian Gelya dan Zoran sama-sama sudah lepas dari tubuh mereka.

Zoran sudah membaringkan Gelya si atas sofa coklat itu.

"Kamu istriku, milikku, kesayanganku !" kata Zoran sambil terus menyentuh semua bagian tubuh istrinya.

Gelya sudah siap untuk menyerahkan dirinya. Ia sudah pasrah untuk memberikannya pada suaminya. Gelya tersenyum bahagia saat Zoran membisikan kata manis ini : "Sayang, boleh aku memasuki mu malam ini?"

*************

Hallo semua ....

semoga suka dengan part ini ya?

Jangan lupa like, komen dan bagikan agar orang lain juga bisa membacanya